1st Person POV
Kami duduk melingkar dengan sebuah api unggun di tengah, di pinggir padang rumput tersebut, jauh dari goa tempat penyegelan Herobrine.
"Tadi... waktu kami ada di dalam goa, Ren ngapain di luar?" Tanya Peppey.
"Eh, cuman metikin bunga, kok," Ren menunjukkan bunga-bunga yang dia petik tadi.
"Wah, cantik-cantik, ya..."
Aku mungkin akan menendang anak laki-laki itu jika kata-katanya yang selanjutnya adalah-
"Tapi, kamu tahu nggak, diantara bunga-bunga ini, hanya satu yang paling cantik, yaitu kamu~"
"Eehhh?!" Wajah Ren memerah.
"(Y/N), tenang..." Samsul menahan pundakku tepat ketika aku hendak bangkit dari duduk.
"Bisa-bisanya..." gumamku dengan suara rendah sarat aura mematikan. Kedua anak itu sepertinya tidak menyadarinya karena terlalu asyik dalam dunia sendiri.
Marvel hanya menghela napas sambil menggeleng pelan. "Kita... bakal ketemu jalan pulang, nggak ya..." gumamnya sambil mendongak menatap langit.
Aku memutuskan untuk berebah dan ikut memperhatikan bintang-bintang yang bertabur indah. Aku pernah mendengar bahwa langit di atas sana palsu, namun pernyataan itu sepertinya tidak berlaku di tempat ini. Aku penasaran, apakah ada Celestia di atas sana? Melayang-layang di atas awan, terlihat seolah bagai proyeksi atau ilusi optik semata, namun nyatanya aku dapat mencapainya. Ah, bagaimana kabar orang-orang di sana, ya? Seorang Penyair dari Kota Kebebasan yang ternyata adalah Sang Dewa Angin itu sendiri, seorang Konsultan Pemakaman yang diam-diam adalah mantan Sang Dewa Kontrak, tak lupa dengan para pelindung Negeri Batu itu... lalu, petir yang dapat membelah pulau, ilmu pengetahuan yang dapat mengubah mind set, keadilan, perbaikan diri, cinta, semuanya...
Baru saja sosok kakakku muncul dalam benakku, tanah terasa sedikit bergetar seolah ada yang tengah berlari kemari. Merasa terganggu, aku mencoba membuka mataku.
"Guys! Lari, guys!!"
Tiba-tiba terdengar suara Marvel berteriak. Aku langsung bangkit dan menoleh ke asal suara untuk melihat segerombolan monster hitam tinggi dengan mata yang bersinar ungu mengejar anak tersebut.
"Marvel!" Seruku sedikit panik dan segera menarik keluar pedangku.
"Hghh? Ada apa, nih- WOI WOI WOI WOI! APAAN ITU?!" Peppey baru saja membuka matanya juga dan langsung berteriak kaget. "REN! SUL! BANGUN! BANGUN!"
Dia segera menggoncang tubuh dua anak yang lain, sementara aku berlari ke arah gerombolan monster itu. Aku berseru dan mengangkat pedangku, mengalirkan sihir angin, lalu dengan cepat menebas mereka semua.
"Lari! Lari!!" Marvel membantu Samsul berdiri, namun dia malah yang ditarik lari oleh sang sahabat. Peppey juga menarik Ren untuk lari, sementara aku segera menyusul mereka sambil mengirimkan silet-silet angin.
"Ck! Akh!" Aku nyaris salah mendaratkan kaki lagi dan tersandung sendiri ke belakang. Ada momen di mana aku melayang untuk sepersekian detik setengah inci dari atas tanah, namun aku tak kunjung jatuh terlentang. Alih-alih, seseorang menangkapku dan tiba-tiba ada tarian api biru membakar habis monster-monster hitam tinggi itu.
"Oi, kalian tidak apa-apa?" Sosok berjubah dan bertopi muncul di depan sana, membuatku sadar bahwa orang yang tengah memegangiku sekarang adalah orang lain lagi...
KAMU SEDANG MEMBACA
"𝘼𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙍𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙖𝙣 𝙒𝙖𝙠𝙩𝙪" || 𝑉𝑖𝑣𝑎 𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦 (S1)
Fanfiction.。.:*✧ "𝘼𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙍𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙖𝙣 𝙒𝙖𝙠𝙩𝙪" ✧*:.。. .。.:*✧ 𝑉𝑖𝑣𝑎 𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦 𝑆1 𝑋 𝐿𝑢𝑚𝑖𝑛𝑒!𝑅𝑒𝑎𝑑𝑒𝑟 ✧*:.。. [PROSES EDITING] Ia memperkenalkan diri sebagai '(Y/N)', seorang pengembara dari sisi lain dunia yang terpisah dengan ka...