1st Person POV
Kami segera melewati gerbang kota dan menuju alun-alun yang berada di depan taman istana. Sebuah panggung tinggi telah tersedia; di belakangnya berdiri sebuah patung perunggu dari seorang laki-laki dewasa yang mengenakan sebuah topeng bercorak setengah dari belah ketupat.
Dari kerumunan orang di sekitar kami, aku dapat menyimpulkan bahwa itu adalah patung dari raja sebelumnya. Kemudian, seorang laki-laki naik ke atas panggung. Dia mengenakan sebuah mahkota hitam berkelir emas dan merah, bertatahkan batu permata merah menyala yang sangat cocok dengan warna matanya.
"Selamat pagi, wahai rakyatku, seluruh warga Vermillion maupun tamu yang datang dari jauh. Hari ini, tepat satu tahun yang lalu, Vermillion kehilangan seorang raja terkuatnya, yaitu Ksatria Legendaris Diamond--ayahku..." dia mulai berpidato. Suaranya terdengar lantang dan tegas.
"Hah? Jadi dulu Diamond itu-"
Aku segera menyikut lengan Marvel sebelum genap kalimatnya.
"Shht, jangan keras-keras, Vel! Nanti kita ketahuan!" Samsul mendesis pelan.
Sang Putra Diamond atau yang sekarang telah menjadi raja Vermillion, melanjutkan pidatonya. "Akan tetapi, tidak perlu risau rakyatku, karena aku, sebagai raja baru kalian, akan menjamin kesejahteraan, kemakmuran, dan keamanan daripada kerajaan ini, bagi kalian semua, tanpa adanya sihir... Oleh karena itu, maka aku pertegaskan sekali lagi: bagi siapapun yang mencoba mempelajari atau bahkan memiliki hubungan dengan para pengguna sihir, maka aku tidak segan menjatuhkan hukuman mati."
Aku bergidik atas sebuah kilatan mematikan di matanya. Namun, kilatan yang kulihat hanya untuk sedetik itu memberiku petunjuk bahwa sang raja sebenarnya memiliki sihir juga dalam dirinya. Hanya saja, mungkin dia sengaja melupakannya sendiri karena perintah pelarangan sihir oleh ayahnya itu.
"Sekarang, silakan kalian menikmati festival yang meriah ini!"
Sorak-sorai dan tepuk tangan bergemuruh hingga ke langit-langit. Balon-balon beterbangan, musik-musik indah beralun, tawa menggema di setiap sudut kota.
"Ayo, Sul, Pey, (Y/N)! Kita bersenang-senang saja dulu!" Ajak Marvel girang.
Kami berlarian di jalan-jalan menuju berbagai macam kios. Dari bermain panah-panahan, memancing, melihat lukisan, makan kue, hingga sempat bermain kartu juga. Tak lupa aku menanyakan satu-dua hal tentang kakakku pada orang yang 'kebetulan' berada di dekatku dan secara natural dapat kuajak berbicara.
Tanpa sadar, matahari telah tenggelam...
"Gue penasaran gimana Vermillion menentukan penanggalan untuk tahun depan kalo nggak ada para ahli astrologi,"
Terjadi sebuah percakapan yang menarik pendengaranku di depan kios yang menjual 'Ayam Goreng Kematian'. Karena penasaran, aku mendekat dan berpura-pura membaca menunya.
"Wah iya, ya... meskipun sihir udah dilarang, tetap aja sampe saat ini Vermillion nyebutnya 'Tahun Viatrix'. Gue pikir, mereka ada ngide ngubah pake angka gitu?" Seorang pemuda menimpali temannya.
"Iya, kah? Kalo gitu, pertanyaannya jadi 'tahun berapa' bukan 'tahun apa' lagi, ya? Haha!"
"Ih, gue jadi kangen kios ramalan bintang deh!" Sahut seorang lagi di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
"𝘼𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙍𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙖𝙣 𝙒𝙖𝙠𝙩𝙪" || 𝑉𝑖𝑣𝑎 𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦 (S1)
Fanfic.。.:*✧ "𝘼𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙍𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙖𝙣 𝙒𝙖𝙠𝙩𝙪" ✧*:.。. .。.:*✧ 𝑉𝑖𝑣𝑎 𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦 𝑆1 𝑋 𝐿𝑢𝑚𝑖𝑛𝑒!𝑅𝑒𝑎𝑑𝑒𝑟 ✧*:.。. [PROSES EDITING] Ia memperkenalkan diri sebagai '(Y/N)', seorang pengembara dari sisi lain dunia yang terpisah dengan ka...