° XXV. Selamat Tinggal °

556 76 11
                                    

Marvel's POV

Aku merasakan cahaya hangat menyelimutiku, lalu perlahan atmosfernya berubah. Kakiku telah memijak tanah dan terdengar suara alam. Aku membuka mataku dan melihat diriku berada di puncak sebuah bukit, tak jauh di belakang kastil Herobrine yang terlihat mencekam itu. Di bawah sana, yang lainnya terlihat kelelahan dan itu membuatku bingung.

"Raja GM! Hei, semuanya!" Panggilku senang. "Lihat! Akhirnya aku bisa mengendalikan sihir hitamku!"

Terlihat mereka mengangkat wajah dan terkejut. "Marvel! Turunkan dia!!" Seru Raja GM.

"Eh? Turunkan siapa?" Aku menoleh.

Seketika, napasku langsung tercekat.

"Heh... sudah sadar ya, kau, Bocah..." ujar sosok yang tertusuk sihir hitamku.

"Ra, Raja Malik! A, apa yang terjadi?!" Tanyaku panik.

"Kau menusukku, Bodoh, itu yang terjadi."

"Tunggu! Tunggu! Biar aku turunkan kamu dulu!" Aku buru-buru menghilangkan sihir hitamku itu yang berbentuk seperti sebuah jarum raksasa, lalu langsung melesat maju ke arahnya.

Tap tap tap...

Seseorang datang mendekat dengan langkah pelan, lalu jatuh terduduk di sebelah Raja Malik yang sudah kurebahkan di tanah. (Y/N). Keadaannya kacau, namun dia dengan sigap menekan luka Raja Malik sambil air mata mulai membendung di mata amber-nya.

"Ma, maaf... maafkan aku... aku..." air mataku tumpah lagi.

"Haa... justru aku duluan yang... uhuk, mau menebasmu. Tapi, kenyataannya... pada akhirnya aku sendiri adalah seorang pengecut..." Raja Malik terbatuk.

Yang lainnya pun berdatangan. Aku langsung mendongak dan memanggil Raja GM.

"Raja GM! Tolong! Raja GM bisa memutar balikkan waktu dan menyelamatkan Raja Malik sekarang, kan?!"

Raja GM melihat ke arahku, kemudian mengangguk. "Akan kucoba," dia pun mengangkat tangannya, namun tak lama terdengar suara seperti gemeletuk dan orang tua itu terengah-engah.

"Sial... energiku tidak cukup..."

"Kalau begitu, tim medis!"

"Sayangnya... tidak ada pengguna sihir spirit di sini..." gumam Raja Ikan pelan.

(Y/N) yang tadi menangis tanpa suara, akhirnya runtuh juga. Isak tangisnya kali ini bahkan lebih dari saat kematian Nevin kemarin. Dia membenamkan wajahnya pada bahu Raja Malik, yang masih bisa-bisanya terkekeh pelan, walaupun diakhiri dengan terbatuk.

"Heh... sudahlah, kalian berdua..." tangan Raja Malik susah payah terangkat untuk menyentuh kepala (Y/N). "Sisanya... aku serahkan kepada kalian."

Krakk...

Genah segera meraihku setelah terdengar suara retakan di dekat kami, sementara Raja Ikan meraih (Y/N), ketika tangan Raja Malik terjatuh kembali ke tanah. Dengan berat hati, kami semua melompat dari tebing yang mulai runtuh itu, meninggalkan tubuh Raja Malik jatuh deras menuju gulungan ombak.

.。.:*✧ " XXV. Selamat Tinggal " ✧*:.。.

1st Person POV

Kami akhirnya mendarat di depan kastil Herobrine dan langsung disambut dengan monster-monster. Ayon menurunkanku perlahan, bahkan sampai ikut berlutut begitu kakiku lebih memilih tanah daripada berdiri memasang kuda-kuda. Ia mengusap bahuku dengan lembut dan memastikan keadaanku. Aku mengusap wajahku sendiri dengan kasar, tapi napasku tidak teratur sama sekali. Melihat itu, Ayon tidak beranjak dari dekatku. Ia masih dalam posisi berlutut sambil memukul mundur monster-monster yang merangsek mendekat dengan berbagai bentuk air.

"𝘼𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙍𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙖𝙣 𝙒𝙖𝙠𝙩𝙪" || 𝑉𝑖𝑣𝑎 𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦 (S1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang