° XVIII. Sebuah Tes °

425 78 12
                                    

1st Person POV

Aku dan Marvel yang hanya sedang berjalan-jalan di dalam istana setelah menghabiskan sisa hari dengan berlatih sihir masing-masing, dikejutkan dengan sebuah seruan.

"Rafel! Sedang apa kamu? Kita harus segera kembali ke Vermillion!"

Marvel segera menarikku ke belakang sebuah pilar, sembunyi dari Malik yang balik kanan, lalu berjalan pergi. Aku dan Marvel saling lirik sebentar. Ini kesempatan.

Mereka berdua menaiki kapal dayung sederhana untuk menyebrang. Aku dan Marvel melakukan hal yang sama tak jauh di belakang mereka. Tidak sampai 20 menit, kami sudah memasuki hutan dan terus menuju arah barat daya. Aku dan Marvel sebisa mungkin memperhatikan langkah, jangan sampai mengeluarkan suara berisik. Namun, tiba-tiba saja kedua orang itu berhenti, membuat kami segera bersembunyi di belakang sebuah pohon. Kelihatannya mereka membahas sesuatu. Jangan-jangan mereka sadar lagi diikuti?!

Begitu mereka lanjut berjalan, kami menghela napas lega karena ternyata tidak ketahuan. 10 menit berjalan, rupanya mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak malam ini. Aku dan Marvel pun melakukan hal yang sama, namun di balik sebuah pohon yang akarnya melengkung keluar, cukup untuk menyembunyikan kami.

"Istirahat jugalah, Vel,"

Anak itu mengangguk dan mulai menutup mata. Aku melirik sekali lagi ke tempat Rafel dan Malik. Kelihatannya kami aman di sini. Aku pun perlahan menutup mataku juga.

Rasanya tak lama hingga ada gerakan seperti menggeliat di sebelahku membuat mataku langsung terbuka kembali. Kulihat ke samping, ternyata Marvel. Dia terlihat gelisah dalam tidurnya. Aku langsung mendekap tubuhnya, berusaha menenangkan. Rasa khawatir menyergapku. Apa yang anak ini mimpikan? Aku mengelus pelan punggungnya. Satu helaan napas darinya baru membuatku percaya dia baik-baik saja. Lega, aku mendongak melihat langit yang tidak segelap sebelumnya. Sepertinya sudah menjelang dini hari.

Aku melirik kembali ke belakang pohon untuk melihat sang raja dan panglimanya telah terbangun dan membereskan barang-barang mereka, bersiap untuk lanjut berjalan. Aku pun segera membangunkan Marvel, kami juga harus bersiap menyusul mereka. Tapi, niatku menggoncang tubuhnya tertahan. Perlahan, aku menyandarkan tubuhnya ke batang pohon, lalu melihat keadaan sekitar. Mungkin aku akan membuat sarapan untuk kami.

Tepat saat Malik dan Rafel sudah sekian meter jauhnya dari tempat istirahat mereka, aku beranjak menuju tempat tersebut. Ada api unggun yang baru mereka matikan tadi, aku menyalakannya kembali. Aku memiliki makanan yang kubawa dari Elheims di dalam tas, jadi aku hanya butuh meletakkan sebuah batu di atas api unggun tersebut, menunggunya panas, lalu memanaskan makanan tersebut. 20 menit, aku memindahkan makanan tersebut ke wadah lain.

Tap tap tap...

Seseorang melangkah mendekat. Aku langsung tahu itu adalah Marvel yang baru saja bangun.

"Sini, Vel, sarapan dulu," ajakku seraya mematikan api unggun, lalu menoleh ke arahnya. "Tenang, gue tahu ke arah mana mereka pergi."

Anak berambut ungu itu pun mengangguk pelan. Wajahnya terlihat lesu. Mungkin karena mimpi semalam? Dia pun duduk di depanku dan menerima jatah makanannya. Setelah itu, kami langsung menuju arah perginya dua orang itu.

"Oalah, kita sudah sampai di Vermillion ternyata..." gumam Marvel pelan begitu kami melihat sebuah tembok batu yang terawat dengan baik. Terdapat pemukiman warga di baliknya dan sebuah istana besar berwarna dominan hitam di tempat tertingginya.

Aku mengangguk. Kami pun menyusuri tembok tersebut sampai menemukan pintu masuknya. Kami segera menuju gerbang istana, namun para prajurit yang berjaga langsung mencegat kami.

"𝘼𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙍𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙖𝙣 𝙒𝙖𝙠𝙩𝙪" || 𝑉𝑖𝑣𝑎 𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦 (S1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang