° XIV. Sejarah Sihir dan Batu Legendaris °

497 86 8
                                    

1st Person POV

Aku berjalan pelan di belakang dua orang raja seperti seorang tersangka pembunuhan. Aku mengakuinya. Karena aku yang mendorong laki-laki itu duluan dan membuatnya harus melindungiku dari menghantam tanah.

Kami masuk ke sebuah ruangan yang terasa seperti ruang sidang untukku. Raja dari Elheims itu menghela napas panjang sambil duduk di sebuah kursi, lalu memijat batang hidungnya.

"(Y/N), kamu tidak apa-apa, kan?" Tanya Raja GM sambil mengisyaratkanku untuk duduk juga.

Mulutku terbuka dan dengan suara bergetar, sebuah tawa pahit keluar. Raja GM dengan iba menyentuh bahuku dan mengusap punggungku, berusaha menenangkan.

"A, aku... aku minta maaf..."

"Itu bukan kesalahanmu,"

Aku menggeleng menyangkal pernyataan tersebut. "Seharusnya aku bisa menyelamatkannya, bukan dia yang melindungiku!"

"Tidak usah berisik begitu bisa tidak?"

Seketika, aku langsung diam dan duduk anteng mendengar apa yang diucapkan oleh sang raja dari Elheims itu, meskipun masih dengan wajah yang basah karena air mata. Lengang sejenak, hingga ia menghela napas lagi dan menatapku dengan 'sedikit' lebih lembut. (Catatan: 'sedikit'-nya itu kayak 0,00001%)

"Aku tidak menyalahkanmu sama sekali karena itu memang bukan karena kamu. Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri."

Aku patah-patah menangguk.

Cklek!

Pintu ganda ruangan terbuka lebar dan masuklah Genah beserta dengan yang lainnya.

"(Y/N)! Lu nggak apa-apa?!" Marvel langsung melangkah sejurus ke arahku, lalu menangkup wajahku. Terlihat dia sangat khawatir.

Aku mengangguk lagi, tak kuasa berbicara.

"Syukur lu utuh..." tambah Samsul sedikit lirih.

Kalau situasinya berbeda, mungkin aku akan tertawa pelan atas pernyataan itu. Tapi, nyatanya tidak bisa. Genah pun menyuruh kedua 'anak'-nya itu untuk duduk rapi-rapi. Pandangan Marvel pun beralih ke sang raja Elheims yang menontoni.

"Oh... inikah raja dari Elheims? Dia terlihat seperti ikan,"

Dengan sisa amarah sebesar biji kiwi di dalam hatiku, aku memberikan satu 'gelpakan sayang' kepadanya. Kalau saja sisa amarahku itu sedikit lebih besar, mungkin aku akan menggunakan kursi untuk mengeplak kepala anak itu.

"Anak kurang ajar. Aku punya nama, tahu!" Terlihat sang raja mengepalkan tangannya, namun senyum miring menyeramkan terpajang di wajahnya.

"Eh, aduh... ma, maaf..." Marvel buru-buru menunduk sambil mengusap kepalanya.

"Sudah, waktunya serius." Sahut Raja GM tegas, mengambil atensi semua orang. "Sekarang, Herobrine sudah memiliki 3 batunya. Cepat atau lambat, ia pasti akan mencoba merebut Batu Emerald yang ada pada kita,"

Mata biru samudra milik raja Elheims itu mengikuti arah yang ditunjuk oleh Raja GM, lalu terlihat melebar. "Kau berkata bahwa pemegang Batu Emerald saat ini adalah bocah tak tahu sopan santun ini?!"

Wajah Marvel sarat akan ketersinggungan, namun aku harus setuju dengan pernyataan 'bocah tak tahu sopan santun' itu.

"Dia adalah anak dari Spade dan Heart," Raja GM membuat si Ubi Ungu mengulum seringai kecil bangga.

"Mau dia anak Spade dan Heart atau siapapun itu, tetap saja dia seorang bocah, kan! Apa yang bisa dia lakukan untuk melindungi Batu Emerald?!"

"Aku sudah mengajarinya cara mengendalikan sihir hitamnya. Selama dia rajin berlatih baik mandiri maupun tidak, aku yakin dia pasti bisa."

"𝘼𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙍𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙖𝙣 𝙒𝙖𝙠𝙩𝙪" || 𝑉𝑖𝑣𝑎 𝐹𝑎𝑛𝑡𝑎𝑠𝑦 (S1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang