My Cold Captain-03

27.4K 1.8K 127
                                    

"Lo jujur, apa Willie keliatan sayang sama lo?" tanya Uri pada Janelle yang sedang mencicipi salah satu menu di kafenya.

"Iya, jujur aja, Jane. Si Willie gimana sama lo?" tanya Leona yang sedang makan.

"Ya, gitu. Gue yakin lo berdua ngerti maksud gue." jawab Janelle tanpa menatap dua temannya. Ketiga gadis itu sudah berteman sejak lama, dimulai dari SD sampai SMP. Walaupun saat SMA berada di sekolah yang berbeda, ketiganya masih berkomunikasi dengan baik.

"Jane, nggak enak tau mencintai." Leona menatap iba Janelle.

"Gue pasti bisa dicintai, tenang aja." balas Janelle dengan yakin.

"Di mana-mana cowok yang berjuang, ini malah lo. Berjuangnya pas udah nikah lagi, gue yang nyesek." Uri menghela napas sambil menopang dagunya.

"Please, jangan kasihani gue. Walaupun Willie kayak gitu, gue punya mertua dan juga kakak-kakak ipar yang baik banget ke gue. Tenang aja, oke?" Janelle menatap bergantian kedua temannya.

"Terus si Willie kapan pulang?" tanya Leona.

"Nggak tau. Gue bakal tanya langsung ke dia tapi gue nggak berani telfon, sih, takut ganggu. Paling ntar gue chat aja."

"Semangat, semoga dibales." kata Uri sambil beranjak dari kursi dan Janelle tertawa mendengarnya.

-My Cold Captain-

Janelle keluar dari kamar mandi dengan memakai piyama walaupun jam masin menunjukkan pukul 19:00. Janelle duduk di tepi ranjang dan mengambil ponselnya untuk mengirim pesan pada Willie.

"Tunggu. 'Kan, gue nggak punya nomor Willie. Gimana caranya gue chat dia?" gumam Janelle yang sudah membuka aplikasi mengirim pesan.

Setelah mengingat jika ia tidak memiliki nomor ponsel Willie, Janelle menghela napas panjang sambil berbaring. "Bisa-bisanya gue nggak punya nomor telfon laki gue sendiri." Janelle kembali menghela napas dengan mata yang tertuju pada langit-langit kamar.

Ponsel yang sudah terlepas dari tangan, kembali Janelle pegang karena ponselnya berdering di mana yang menghubunginya adalah Abel.

"Halo, Bun?" Janelle sudah duduk.

"Jane, sini ke rumah, kita dinner bareng."

"Iya, Bun. Abis ganti baju Jane langsung ke rumah."

"Oke, deh. Bunda tunggu, ya."

Janelle pun menjauhkan ponselnya dari telinga saat sambungan sudah berakhir. Walaupun tidak lapar, Janelle benar-benar akan pergi ke rumah mertuanya yang hanya perlu berjalan kaki untuk sampai ke sana. Selain karena tidak enak harus menolak, Janelle juga tidak ingin menghabiskan malamnya seorang diri di rumah.

Janelle sudah mengganti piyamanya dengan celana jeans berwarna putih dan kaus berwarna merah muda, Janelle pun keluar dari kamar dan pergi ke rumah mertuanya untuk makan malam bersama.

-My Cold Captain-

Setelah makan malam bersama, mereka berkumpul di ruang keluarga, saling berbicara dan menceritakan berbagai macam hal. Walaupun ruang keluarga didominasi oleh orang dewasa, ruangan itu terdengar sangat berisik karena kehebohan Reverie dan juga Quinnie saat bercerita.

Janelle yang duduk di sebelah Abel, sibuk menoleh ke kanan dan kiri dengan bibir yang menyunggingkan senyum, menatap bergantian Reverie dan Quinnie yang saling menyahut. Setiap melihat Reverie dan Quinnie, Janelle langsung teringat kebersamaannya dengan Brielle, membuat Janelle rasa rindu muncul seketika pada kembarannya.

My Cold Captain [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang