Begitu tiba di rumah, Janelle menghela napas dan menatap jam yang ada di layar mobil yang menunjukkan pukul 15:30 sore dan Janelle sedang diselimuti rasa khawatir karena ia sempat mengatakan tidak akan sampai sore. Janelle pun keluar dari mobil dan menoleh sejenak ke arah gerbang ketika mendengar suara klakson mobil.
"Jane, capek nggak?" tanya Reverie dengan mobil yang sudah berhenti di depan garasi.
"Enggak, Kak. Emang kenapa?"
"Temenin ke mal, yuk."
Janelle mengangguk, "boleh. Ini kita mau langsung pergi?"
"Iya, udah gitu aja." Reverie menunjuk sejenak ke arah Janelle.
Janelle tertawa. "Oke. Kakak lagi hamil nggak papa nyetir?" tanya Janelle yang sudah masuk ke dalam mobil.
"Nggak papa, lah. Justru aku mau anak aku jadi anak yang kuat. Harus dibiasain sejak dini selama dokter bilang kandungan aku baik-baik aja." jawab Reverie sambil melajukan mobil. "BTW, kamu abis dari mana?"
"Ketemu temen, Kak." jawab Janelle seraya menaikkan bagian kerah bajunya yang menutupi bagian kulit yang diperban dan sama sekali tidak terlihat karena tertutupi oleh baju.
"Oh." Reverie mengangguk-anggukkan kepala tanpa ada rasa curiga. "Nanti kamu mau kita makan di mana? Walaupun aku udah makan, nggak afdol rasanya kalo main ke mal nggak makan."
"Aku serahin ke kakak. Aku nggak laper, akhir-akhir ini aku nggak selera makan." balas Janelle dengan memalingkan wajah ke jendela.
Reverie yang sedari tadi fokus menatap ke depan, mulai menoleh pada Janelle. Menatap lekat adik iparnya yang tampak berbeda dari biasanya, dari raut wajah tampak lelah dan tidak sesegar sebelumnya. Hal itu membuat dada Reverie terasa sesak karena menurutnya karena Willie lah Janelle sampai seperti itu.
-My Cold Captain-
Setelah dari mal, Janelle tiba di rumah pada pukul 18:30 yang mana hal itu membuat Janelle langsung bergerak ke dapur untuk membuat makan malam. Saat melewati ruang makan, langkah Janelle terhenti ketika melihat dua piring berisi lauk yang tertutupi tudung saji transparan, tampak masih utuh. Untuk memastikan, Janelle pun masuk ke ruang makan dan benar saja, menu makan siang yang Janelle masak sama sekali tidak disentuh oleh Willie.
Janelle menoleh sejenak ke belakang dan menatap hasil masakannya dengan hati yang terasa pilu, saat ini Willie juga tidak ada di rumah, tidak tahu pergi ke mana.
"Gue masak lagi apa ini aja, ya, lauknya?" tanya Janelle yang merasa tidak tega harus membuang makanan.
Jika saja Janelle sedang lapar dan nafsu makannya baik, Janelle tidak keberatan harus memakan menu tadi siang sebagai menu makan malam. Masalahnya, Janelle tidak lapar, nafsu makannya pun hilang, Janelle tidak memiliki keinginan untuk makan apalagi memakan makanan berat. Saat di mal tadi, Janelle hanya memesan snack dan itupun sudah membuat Janelle merasa sangat kenyang, sampai saat ini.
"Masak lagi aja, deh, ya. Ntar Willie makin nggak selera kalo dia tau lauknya yang tadi siang." Janelle pun kembali menutupi lauk makan siang dengan tudung saja dan pergi ke dapur untuk membuat makan malam. Janelle hanya akan membuat makanan untuk porsi satu orang, hanya untuk Willie saja.
Ketika Janelle sedang menyiapkan bahan-bahan untuk memasak, ponsel Janelle berdering di mana yang menghubunginya adalah Elaya melalui video call. Janelle pun langsung menerimanya dan ia sandarkan ponselnya pada mangkuk kaca.
"Hai, Ma." sapa Janelle lebih dulu dengan posisi berdiri sambil memotong wortel dan Elaya tidak langsung merespons, wanita itu diam yang membuat Janelle mengalihkan mata dari wortel pada layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Captain [COMPLETED]
Teen FictionKisah Janelle tidak seberuntung kembarannya, Brielle, yang dapat merasakan kasih sayang dari Willie. Willie yang dikenal sebagai sosok yang hangat, berubah dingin untuk Janelle. Willie mau menikahi Janelle karena laki-laki itu masih membutuhkan sos...