My Cold Captain-14

26.2K 1.8K 113
                                    

Janelle berjalan mendekati Willie yang sedang duduk seraya menatap layar laptop. "Aku mau pamit, aku mau ketemu sama temen-temen aku. Aku pulangnya nggak sampe sore, kok."

Willie mengangguk sekali tanpa menoleh.

"Makan siangnya udah aku siapin, ya."

Willie tidak merespon.

Janelle tidak langsung pergi, gadis itu sedang menatap tangan kanan Willie. Dengan takut-takut, Janelle mengambil tangan kanan suaminya lalu ia cium. "Aku pergi."

Lagi, Willie tidak merespon.

Janelle menoleh sejenak ke arah Willie ketika sudah mencapai ambang pintu yang menghubungkan rumah dan garasi. Janelle pun menghela napas dan tetap melangkah menuju mobilnya.

Janelle hari ini akan melakukan operasi pemasangan alat chemoport. Mengenai biaya yang Janelle keluarkan setelah didiagnosa terkena kanker, sepenuhnya adalah uang Janelle sendiri. Uang yang Janelle keluarkan dari tabungannya, uang yang selama ini Janelle kumpulkan dari uang jajan yang orang tuanya berikan.

Janelle sama sekali tidak mendapatkan uang dari Willie, sepeserpun. Kartu yang pernah Willie berikan Janelle kembalikan dan tidak pernah Willie berikan lagi kepadanya.

-My Cold Captain-

Janelle yang sedang duduk di ranjang rumah sakit dengan sudah mengganti pakaiannya, tersenyum pada Max yang baru saja datang.

"Bentar lagi kamu ke ruang operasi." kata Max.

Janelle mengangguk. "Apa kamu yang operasi aku?"

Max menggeleng. "Bedah ahli, aku udah koordinasi sama dokternya."

"Oh, oke." Janelle kembali mengangguk.

"Kenapa kamu sendirian? Bukannya kamu udah nikah?" tanya Max.

"Suami aku lagi sibuk, dia pilot."

"Mungkin, kamu bisa kenalin aku ke dia? Aku pengen ketemu sama suami kamu."

"Em... Aku usahain." Janelle tersenyum.

"Apa dia tau soal penyakit kamu?"

Janelle menggeleng.

Max pun diam sambil mengamati wajah Janelle di mana menurutnya ada yang tidak beres tentang kehidupan Janelle. Daripada terus bertanya, Max pun mengangguk.

"Ibu Janelle, kita bisa ke ruang operasi sekarang." ujar seorang perawat.

Janelle mengangguk dan turun dari ranjang untuk pergi ke ruang operasi dengan jantung yang berdegup kencang, kedua tangan Janelle juga terasa dingin membayangkan rasa sakit ketika kulitnya disayat walaupun nantinya Janelle akan dibius.

-My Cold Captain-

"Jane di mana, Wil?" tanya Reverie yang datang sambil memegang kunci mobil.

"Ketemu temen katanya, Kak." jawab Willie yang masih setia dengan laptopnya.

Reverie menghela napas dan duduk di sebelah Willie. "Padahal Kakak mau minta temenin ke mal."

"Katanya dia nggak sampe sore, kok."

Reverie mengangguk lalu mengerutkan dahi. "Kamu yang nanya langsung atau Jane yang kasih tau?"

"Kasih tau Wil." jawab Willie.

"Do you love her?" tanya Reverie tiba-tiba.

Willie tertawa kecil. "Untuk bisa cinta nggak segampang itu."

"Kamu nggak punya perasaan apa-apa ke Jane?" tanya Reverie lagi.

Willie diam.

"Cuma Kakak yang tau, Kakak nggak akan cerita ke siapa-siapa." kata Reverie.

"Wil nikah sama Jane karena terpaksa, karena permintaan Elle yang terus hantui Wil sampe ganggu aktivitas Wil." balas Willie sambil menatap Reverie tanpa memelankan suara karena di rumah itu hanya ada mereka berdua.

Reverie menatap lurus Willie dengan bibir yang terkatup rapat, tak lama, Reverie bersuara. "Tapi, bukan berarti kamu bisa sia-siain Jane gitu aja. Kakak tau kalo kamu emang sedingin dan secuek itu sama Jane sementara Jane, selalu berusaha untuk tutupi sifat dingin dan cuek kamu di depan kita-kita, khususnya ke Bunda."

Willie diam di mana pikirannya tidak bisa lagi fokus pada laptopnya.

"Wil, kamu punya dua kakak, loh, punya Bunda juga. Ada tiga orang perempuan di kehidupan kamu yang Kakak yakini kamu sayang sama kita bertiga, tapi, kamu tega anggap Jane seolah-olah nggak ada? Itu sama aja kamu nyakitin kita."

"Kakak mau paksa Wil untuk bisa terima Jane?"

"Mau Kakak paksa atau enggak, udah seharusnya kamu terima kehadiran Jane, apalagi sekarang Jane istri kamu. Di saat Jane resmi jadi istri kamu, di saat itu juga Jane jadi tanggung jawab kamu."

"Wil masih cinta sama Elle, sampe saat ini." kata Willie yang sempat membuat Reverie terdiam.

"Wil." gumam Reverie lalu menghela napas sambil memalingkan wajah.

"So, don't force me to love someone else while my heart still wants her." (Jadi, jangan paksa aku untuk mencintai orang lain sedangkan hatiku masih menginginkan dia).

Reverie terdiam lalu tertawa kecil. Reverie mengangguk sekali, "fine." Reverie pun pergi dari rumah itu.

-My Cold Captain-

"Kamu wajib jaga kebersihan dan kamu juga dianjurkan untuk lakuin perawatan perangkat selama satu setengah atau dua bulan sekali supaya higienitas alat tetap terjaga, supaya bisa berfungsi untuk waktu yang lama." ujar Max.

Janelle mengangguk. "Oke. Jadi, aku cukup pake alat ini aja, 'kan, sebagai kemo?"

"Kamu tetap kemo, Jane. Fungsi dari dipasangnya alat ini meminimalisir rasa nggak nyaman waktu kemoterapi nanti, bisa ngurangin penggunaan jarum suntik, tes darah bisa dilakuin secara bersamaan dengan adanya bantuan port, yang terakhir bisa ngurangin efek iritasi karena obat nggak nyentuh kulit."

"Oh, I see." Janelle kembali mengangguk.

"Kamu ke sini nyetir sendiri?" tanya Max.

Janelle kembali mengangguk. "Iya, nggak papa, 'kan, kalo aku nyetir?"

"Lebih bagus sama supir, kamu baru aja selesai operasi karena setiap tangan kamu gerak, cukup berpengaruh ke tulang selangka kamu. Ya, kalo kamu yakin kamu bisa hati-hati, silakan."

"Aku bakal hati-hati banget. Aku juga ngerasa baik-baik aja, kok." Janelle tersenyum meyakinkan.

"Kalo bisa sampe seterusnya kamu selalu ngerasa baik-baik aja, bukan cuma hari ini."

Janelle mengacungkan kedua jempolnya, "pasti."

Max yang tadinya sedang kecewa setelah mengetahui Janelle sudah menikah, tertawa melihat Janelle barusan dengan rasa kecewa yang sudah menghilang. Max benar-benar tidak bisa kecewa pada gadis itu walaupun saat ini hatinya masih terasa sakit.

-My Cold Captain-

Qotd: ngerasa lega karena adanya Max atau ngerasa nggak suka?

My Cold Captain [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang