"Ground cockpit?" panggil Willie pada awak darat melalui interkom.
"Cockpit ground, go ahead." balas awak darat.
"Confirm, ready?" Willie kembali bertanya apakah awak darat siap untuk melakukan pushback atau mendorong pesawat.
"We are ready, tow bar is connected, all doors are closed." balas awak darat.
"Ground SQ305, ready to push and start." Willie memanggil ground control bukan awak darat.
"SQ305, clear to push and start face east."
"Clear to push and start face east, SQ305." kata Willie mengulang kalimat ground control. "Ground, we are cleared to push face east." Willie kembali memanggil awak darat.
"Cleared to push face east, release parking brake." Ground handler menyebutkan kembali perintah ATC agar tidak salah dan meminta penerbang melepas rem.
"Parking brake release, time 09:10, no delay." kata Willie.
"Cockpit ground, clear to start engine." Ground handler memberi tahu bahwa area sudah aman untuk menyalakan mesin.
"Starting engine." Ivan pun menyalakan mesin pesawat. Seraya didorong, biasanya mesin pesawat akan dinyalakan.
Pesawat pun sudah didorong oleh pushback truck dari posisi parkirannya. Setelah berhasil didorong, pesawat kini menghadap ke arah landasan di mana sebelumnya menghadap ke arah gedung terminal. Pesawat yang sebelumnya berhenti, kembali melaju dengan lambat menuju runway yang telah diarahkan oleh ATC.
Pesawat yang dikemudi oleh Willie dan Ivan sudah tiba di landasan pacu, pesawat kembali berhenti karena di depan mereka terdapat pesawat yang akan melakukan lepas landas, setelah itu barulah mereka.
"SQ305, runaway ready, permitted to take off. Good morning." ucap ATC.
"Runaway ready, permitted to take off. SQ305 copies that. Thank you for your kindness, good morning." balas Willie.
"Okay, so, take off?" tanya Ivan.
Willie mengangguk. "Yes."
"Take off." beo Ivan sambil mendorong tuas dorong atau tuas thrust yang membuat kecepatan pesawat bertambah, melaju dengan kencang di mana mereka akan melakukan penerbangan dari London menuju Singapura.
-My Cold Captain-
"UKMPPD kapan mulainya, Jane?" tanya Elaya di mana dirinya beserta anak dan suaminya berkumpul di balkon lantai dua.
"Bulan depan dan semoga bisa lulus biar bisa internship terus abis itu pendidikan spesialis." balas Janelle dengan penuh harap.
Anthony tertawa. "Kayaknya gampang banget ngomongnya. Tapi, iya, semoga semuanya lancar. Apalagi pendidikan spesialis lama, empat sampe enam tahun, 'kan?"
Janelle mengangguk. "Jane juga punya niat untuk dateng ke daerah-daerah terpencil, kasih pengobatan ke mereka."
"Jane, 'kan, udah nikah. Kalo kita udah nikah, nggak bisa sebebas sebelumnya, loh." ujar Elaya.
"Ya, Jane pergi waktu Willie pergi kerja. Bisa, 'kan? Bisa tau, Ma." kata Janelle seraya mengambil ponselnya yang berdering dan tertera nama mertuanya di sana. "Halo, Bun?" Janelle sudah menempelkan ponselnya di kuping.
"Jane, udah tau, 'kan, besok pagi Willie sampe di Indonesia?"
Janelle terkejut mendengarnya tapi sebisa mungkin Janelle tutupi dihadapan kedua orang tuanya. "Iya, tau, Bun." Padahal Janelle belum tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Captain [COMPLETED]
Teen FictionKisah Janelle tidak seberuntung kembarannya, Brielle, yang dapat merasakan kasih sayang dari Willie. Willie yang dikenal sebagai sosok yang hangat, berubah dingin untuk Janelle. Willie mau menikahi Janelle karena laki-laki itu masih membutuhkan sos...