"Emang lo udah berapa minggu, sih, Rev?" tanya Quinnie sambil menikmati makanan yang baru saja tiba.
"Lima minggu. Lo?" tanya Reverie balik.
Quinnie membulatkan mata. "Enam. Bisa-bisanya kita cuma beda seminggu. Ntar gue lahiran, minggu depan lo juga lahiran." Quinnie tertawa geli membayangkannya.
"Kita juga kawinnya sama kali, Quinn. Pas banget kita emang subur, langsung jadi, lah." balas Reverie.
Quinnie menoleh pada Janelle yang duduk di sebelahnya. Mereka bertiga sedang berada di sebuah kafe. "Seharusnya kamu juga hamil tau, Jane. Kita juga nikahnya cuma beda dua bulan, kita dulu baru kamu sama Willie. Kalo kamu hamil waktu kakak sama Reverie masih hamil muda, ntar pas kita lahiran bakal disangka anak kembar tiga, lucu tau."
Janelle hanya tertawa sebagai balasan dari kalimat Quinnie dengan mata yang tertuju pada makanannya, Janelle tidak sadar sedang diperhatikan oleh Reverie.
"Sikap Willie gimana ke kamu, Jane?" tanya Reverie yang tiba-tiba saja diserang rasa penasaran.
Janelle menatap Reverie lalu menatap Quinnie sejenak yang langsung menoleh kepadanya.
"Iya, sikap Willie gimana? Willie perhatian, 'kan, ke kamu?" Quinnie ikut bertanya.
Janelle mengangguk lalu tersenyum. "Perhatian."
Quinnie ikut tersenyum. "Syukur kalo kayak gitu. Willie itu penyayang banget orangnya, perhatian banget ke orang-orang khususnya sama perempuan. Willie bener-bener ngehargai perempuan, termasuk kamu. Iya, 'kan?"
Janelle kembali tersenyum. "Iya, Kak."
Quinnie mengacungkan jempol sambil memasukkan pasta ke mulutnya.
Janelle beralih menatap Reverie dan tertegun melihat Reverie sedang menatapnya dengan lekat, seolah sedang curiga kepadanya. Janelle menyunggingkan senyum untuk Reverie dan setelah itu memilih untuk fokus pada makanannya.
-My Cold Captain-
Willie tiba di Singapura pada pukul 16:15 waktu setempat. Begitu tiba di Singapura, Willie langsung pergi ke apartemennya. Willie membeli sebuah apartemen tanpa sepengetahuan keluarganya, mereka hanya tahu Willie selalu menginap di hotel sebelum memulai penerbangan dan Willie memang tidak ingin memberitahu kepada siapapun.
Willie sudah tiba di apartemennya tanpa membuka koper karena isi dari koper itu sudah dipersiapkan khusus untuk selama penerbangan Willie nantinya.
Penerbangan pertama Willie akan tiba di pukul 00:25 malam nanti tetapi Willie sudah harus berada di bandara dua jam sebelum keberangkatan. Karena masih memiliki banyak waktu, Willie pun memilih untuk membersihkan apartemennya yang sebenarnya tidak kotor, Willie hanya merasa harus memiliki kegiatan daripada berdiam diri.
Hal pertama yang Willia lakukan adalah menyalakan vaccum robbot lalu beralih mengambil kain untuk mengelap benda-benda yang ada di sana. Setelah dari ruang tamu, Willie pergi ke kamar dan melangkahkan kaki menuju walk-in closet yang tidak begitu lebar tetapi berukuran panjang.
Langkah Willie terhenti saat dirinya berada di dekat kursi dan meja yang mengarah langsung ke dinding kaca yang ukurannya disesuaikan oleh lebar walk-in closet. Willie menarik mundur kursi lalu duduk di sana dengan mata yang tertuju pada bingkai foto berukuran sedang.
"Aku nggak akan pernah bosen bilang kalo aku beli apartemen ini supaya aku bisa bebas letakin foto-foto kamu. Ya, just me and you here, just the two of us." Willie tersenyum sambil mengusap-usap bingkai foto Brielle dengan kain.
-My Cold Captain-
Janelle mengambil tisu lalu ia tutupi hidungnya untuk mengeluarkan cairan yang membuat Janelle sulit bernapas. Janelle menjatuhkan kepalanya di atas sandaran sofa dengan tubuhnya yang terasa panas, ingin sekali rasanya Janelle memberitahu Willie jika dirinya sakit, tapi, Janelle yakin Willie tidak akan peduli.
"Jane, kenapa?" tanya Abel yang datang sambil membawa makanan.
"Willie udah sembuh, gantian Jane yang sakit." jawab Janelle sambil tertawa kecil dan mengelap hidungnya.
"Ya ampun, udah minum obat?" tanya Abel lagi sambil memeriksa kening Janelle.
"Udah, Bun. Baru aja. Kalo nggak ada kurangnya, Jane mau ke rumah sakit."
Abel mengangguk setuju dan meletak yang ia bawa sambil duduk di sebelah Janelle. "Willie udah kasih kabar kalo dia udah sampe di Melbourne? Tadi baru aja Willie kasih kabar ke Bunda, Willie juga kasih kabar ke kamu, 'kan?"
Janelle mengangguk sambil tersenyum dibalik kebohongan. Mustahil Willie mau memberikan kabar kepadanya.
"Em..." Abel diam sejenak di mana pertanyaan yang ingin dilontarkan sedikit membuat ragu, tapi, Abel sangat penasaran.
"Bunda mau bilang apa? Kenapa tiba-tiba diem?"
"Ya, apa kalian udah begituan?"
Janelle terkejut dan Abel tertawa.
"Bunda cuma pengen tau. Kalo nggak mau kasih tau, nggak papa, kok. Bunda kayaknya udah terkontaminasi sama Reverie juga Quinnie, mereka itu blak-blakan banget soal urusan ranjang di depan Bunda." kata Abel seraya tertawa.
Janelle ikut tertawa. "Belum, Bun."
Abel mengangguk lalu menyentuh lengan Janelle dan mengusapnya.
-My Cold Captain-
"Kalo gue nikah nanti, lo bakal dateng sama Willie atau sendirian?" tanya Leona pada Janelle yang sedang memarkirkan mobil di parkiran rumah sakit.
"Kayaknya sendirian, deh. Kalo misalnya Willie emang nggak ada jadwal flight, tetep aja gue bakal dateng sendirian karena gue nggak pengen dia mau ikut karena terpaksa."
"Ya, yang penting, 'kan, lo dateng bawa gandengan. Willie lagi."
"Males, ah. Nggak peduli gue sama omongan orang-orang, kalo Willie ikut karena terpaksa yang ada ntar dia makin ngejauh sama gue. Ayo, turun." ujar Janelle setelah memarkirkan mobil.
"Gue takut ngeliat hasil cek kesehatan gue, terakhir gue cek, kolesterol gue tinggi banget." kata Leona sambil mereka berjalan masuk ke rumah sakit.
"Makan sembarangan, sih, lo. Mana mau nikah." balas Janelle.
"Ibu Janelle? Silakan masuk." ujar seorang suster yang berdiri di depan ruangan dokter.
"Oh, langsung masuk?" tanya Janelle dengan sedikit terkejut karena ia pikir harus mengantre lagi.
"Iya, Bu. Silakan." jawab sang suster sambil membuka pintu.
Janelle dan Leona pun masuk ke ruangan itu di mana sang dokter langsung tersenyum begitu melihat wajah Janelle.
"Hai, Jane." kata dokter dan Janelle tertawa.
"Hai, Max." balas Janelle yang membuat sang dokter ikut tertawa dengan Leona yang tampak bingung. "Max ini temen gue waktu kita masih kecil. Walaupun jarak umur kita cukup jauh, Max yang selalu jadi temen gue dulu." kata Janelle pada Leona.
Leona akhirnya mengangguk. "Leona." katanya sambil mengulurkan tangan pada Max.
"Max." balas dokter itu pada Leona. "So, I've heard what happened to your twin, I'm so sorry for you."
Janelle mengangguk. "Elle udah nggak kesakitan lagi sekarang. She has cancer."
Max ikut mengangguk. "Dan..." Max menghela napas panjang sambil menatap hasil dari pemeriksaan kesehatan Janelle. "Kamu juga, Jane. Aku harap cuma muka kalian aja yang sama, bukan penyakit kalian."
"Hah?" Leona bersuara dengan wajah bingung.
Janelle menoleh sejenak pada Leona lalu menatap Max sambil tertawa kecil. "Maksud kamu apa?"
"Kamu juga punya kanker." jawab Max yang akhirnya membuat seluruh tubuh Janelle menegang seketika.
-My Cold Captain-
Qotd: Willie harus langsung tau atau nanti dulu?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Captain [COMPLETED]
Teen FictionKisah Janelle tidak seberuntung kembarannya, Brielle, yang dapat merasakan kasih sayang dari Willie. Willie yang dikenal sebagai sosok yang hangat, berubah dingin untuk Janelle. Willie mau menikahi Janelle karena laki-laki itu masih membutuhkan sos...