.
.
.
🍁🍁🍁
Apa salahnya menyukai pria seperti Kiba?
Tamaki tidak merasa bersalah sama sekali ketika dia mulai menjalankan aksinya, bukan hanya karena dia bakal mendapatkan uang untuk bisnis keluarganya yang hampir gulung tikar. Banyak faktor yang membuat bisnis itu sepertinya tidak layak untuk dilanjutkan di saat mungkin saja banyak klinik hewan dengan fasilitas lengkap. Meskipun begitu, Tamaki mencoba berusaha untuk memperbaiki bisnis keluarganya. Dan Tamaki sendiri tidak terlalu ingat bagaimana pada akhirnya dia terjebak oleh rencana pimpinan barunya—orang yang seharusnya tidak layak untuk melirik karyawan jauh di bawahnya.
“Tamaki, kau pucat, apa sakit?” Kiba bertanya, menyentuh dahinya. “Aku ingat, setiap pergantian musim, kau selalu sakit. Apa kau merasakan tubuhmu ada yang tidak beres? Mau aku antar ke rumah sakit?” tanpa sadar Tamaki termenung sambil mencermati wajah Kiba yang khawatir kepadanya. Ia tidak pantas mencemooh Pak Uzumaki, kalau dia sendiri tidak jauh berbeda dari pria itu untuk punya rasa pada seseorang hingga rela melakukan apa pun untuk mendapatkannya.
“Tamaki—” Tamaki tiba-tiba memeluk Kiba, yang kemudian terkejut dengan perilaku Tamaki yang aneh dari biasanya. Mereka berdua masih berada di gudang untuk mengambil barang-barang yang dibutuhkan oleh tim pemasaran untuk mengadakan pameran akhir bulan ini. “Apa yang terjadi?”
“Aku menyukaimu, Kiba,” ujar Tamaki, dia tidak ragu lagi untuk mengatakannya. “Aku menyukaimu sejak lama. Sejak kita berdua saling mengenal dan melengkapi satu sama lainnya. Kau tahu apa yang terjadi padaku, kau sungguh perhatian. Mengapa aku tidak bisa memilikimu? Mengapa kau justru menyukai Hinata? Mengapa kau jadian dengannya?”
“Tamaki.”
“Kiba!” Tamaki melepaskan pelukannya, lalu dia mundur. “Seharusnya kita berpacaran karena kita sudah mengenal sejak lama, mengapa dia yang kau pilih?” Kiba mencoba menenangkan Tamaki, tapi sepertinya tidak akan berhasil. Kiba tahu bagaimana sikap Tamaki kalau sudah seperti ini, sehingga daripada mendebatnya, alangkah lebih baik Kiba harus mendengarkan Tamaki selesai menggerutu.
“Kau harus memilihku, karena aku mencintaimu.”
“Aku tahu, Tamaki,” Tamaki terperangah di tempatnya, tidak percaya bahwa dia mendengar itu dari mulut Kiba. Jika memang tahu, mengapa pria itu tidak mengatakan apa-apa selama ini kepadanya. “Aku tahu kau menyukaiku,” Kiba mengulang. “Aku juga menyukaimu, tetapi saat itu kau masih berpacaran dengan orang lain. Aku berusaha untuk melupakanmu, karena aku tidak ingin menjadi berengsek. Kupikir sebaiknya kita menjadi seorang teman daripada sepasang kekasih.”
Tamaki mendekati, tidak peduli bahwa dia mungkin saja ditolak ketika gadis itu menerjang Kiba dengan ciuman, sembari menarik pria itu ke pojokkan.
Sementara sebagai seorang lelaki dengan naluri kuat yang memiliki perasaan yang sama terhadap Tamaki sebelum ini pun, Kiba tidak mampu menolaknya. Ia tidak akan membohongi dirinya sendiri, selama ini dia berkencan hanya untuk melenyapkan Tamaki dari pikirannya. Bagi Hinata itu pasti menyakitkan, tetapi setiap Kiba ingin mengakuinya—seluruh perasaan yang kian hari dipertanyakan olehnya, apakah berada di sisi Hinata sebagai seorang kekasih itu sangat layak? Bahkan ketika mereka mungkin saja menceritakan hubungan mereka, sudah pasti tidak akan ada satu pun orang yang percaya. Kiba terlambat menyesali bahwa dia membohongi diri sendiri selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ODIOUS ✔️
FanfictionDark Romance Rate M Cinta yang keliru selalu buta. Cinta selalu membuat gembira, tak kenal hukum, bersayap dan tak terbatas. Dan cinta mematahkan semua mata rantai logika, sehingga mungkin bagi Hinata Hyuuga, William Blake tak pernah salah menulisny...