.
.
.
🍁🍁🍁
Seluruh tim pemasaran datang ke acara yang diselenggarakan oleh CEO baru mereka di sebuah Izakaya yang ada di Akihabara-yang sempat Naruto bayangkan bahwa dia bisa datang ke sana untuk sekadar menikmati wiski atau anggur dalam kesendirian yang terasa tidak mungkin terjadi, karena ada beberapa gadis yang berniat mendekatinya hanya untuk sekadar bertukar kartu nama atau malah menghabiskan malam bersama.Izakaya terbaik itu disewa khusus pada malam itu sepulang kerja. Semua karyawan di divisi pemasaran sangat gembira menyambut pesta. Mencampur minuman, bercanda, bahkan bernyanyi dengan suara mereka yang sumbang tidak terlalu enak untuk didengar, tetapi Naruto satu-satunya orang yang hanya diam dan minum apa saja yang dituangkan oleh orang lain kepadanya sambil diam-diam mencuri pandang ke arah Hinata yang sedang bercengkerama dengan teman-temannya.
Naruto bukan tidak cukup berani untuk datang kepada gadis itu dan mencari perhatian. Ia punya banyak daftar rencana yang sudah disusun. Jika dia mengacaukan semua rencana itu, dia mungkin saja harus menyusun rencana itu kembali nantinya, dan bilamana hal itu benar-benar terjadi, dia mungkin harus mengulang dari awal untuk menjalankan rencananya.
"Di sini terlalu berisik, apakah saya perlu pesankan ruang pribadi untuk Anda minum?"
"Tidak. Aku sudah tahu kalau bakal jadi begini," Naruto mencoba ramah kepada manajer utama, pria berbadan kecil dengan mata sipit yang terlihat lihai untuk mengamati seseorang. Pria setengah baya itu sudah lama bekerja di perusahaan, cukup terampil untuk memimpin, tapi terlihat tidak terlalu menyukai keserakahan. Itu mengapa kakeknya selalu bilang padanya, bahwa penting untuk memiliki seseorang yang dapat dipercaya. "Aku pergi ke luar sebentar untuk cari angin."
Naruto pergi ke samping untuk merokok. Di sana bukan hanya ada dia. Naruto juga melihat Kiba Inuzuka sedang bermain ponsel, yang beberapa menit lalu berniat untuk pergi dari perkumpulannya, dan tanpa sadar dia pun melihat Hinata di sana bersama pria itu. Sejak kapan gadis itu pergi dari pengawasanku?
"Kiba, apa kau marah padaku?"
"Marah? Karena apa?"
"Aku pikir karena kita tidak bisa melewati malam bersama," Naruto seolah bersembunyi untuk menguping percakapan yang tidak disengaja itu sambil punggungnya bersandar pada tembok dan kedua tangan dia masukkan ke dalam masing-masing saku celana, sebab malam itu cuacanya lumayan dingin.
"Maaf, karena Tenten sepertinya tidak bisa ditinggal. Kau tahu sendiri, kalau gadis itu agaknya problematik pada setiap lelaki yang dikencaninya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ODIOUS ✔️
FanfictionDark Romance Rate M Cinta yang keliru selalu buta. Cinta selalu membuat gembira, tak kenal hukum, bersayap dan tak terbatas. Dan cinta mematahkan semua mata rantai logika, sehingga mungkin bagi Hinata Hyuuga, William Blake tak pernah salah menulisny...