Odious - 9

1.4K 198 20
                                    

.




.



.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍁🍁🍁



Hinata hampir tidak pernah menganggap omongan orang lain itu penting, itu sebelum dia mulai sering memasuki kantor CEO baru perusahaannya. Akan tetapi kali ini Hinata berpikir pentingnya reputasi yang baik, sehingga dengan begitu dia dapat bekerja secara maksimal tanpa pusing. Menghindari hal-hal yang tidak penting terutama. Namun akhirnya dia terjerat, pada hubungan yang tidak memiliki landasan yang pasti. Ia seperti gadis yang digantung atau tidak sama sekali sejak awal. Ini seperti permainan klise di dalam perusahaan.

Hari itu, dia datang lagi atas permintaan sang CEO. Sekretaris bertampang dingin dan kadang-kadang terlihat sinis itu mengumumkan kedatangannya setiap makan siang tiba. Rumor itu pasti cepat menyebar, tetapi apakah sekretaris Pak Uzumaki adalah perempuan-perempuan penyuka gosip? Mereka seperti memiliki kasta tersendiri untuk tidak berkumpul bersama yang lainnya di lantai bawah. Atau begitulah aturan mainnya untuk tetap menjadi profesional.

Setelah sekretaris menghubungi bagian dalam kantor Pak Uzumaki, Hinata dipersilakan masuk ke dalam. Ia melihat pria itu menerima seorang tamu. Dilihat dari penampilannya, tamu tersebut tampak cocok dengan Pak Uzumaki. Sosok perempuan yang kemudian berdiri dari duduknya sambil menyampirkan mantel bulu di lengannya. Tatapannya kurang mengenakan, tetapi Hinata bisa apa. Ia bahkan tidak kenal dengan perempuan itu. Siapa peduli kalau dia dibenci tanpa sebab.

"Kau ke sini tanpa aku suruh terlebih dahulu," kata Naruto. "Aku senang melihat kemajuanmu."

Pada dasarnya, hanya Hinata yang tidak senang dengan kemajuannya, saat datang kemari tanpa diperintah. Sebab dia memastikan kantor Naruto tidak menghubungi terus-terusan area pemasaran hanya karena ingin bertemu dengannya. Lalu, bukankah sebaiknya mereka bertemu di tempat lain daripada di kantor? Kenapa harus di area yang banyak orang dan orang-orang itu kemungkinan besar membicarakan mereka. Sudah pasti karena semua tampak aneh bagi mereka yang melihatnya setiap hari.

"Aku tidak tahu apakah benar untuk mengatakannya," Naruto mencermati dengan mengerutkan kening. "Sebaiknya kita tidak melakukannya di kantor. Aku merasa tidak nyaman setelahnya. Jika kau menyuruhku untuk keluar, aku akan keluar dari tempat ini, dan kita bisa melakukannya di tempat lain."

"Oh, maksudku kita bisa melakukannya di mana pun kecuali di kantor?"

Hinata tampak tak bisa tenang ketika pria itu seakan menyimpan kelicikan lainnya. Jalan pikiran pria itu tentu saja tidak dapat disamakan jalan pikiran Hinata yang meminta tempat paling aman untuk berhubungan. Pria itu terlihat punya nyali besar untuk melakukan apa saja saat dia menginginkannya, tidak peduli yang terjadi dapat merugikan mereka. Tapi masalahnya, kerugian sebesar apa yang diterima Naruto nantinya? Pria itu lebih banyak mendapatkan keuntungan. Hal semacam ini selalu perempuan yang paling banyak dirugikan.

Seakan perdebatan itu tidak pernah habis. Naruto menepuk kursi di pinggirnya, dan itu artinya meminta Hinata untuk ada di sana segera daripada berdiri di depan pintu.

Sampai di samping Naruto, pria itu menyerangnya dengan ciuman beruntun seakan terlihat rindu. Hinata yang pada awalnya merasa risi, kini mulai terbiasa dengan serangan tiba-tiba pria itu setiap harinya. Ia tidak tahu seberapa jauh pria itu akan berbuat mesum kepadanya. Jika dia membicarakan status hubungan mereka, itu tidak lebih dari pemaksaan, karena sejak awal Hinata tidak menginginkannya.

"Hari ini, aku ingin kau menginap di rumahku," Hinata yang berpindah ke pangkuan Naruto tampak terkejut.

"Aku ingin tinggal bersamamu mulai sekarang. Dan, aku pikir kau tidak usah menolak tawaran itu. Kau tahu apa yang akan aku perbuat kalau saja kau tidak menurut?" akhir-akhir ini Hinata senang mendapatkan kejutan semacam itu, seolah menunjukkan bahwa ada banyak kemajuan, dan dia bisa melupakan Kiba dengan cepat. Meskipun begitu, tidak sekali Hinata memikirkan dia selalu terlibat dengan ketidakjelasan mengenai hubungan asmara.

Sentuhan Naruto tampak tulus, pria itu tidak pernah kasar padanya, walau di dalam percintaan sepertinya Naruto tipe pria yang menyukai seks kasar. Pria itu akan sering kali mengunci tangannya, mencekik lehernya, atau berbisik yang merendahkan ke telinganya. Tapi setelah itu, Naruto memastikan bahwa Hinata mendapatkan kehangatan, seperti dia akan menyediakan makan siang yang enak atau makan malam yang tampak mewah. Kalau dipikir-pikir lagi, apakah pria itu punya kekasih sebelum ini. Apakah perbuatannya termasuk dari melarikan diri karena patah hati. Bisa saja yang dilakukan oleh Naruto seperti dirinya yang akhirnya menerima hubungan aneh itu karena dikhianati, yang sampai sekarang bahkan Kiba tidak pernah memberitahu kemajuan hubungan itu. Lagi pula Hinata tidak berani maju untuk mencari pembenaran sendiri.

Hinata terkesiap tiba-tiba ketika Naruto membalik posisinya yang sebelumnya ada di atas kini berpindah memunggungi pria itu. Ia merasakan sentuhan lembut Naruto di punggungnya dengan mengentak kuat yang membuat Hinata hampir terlihat seperti akan menangis.

"Berhenti melakukan itu!" teriak Hinata ketika tangan besar Naruto memukul bokongnya. Sesekali pria itu mungkin saja seperti memujanya, tapi pukulan melayang seiring Hinata menahan desahannya.

"Apa... Apakah kau pernah melakukannya dengan wanita lain?" pertanyaan itu meluncur dengan tidak tahu diri. Dia sendiri tidak menyangka cukup berani mempertanyakannya. Memperlihatkan ketakutan bahwa dia mungkin saja akan dicampakkan suatu hari nanti. "Tidak usah dijawab kalau tidak ingin dijawab," ujar Hinata, dengan tergagap.

Sampai pada klimaks kedua, Naruto tidak kunjung menjawab, malah mengatur napas di samping Hinata yang terkulai lemas. Ia membiarkan gadis itu bergelut dengan pikirannya; kau mungkin suatu hari nanti bakal dicampakkan. Naruto dapat membaca isi pikiran Hinata hanya dengan melihat wajah gadis itu yang tiba-tiba muram. Apakah hubungan mereka sudah dapat dikatakan seperti sepasang kekasih yang ingin terus menempel di mana pun.

"Aku akan kembali ke ruangan," kata Hinata, selesai gadis itu merapikan penampilannya.

"Ini," Naruto tiba-tiba memberikan catatan. "Kata sandi rumahku. Jangan lupa datang."

.


.


.

Tbc

ODIOUS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang