Hai guys, Gimana kabarnya?? Sehat selalu tentunya kan??
Oh ya jangan lupa vote, like dan juga coment di setiap paragraf yah guys, ayok tinggalkan jejak mu di sini, satu vote, like dan coment kamu, Sangat berarti untuk novel ini.
Berlin kini duduk di tepi ranjang nya, Berlin yang tadi nya menundukkan kepala kini beralih menatap Andre, “kak!” Ucapan Berlin membuat Andre berhenti mondar-mandir, kemudian Andre pun duduk di samping Berlin.
“Gimana kalo kak Aurel tau? Lalu orang tua kita?” Berlin tampak kawatir ditambah dia sangat dekat dengan Aurel, apa yang akan di pikirkan Aurel jika tau akan hal ini.
Andre mencoba tenang, kemudian menghela nafas nya, “kakak udah telepon mama dan papa, mereka dalam perjalanan pulang, tentang kak Aurel, kakak akan cari waktu yang tepat untuk membahas nya, kamu sabar yah,”
“Maafin Berlin kak, Berlin udah bikin hubungan kakak dan kak Aurel rusak” Berlin kembali tertunduk sedih.
“Sssstttt, ini bukan salah kamu, kakak yang salah dalam hal ini, kakak akan lakuin yang terbaik untuk kamu, kamu tenang aja yah” lagi-lagi Andre berhasil menenangkan Berlin, meski dirinya sendiri saat ini sangat gelisah, namun Andre sebisa mungkin berusaha terlihat tenang di hadapan Berlin.
Berlin masih duduk di tempat dia terakhir duduk tadi, perasaan nya masih sangat gelisah.
“Berlin,” suara berat laki-laki terdengar dari luar di iringi dengan ketukan pintu yang perlahan terdengar.
Berlin menoleh menatap ke arah pintu, pintu tak tertutup sepenuhnya, hanya tertutup separuh saja, hingga masih terlihat Andre yang berdiri di sana, Andre pun masuk tanpa menunggu jawaban Berlin, Andre tampak membawakan nampan kecil dengan piring makanan dan juga gelas yang berisikan air, tak lupa sendok yang juga ada di nampan kecil itu. Andre berjalan mendekati Berlin, meletakkan nampan itu di nakas samping ranjang Berlin.
“Makan dulu yah, kamu kan belum makan sejak tadi” ucap Andre dengan suara yang terdengar lembut.
“Berlin gak lapar kak” ucapan Berlin terdengar dingin sekali, terdengar seperti harapan yang punah dan semangat hidup yang telah lenyap.
“Kamu gak boleh egois seperti itu, pikirkan janin yang ada di perut kamu, dia butuh makanan yang kamu makan, jika kamu terus seperti ini, bagaimana dia akan bertahan,” ucapan Andre menusuk lubuk hati Berlin, benar dia tidak boleh bersikap egois, saat ini bukan hanya dirinya yang berhak atas tubuhnya, ada janin kecil yang membutuhkan makanan yang dia makan untuk terus bertahan.
Berlin perlahan mengambil piring dan juga sendok yang berada tidak jauh darinya, Berlin pun memakan nya tanpa ragu, meski tak berselera, Berlin tetap menghabiskan semuanya tanpa sisa, dia harus menjaga kesehatan nya untuk janin yang tengah di kandungnya, benar, anaknya dan juga Andre.
Selesai makan Berlin pun kembali meletakkan piring di atas nakas samping ranjang nya.
“Istirahat yah, udah malam, besok gak perlu sekolah dulu,” ucap Andre yang kemudian membantu Berlin berbaring di ranjang, Andre membenarkan selimut Berlin, agar adiknya tidak kedinginan, kemudian mematikan lampu kamar Berlin, lalu bergegas meninggalkan kamar Berlin dengan membawa nampan nya tadi.
❤️❤️❤️
Malam berlalu begitu cepat, kini sinar mentari telah terpancar dari sela-sela ruangan kamar milik Berlin. Perlahan Berlin membuka matanya, mencoba mencari ponselnya, kemudian memperhatikan jam yang ada di layar ponselnya, sudah pukul 08.25, Berlin bergegas turun karena perut nya terasa lapar.
“Bagaimana bisa kalian melakukan hal seperti itu? bagaimana dengan kuliah kamu dan juga sekolah adik kamu? Bagaimana bisa dia fokus sekolah dengan kandungan nya? Kalo orang-orang tau bagaimana? Apa yang akan kita lakukan? Seharusnya kalian memikirkan dampak buruk nya sebelum berbuat sesuatu!”
“Udah pa! Kita selesaikan masalah ini baik-baik,” ucap mama yang berusaha menenangkan papa.
Andre hanya diam menyadari kesalahannya tanpa membantah sedikit pun. Berlin melihat mereka dari tangga, kapan mereka pulang, bukannya takut akan di marahi Berlin justru malah memikirkan hal yang terbilang tidak penting.
“Kenapa diam? Katakan bagaimana kita akan menghadapi situasi ini?” papa terus menekan Andre, tentu dia sangat kecewa dengan kelakuan anak-anak nya, meski Andre sudah menjelaskan semua situasi nya, tetap saja itu tidak membantu untuk menenangkan papa.
“Andre kamu kok bisa seperti itu sih nak,” mama menatap Andre dengan penuh kekecewaan.
“Maafin Andre Ma, maafin Andre Pa” hanya itu yang bisa di lakukan oleh Andre saat ini, hanya bisa mengakui kesalahannya.
“Andre akan tanggung jawab Pa, Andre akan menikahi Berlin, dan membesarkan anak kami bersama-sama” ucapan Andre membuat Berlin Sangat kaget, tentu itu tidak pernah terpikirkan oleh nya. Berlin bergegas berlari ke kamar nya, kemudian mengunci pintu kamarnya.
“Sini kamu!”
“Pa!”
“Diam kamu Ma, anak ini harus di beri tahu agar mengerti sebesar apa kesalahannya.”
Andre pun bangkit dari duduknya, kemudian dengan ragu berdiri tepat di depan papanya.
Brukk ... Dengan sekali pukulan tubuh Andre ambruk ke lantai. Tangan Andre menyentuh bagian bibirnya yang sedikit berdarah akibat menerima bogem dari papanya.
“Papa!” mama berteriak histeris, lalu mencoba membantu anaknya berdiri.
“Lalu bagaimana dengan Aurel?” ucapan papa membuat Andre beralih menatap papanya.
“Andre gak punya pilihan lain Pa, Andre terpaksa memutuskan hubungan dengan Aurel, Andre akan cari waktu paling tepat untuk ngomong sama Aurel, kasih Andre waktu Pa” papa pun mendekati putra satu-satunya,
kemudian memeluk nya erat-erat, tentu dia tau tentang perasaan anaknya ini, meski tidak memiliki hubungan darah, namun mereka sudah bersama dalam waktu yang lama, tidak heran jika mereka mengerti satu sama lain. Namun tetap saja amarahnya tadi sudah tidak dapat di bendung lagi, mungkin jika Andre bukan anaknya, sudah ia bunuh laki-laki yang berani berbuat seperti itu terhadap anak perempuannya.
“Segera bersiap untuk pernikahan kalian, akan di langsungkan seminggu lagi” ucap papa yang kemudian meninggalkan ibu dan anak itu.
Mama mengusap perlahan punggung putranya, “kamu harus kuat nak, jalani semua ini dengan ikhlas” Andre hanya diam tanpa menjawab sedikit pun, ada sedih dan juga perasaan cemas yang di rasakan nya.
Maafkan aku Aurel, batin Andre.
Gimana guys cerita nya, seru ga!!! Silahkan coment yah guys, sampai ketemu di chapter berikutnya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIVAT WEDDING [ ON GOING ]
RomanceKarna suatu kesalahan Berlin terpaksa menikahi kakak angkat nya. Berlin saat ini tengah duduk di bangku kls Xll SMA semester kedua. Mampu kah Berlin melanjutkan sekolah nya serta menjalani pernikahan rahasia dengan kakaknya? Sedangkan kakak Berlin s...