Bab 16

33 26 4
                                    

Hai guys, Gimana kabarnya?? Sehat selalu tentunya kan??

Oh ya jangan lupa vote, like dan juga coment di setiap paragraf yah guys, ayok tinggalkan jejak mu di sini, satu vote, like dan coment kamu, Sangat berarti untuk novel ini.

Oh ya jangan lupa vote, like dan juga coment di setiap paragraf yah guys, ayok tinggalkan jejak mu di sini, satu vote, like dan coment kamu, Sangat berarti untuk novel ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berlin merogoh ponsel di saku-nya, pukul 19.20 Berlin berdiri tepat di perempatan jalan. Tidak terlalu jauh dari rumahnya. Berlin sudah meminta izin dengan orang tua nya, dengan dalih pergi main bersama Jessy dan Renata, dia juga sudah menelepon Jessy dan Renata agar mau di ajak bekerja sama.

Silau cahaya lampu motor membuat Berlin menggerakkan tangannya menghalangi cahaya yang menyilaukan matanya. Motor itu pun berhenti tepat tidak jauh dari Berlin yang berdiri di pinggir jalan. Pemilik motor itu pun turun dan menyapa Berlin.

Matanya sempat lama menatap Berlin yang tengah mengenakan dress hitam floral dengan jaket denim sebagai luaran, karena malam sedikit dingin, tentu ia sudah berjaga-jaga agar tidak ikut serta kedinginan akibat angin malam yang tidak bersahabat.

Motor melaju pelan mengelilingi kota, tangan Berlin memeluk erat Nathan yang mengemudikan motor dengan tenang, rasanya hangat dan nyaman. Sesekali tangan laki-laki itu mengusap pelan punggung tangan Berlin yang tengah memeluknya.

Apa saat ini aku termasuk berselingkuh? Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di benaknya, secepat kilat Berlin melepaskan pelukannya. Merasakan hal yang berbeda, Nathan pun memilih menepikan motornya, berhenti tepat di sebuah taman.

"Ada apa?"

"Duduk dulu yuk, bintang nya bagus!"

Berlin pun dengan hati-hati ikut turun, lalu duduk di sebelah Nathan yang sudah duduk di bangku kayu panjang, tidak tahu sudah ada ntah sejak kapan.

Setelah beberapa menit menikmati bintang, Nathan pun beranjak berdiri, "ayok! Pulang, udah larut," ucapnya pelan.

"Hm ... I-ya," Berlin pun menyusul Nathan, namun kakinya memilih berhenti sejenak, tangan nya melingkar elok memeluk tubuh milik Nathan.

"Eh ..." Nathan terkesiap menyadari Berlin yang tiba-tiba memeluknya.

"Sebentar aja!" Berlin merasakan Nathan mengangguk pelan. Tangan nya pun mengusap pelan punggung tangan Berlin, hingga akhirnya menyentuh jemari itu pelan, memilih tetap berada di sana untuk sesaat.

 Tangan nya pun mengusap pelan punggung tangan Berlin, hingga akhirnya menyentuh jemari itu pelan, memilih tetap berada di sana untuk sesaat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin ini terakhir kali nya, selamat tinggal Nathan! Bersamaan dengan itu pelukan Berlin semakin erat, Nathan juga jelas merasakan nya.

❤️❤️❤️

Empat bulan telah berlalu, saat ini Berlin sudah lulus SMA, kini Berlin sudah pindah ke kota baru tepat di rumah saat mereka menggelar pernikahan, semenjak pindah Berlin memutuskan komunikasi dengan Nathan, meskipun sulit, itu tetap di lakukan oleh Berlin. Semua berjalan semestinya, sang papa, sudah kembali keluar negeri, sedangkan sang mama kembali melanjutkan kuliah nya, meski mama bilang bisa melanjutkan tahun depan, tapi Berlin bersikeras agar mama nya jangan membuang waktu, dia baik-baik saja, ada Andre yang menjaganya di sini, begitu tutur Berlin meyakinkan sang mama. Usia kehamilan Berlin kini menginjak bulan kelima, perut buncitnya sudah mulai terlihat.
Berlin berjalan seorang diri, sepulang nya dari rumah sakit usai melakukan checkup rutin. Kali ini ia pergi seorang diri, karena keadaan Andre yang kian sibuk saja.

"Aku pulang!" Berlin mengganti sepatunya dengan sandal rumahan, lalu menyalakan lampu. Sudah hampir jam enam, Mas Andre belum pulang juga? Berlin pun bergegas menuju dapur, meletakkan sayuran dan bahan-bahan yang baru di belinya tadi. Wanita itu mengikat rambutnya sembarangan, memakai celemek, lalu bersiap bertempur, meski jarang memasak, namun Berlin cukup pandai membuat makanan sederhana, di tambah dengan status barunya membuat Berlin semakin bersemangat untuk mempelajari menu baru setiap harinya.

Hubungan Andre dan Berlin sudah lumayan membaik jika di banding dengan beberapa bulan belakangan, tepatnya saat Andre mengaku bahwa dirinya dan Aurel sudah putus, Berlin juga mendengar kabar tentang pernikahan Aurel yang di gelar 2 bulan lalu, cep...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hubungan Andre dan Berlin sudah lumayan membaik jika di banding dengan beberapa bulan belakangan, tepatnya saat Andre mengaku bahwa dirinya dan Aurel sudah putus, Berlin juga mendengar kabar tentang pernikahan Aurel yang di gelar 2 bulan lalu, cepat memang! Tapi, tak ada yang tau seperti apa takdir seseorang, layaknya Berlin yang tidak tahu takdir akan pernikahannya ini, itu terjadi begitu saja, di luar rencananya.

Ting ... Bel terdengar menggema hingga ke dapur, bergegas Berlin menghentikan aktifitasnya, berjalan menuju pintu utama.

"Mas!" Ucap Berlin dengan seulas senyum di wajahnya.

"Kamu masak?"

"Iya."

"Eh, maaf, Mas gak tau kamu masak, takut kamu lapar makanya mampir dulu di restoran beli makanan." Jelasnya pelan menyodorkan paperbag makanan di tangannya.

"Yaudah gapapa, biar sekalian makan banyak, ayok, aku keburu lapar Mas!" Andre pun mengangguk.

Berlin meletakkan semua makanan di meja, "buruan Mas!" teriaknya kepada Andre yang berada di lantai dua.

Berbeda dengan rumah sebelumnya, rumah ini hanya memiliki dua lantai, kamar utama di lantai dua, satu kamar tamu di lantai satu. Memiliki halaman belakang yang luas, kolam renang sedang di halaman samping, temboknya tinggi, hingga cukup privasi bagi seorang seperti Berlin yang tidak terlalu suka aktifitasnya di lirik tetangga.

"Wah, enak nih!" Goda Andre melirik makanan yang di masak oleh istrinya.

Berlin hanya tersenyum pelan membalas ucapan Andre.

"Udah telepon Mama?" Laki-laki itu menyodorkan piring berisi nasi ke arah Berlin.

"Belum Mas, tunggu Mama aja yang telepon, takutnya sibuk." Andre pun mengangguk paham.

Gimana guys cerita nya, seru ga!!! Silahkan coment yah guys, sampai ketemu di chapter berikutnya!!

Gimana guys cerita nya, seru ga!!! Silahkan coment yah guys, sampai ketemu di chapter berikutnya!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PRIVAT WEDDING [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang