Bab 17

22 22 2
                                    

Hai guys, Gimana kabarnya?? Sehat selalu tentunya kan??

Oh ya jangan lupa vote, like dan juga coment di setiap paragraf yah guys, ayok tinggalkan jejak mu di sini, satu vote, like dan coment kamu, Sangat berarti untuk novel ini.

Oh ya jangan lupa vote, like dan juga coment di setiap paragraf yah guys, ayok tinggalkan jejak mu di sini, satu vote, like dan coment kamu, Sangat berarti untuk novel ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berlin menunggu Andre di teras rumah, semenjak menikah dirinya belum pernah mengunjungi kantor tempat Andre bekerja. Andre masih menyembunyikan Berlin dari kehidupan pribadi nya, seperti teman kuliah, rekan kerja, bahkan teman dekatnya. Berlin bahkan belum pernah makan di luar bersama Andre, hanya pernah pergi bareng saat ke klinik saja, atau kegiatan terkait kehamilannya. Bahkan saat belanja bulanan saja, hanya di lakukan Andre sendirian, memang kemarin Berlin membeli bahan makanan, tapi itu pertama kalinya, kebetulan ia sedang lewat.


Eh mbak Berlin!” Sapa seorang wanita 20an yang tengah melintas di depan sana, memang halaman depan rumah ini sangat minus. Hanya 3 meter dari teras menuju gerbang depan.

“Mbak Nina, tumben gak bareng mbak lala,” Berlin berjalan mendekati pagar.

“Mbak Lala nya ikut suami Dimas keluar kota Mbak”

“Oalah, iya-iya, suaminya tentara yah,” Berlin mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Oh iya Mbak, Minggu depan ada makan besar di rumahnya buk Ratna, datang sekalian yah! Ajak suaminya, Mbak Ratna ngundang semua tetangga”

“Iya Mbak! Nanti saya sampaikan sama Mas Andre yah”

Nina pun mengangguk-angguk paham, “duluan Mbak, ditungguin buk RT,” sambungnya lagi.
Sudah berjam-jam sejak Berlin mengobrol sebentar bersama Nina, namun Andre belum datang juga.

Ting ... Berlin bergegas mengecek ponselnya yang berada di meja.

💬Mas ada rapat penting, makannya sendiri aja yah, makanan bentar lagi sampai.

Berlin menghela nafas berat, “Makan siang sendiri lagi—kalo di hitung-hitung gak sampe sepuluh kali makan siang bareng Mas Andre.” Wanita itu pun berjalan masuk menuju kamar.

❤️❤️❤️

Berlin menatap langit-langit kamarnya, sudah pukul 20.15 namun dirinya belum juga bisa tidur, malam ini terpaksa janji makan-makan di batalkan, akibat Jessy yang kecapean menyetir.
“Nonton Tv Asyik kayaknya” Berlin keluar kamar dengan piyama nya, piyama minim tali setipis tantop dan juga celana yang pendek di atas lutut.

“Mas!” Berlin mengetuk pelan pintu kamar Andre, meski sudah menikah kurang lebih 5 bulan, namun mereka saat ini memilih untuk pisah kamar, berlangsung sejak Mama dan Papa tidak di rumah lagi.

“Ada apa?” Andre berdiri tepat di hadapan Berlin yang tadinya mengetuk pintu.

“Nonton yuk, ada drama bagus loh!” ucap Berlin menunjuk televisi. Andre paham betul bahwa saat ini Berlin kesepian, tidak dapat di pungkiri bahwa Andre lah yang paling mengerti akan Berlin, jangan lupa sebelum menjadi suami, Andre terlebih dahulu menjadi seorang kakak untuk Berlin, belasan tahun lamanya.

PRIVAT WEDDING [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang