Sebuah Payung

114 8 6
                                    

Jellyice

Park Sunghoon as

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Park Sunghoon as. Arfi
Lee Jaehee as. Iska




Hujan lagi-lagi membasahi bumi, bau petrikor langsung menyeruak memasuki indra penciuman Iska. Gadis 21 tahun itu menghirup dalam-dalam aroma yang sangat ia gemari.

Di antara gedung Fakultas Teknik dan gedung Fakultas Kehutanan, ada sebuah gazebo tempat mahasiswa biasa mengerjakan tugas, sehari-harinya ramai, namun pagi ini sangat sunyi. Hanya Iska sendirian dengan buku tebal Manajemen Konstruksi yang ia dekap sebagai penghangat.

Gadis yang selalu datang kepagian itu tidak menyangka kalau hari ini kelas akan dibatalkan, dosennya baru saja terkena musibah kebanjiran yang membuat beliau absen kali ini. Salah Iska juga yang mengecek ponsel setelah sampai di kampus, akibatnya ia terlambat mendapat informasi.

"Ahh buset, basah semua!!"

Suara itu membuat Iska menoleh, dari arah belakang, seorang datang dengan wajah kesalnya, seorang laki-laki. Rambutnya lepek, tasnya yang terkena air ia kibas-kibaskan.

"Eh, ada orang?" serunya terkejut. Iska melemparkan senyum tipis.

Ia berjalan menghampiri Iska, ikut menatap jalan masuk ke dua fakultas ini, jalannya sangat sunyi, tidak ada kendaraan yang melintas. Maklum, masih jam 6 pagi.

"Elo anak Teknik, atau Kehutanan?" tanyanya membuka percakapan.

Iska menoleh, "Sipil 22 Kakk..."

Ia memgangguk mendengar jawab Iska, "Teknik ternyata, gue kehutanan btw."

Iska bukan pribadi yang cepat bergaul, ia tidak pandai membangun percakapan. Makanya setelah mendengar kalimat terakhir dari laki-laki di sampingnya, ia hanya balas dengan mengangguk sembari bergumam 'oh' di akhir kalimat.

Suasana kembali hening, hujan juga semakin lebat. Langit sangat gelap, bagai penghujung senja yang mendung, segelap itu. Ponsel Iska berbunyi, menampilkan notifikasi dari BMKG, ternyata badai akan segera menghampiri tempatnya.

Di grub whatsapp juga sedang ramai, terdapat himbauan juga dari dosen untuk tidak ke kampus karna cuaca sangat ekstrim. Jika begini, tentun Iska jadi panik, ia tidak ingin menghadapi badai sendiri di gazebo, bisa bahaya.

"Gue mau balik, elo nggak mau ikut? Badai bakalan datang entar lagi," ajak Laki-laki di sampingnya.

Iska mulai berpikir, tidak mungkin ia meminta Ayahnya datang menjemput, kasihan pria tua itu bisa masuk angin.

"Tapi.. saya bawa buku, takutnya basah karna tas saya tidak tahan air," kata Iska takut-takut.

Laki-laki itu menatap buku di dalam dekapan Iska, lalu menatap totebag Iska yang memang hanya terbuat dari kain.

"Yaudah, sini buku lo.. tas gue tahan air kok kalau cuma sampe di parkiran, nanti masuk mobil udah aman."

Iska bernapas lega, setidaknya ia tidak akan menggigil di sepanjang perjalanan.

"Tapi.. rumah saya agak jauh," kata Iska lagi yang baru sadar tempat tinggalnya ada di pesisir kota.

"Gue anterin sampe selamat, tenang aja."

Iska mengangguk, laki-laki itu kemudian menyerahkan tasnya pada Iska, mempersilahkannya Iska mengisi buku tersebut, lalu ia tiba-tiba turun ke bawah menghampiri payung lebar bercap teh sosro.

Iska menatap bingung, menunggu langkah apa yang akan laki-laki itu lakukan setelahnya.

Tak!

Payung besar itu terlepas dari tangkai penyanggahnya, berpindah menjadi di dalam genggaman laki-laki yang Iska belum tahu namanya siapa.

"Ayo buruan, kita pake ini ke parkiran, biar nggak basah-basah banget heheheh."

Iska tertawa kecil, lalu turut bergabung di bawah payung itu. Keduanya berjalan beriringan, tidak takut basah karna Payung itu sangat lebar. Hanya saja kadang mereka oleng karna Payung itu lumayan berat.

"Oh iya, btw nama gue Arfi, wakil BEM Kehutanan. Nama lo?"

"Salam kenal kak, Saya Iska."

Fakultas Teknik dan Fakultas Kehutanan sangat sunyi, hanya ada dua orang beda jurusan itu yang saling melindungi di bawah payung, sesekali Arfi mendumel karna sialnya hari ini ia memakai sepatu putih, lalu Iska akan tertawa sebagai tanggapan.

Payung itu bagai hadiah tiba-tiba yang tuhan kirimkan diantara keduanya, setidaknya payung itu berguna sampai parkiran.

Besoknya, hilangnya Payung itu menjadi misteri, padahal ada di dalam mobil Arfi.

"Katanya Teknik dan Kehutanan sering ribut yaa? Kalau ku pacari wakil BEMnya, apa akan damai? Hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Katanya Teknik dan Kehutanan sering ribut yaa? Kalau ku pacari wakil BEMnya, apa akan damai? Hehehe." -Iska.


































Maaf banget baru sempet UP oneshot, itupun ini nggak panjang hehehe, doain aja aku rajin up😭

Btw, spesial request ship dari iceprincejelly hehehe, maaf yaa baru sempet buat🥺🫶

Love Oh Love! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang