Jenbin
Kim Hanbin as. Bian
Jennie Kim as. Jennifer"Rokok?"
Bian melirik batangan putih itu tanpa minat. Entah, terlalu hancur hatinya hingga benda yang menjadi kesukaannya tersebut sudah tidak berarti lagi.
"Emang hari ini hari patah hati sedunia yaa? Kok kayaknya banyak banget yang galau. Jadi, mau Rokok nggak?"
Sekali lagi Bian melirik batangan putih itu, kali ini matanya juga dengan sengaja terarah pada sang penawar. Ah, Perempuan cantik ternyata.
"Ada ya cewe nawarin cowo rokok," gumam yang masih bisa di dengar sang lawan. Dengan tersenyum miring, Bian menarik sebatang nikotin itu dari tempatnya.
"Ada, Gue." Tangan Sang lawan bicara terulur memberikan Bian macis gas dan di terima Bian yang langsung menyalakan Rokoknya.
"Lo Langka," kata Bian yang kemudian tertawa kecil.
Tidak ada yang berbicara lagi setelah itu. Di beton pembatas antara air laut dan jalanan di sebelahnya terduduk dua orang asing yang tidak saling kenal, hanya kumpulan Asap yang berasal dari mulut masing-masing menemani mereka.
"Cewe bisa brengsek juga yaa," gumam Bian, setelah itu tertawa menyedihkan.
Bian sadar kalau orang asing ini akan Protes karna bagaimanapun dia juga Wanita, dan baru saja Bian berkata yang mungkin bisa membuatnya tersinggung.
"Ckck.. Cewe juga manusia," katanya dengan nada malas.
Bian menghela napas. Putaran memori Pacarnya --Ralat Mantannya berpelukan dan saling mengucap sayang dengan sang Sahabat begitu melukai hati Bian.
"Ini semua salah gue nggak sih? Coba kalo gue bisa ngelakuin itu sendiri tanpa bantuan orang lain, yang gue sayang pasti bakalan tetep jadi milik gue." Tanpa sadar Bian bercerita panjang tentang masalahnya pada orang asing yang bahkan namanya saja tidak Bian tahu.
"Pacar Lo, selingkuh sama sahabat Lo? Hmm, klasik."
Bian menghela napas lagi. Kisahnya memang klasik, dari 7 miliar penghuni bumi ini, tentu bukan hanya Bian yang pacarnya berselingkuh dengan sahabat sendiri.
Tapi kisah klasik ini kenapa ini begitu menyakitkan?
"Mau adu nasib nggak?" Bian menoleh kepadanya yang entah siapa namanya ini. Sudah pasti dari guratan wajah, Bian menunggu dia bercerita.
"My Sister Making love with my Boyfriend di kamar gue. Sekarang masih Maybe," katanya santai seolah yang dia katakan barusan bukan apa-apa.
Bian shok, bagaimana bisa dia terlihat sangat menyedihkan yang padahal masalahnya sendiri saja tidak serumit gadis ini.
"Elo.. gimana?" tanya Bian ragu.
"Nggak gimana-gimana. Sedih sih pasti, hhm tapi lebih ke bersyukur. Karna mereka gue tau kalau semua gue kira punya gue, ternyata bisa jadi punya orang lain juga."
Tidak ada kesedihan ketika dia bercerita, bahkan yang Bian liat hanya dimpel indah di bawah mata yang tercetak ketika dia tersenyum menatap ombak di depannya.
"Di dunia ini, kita nggak perlu egois. Nggak perlu sampe gue harus sama dia karna dia bisa bikin gue bahagia, Enggak. Bahagia itu simpel, cukup jalani hidup dengan Ikhlas aja. Anggap orang-orang yang jahat ke elo itu adalah orang-orang yang emang udah di takdirin buat jadi figuran di setiap chapter dalam hidup lo. Lo nggak boleh jahat, cukup ketawain aja sampe rasanya dada lo sesek dan air mata lo ngalir. Nangis itu manusiawi, tapi kalo nangis karna patah hati itu namanya tolol."
Bian tertawa renyah. Gadis ini dengan kata-kata penyemangatnya yang Anti mainstream kenapa begitu menghibur.
"Jadi kalo nangis karna cinta itu, Tolol yaa?" tanya Bian iseng. Dia mengangguk bersemangat.
"Banget, Tolol banget! Apalagi nangisnya di bawah air hujan, ckck Drama. Atau yang sampe bunuh diri karna Cinta? Astagfirulah tong, sia-sia emak Lo ngandung elo buat dilahirin ke dunia, eh sampe di dunia malah jadi bego karna cinta. Malu sama ari-ari!!"
Malu sama ari-ari katanya. Sial, humor Bian jongkok.
"Jadi, kita harus ngapain kalo patah hati?" tanya Bian lagi. Nadanya bercanda, tapi dia serius ingin tahu apa kira-kira yang harus di lakukan seorang agar patah hatinya bermanfaat.
"Nikmati hidup aja sih. Ngerokok misalnya," kata sang Gadis yang sekarang sudah mengisap batang ketiga sejak pertemuannya dengan Bian 30 menit yang lalu.
Bian terkekeh, "Bajingan juga ya lo."
"Alhamdulilah masih inget solat sih," katanya sombong. Bian kembali tertawa.
Di malam itu, di hadapan deburan ombak, di bawah langit bintang, dan di atas beton pembatas antara jalanan dan bibir pantai, Bian bertemu gadis yang katanya langka. Menawari Bian rokok, berbagi masalah dan melempar jokes receh hingga Bian tertawa.
Kata dia, Hidup itu nggak perlu egois. Cukup lepasin, Ikhlasin, dan ketawain. Kalo sakit banget, ya Nangis. Tapi jangan sampe bunuh diri, malu sama Ari-ari.
Setelah bertemu dia, Bian ikhlas melepas mantan banjingan kepada sahabat yang sama bajingannya juga.
Bian mengulurkan tangannya, "Gue Bian."
"Jennifer, salam kenal Bian."
"Jangan terlalu merasa tersakiti hanya karna satu masalah, anggap itu chapter datangnya antagonis dalam ceritamu. Kamu tidak perlu sedih, ketahuilah mereka hanya sementara." -Jennifer
Ini juga udah pernah aku publish sebelumnya, jadi kalo Nemu cerita kayak gini di oneshot Yerin berarti itu authornya sama yaa hehehe.
Aku publish di sini lagi karna emang aku suka oneshot ini, juga cocok vibesnya sama Jenbin.
Eh Jenbin ada Side-namenya nggak sih? Aku cari di Twitter nggak ada😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Oh Love! [✓]
أدب الهواة[Antologi Cerpen 2023] Ini bukan hanya tentang kisah cinta, tapi ini juga tentang penggabungan jiwa. Banyak rasa yang ikut terbaur dalam sebuah cerita, menemani luka juga beberapa tawa nestapa.