Raya

121 7 0
                                    

Rumarine

Park Jihoon as

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Park Jihoon as. Jefan
Park Sieun as. Raya


Inisiasi adalah ritual penyambutan diterimanya seseorang di dalam keluarga. Dalam Program Studi Antropologi sendiri, Isiasi merupakan penyambutan mahasiswa-mahasiswa baru menjadi Kerabat, agar hubungan semakin erat.

Aku sudah mengikuti inisiasi, dan banyak sekali cerita menyenangkan, banyak sekali momen-momen yang tidak akan pernah terlupakan. Mengikuti inisiasi membuat lembar kenangan di hidupku bertambah. Inisiasi menyisakan banyak rasa, senang, sedih, capek, kecewa, lega, dan yang paling susah di hilangkan adalah rasa jatuh cinta.

Entah sudah berapa tahun aku berhenti menyukai seseorang, tapi kala semakin memperhatikan orang ini, gemuruh di dadaku bahkan menjadi suatu kebiasaan.

Sebut saja aku terlalu lemah hanya karna perhatian yang sudah seharusnya panitia kesehatan curahkan pada peserta yang sakit, tapi tatapan mata itu juga intonasi suara itu seolah menyihir duniaku. Aku terpikat, pada dia yang sudah pasti sulit di dapat.

Lagi pula, sekarang setelah acara Inisiasi itu selesai, semuanya kembali asing. Aku tidak pernah benar-benar dekat dengannya walau pernah berbicara sesekali.

Kebiasaanku selain suka mengunyah es batu, akhir-akhir ini juga suka memperhatikannya dari jauh. Mata kami bertemu, tapi tidak ada yang istimewa, hanya angin lalu.

Aku iri pada mereka yang bisa leluasa bercanda dengan dia, sedangkan aku hanya akan duduk di depan perpustakaan yang sejajar dengan sekber tempat biasanya dia nongkrong.

"Nggak mau ke Komunal aja?" tanya salah satu temanku.

Aku menoleh, menatap sebentar lalu menggeleng. Sejujurnya, aku tipikal orang yang pendendam, aku benci berdekatan dengan orang yang tidak aku suka, dan sekarang orang itu sedang ada di sekber, bercengkrama dengan dia yang aku kagumi.

"Emang nggak mau ikut gabung ngobrol sama mereka, biar bisa lebih deket sama Kak Jefan," kata temanku lagi.

Aku tau dia berusaha membujukku ikut bergabung karna maksud lain, apalagi jika bukan untuk memandang lebih dekat senior idolanya juga. Tapi tetap, sekagum apapun aku pada Kak Jefan, aku enggan bergabung ke lingkaran obrolan mereka, bisa-bisa hanya akan terlihat seperti orang bodoh yang tidak mengerti arah pembicaraan.

Ah iya, namanya Kak Jefan. Si pemilik senyum paling manis seprodi Antropologi versiku. Kak Jefan yang selalu pakai kemeja coklat kotak-kotak, Kak Jefan yang selalu ikut mengantri nasi kuning punya Tante manis, Kak Jefan yang diam-diam perduli pada teman-temanya walau dengan sedikit hujatan dan Kak Jefan yang akan memilih tidur di sekber jika matanya tidak bisa di kompromi walau masih ada Mata Kuliah lagi.

Kak Jefan itu sederhana dan istimewa, mungkin aku sudah jatuh terlalu dalam karna banyak menjabarkan tentang Kak Jefan yang ku tahu.

"Masuk ke dalam aja deh, nggak usah nongkrong di terasnya. Ngantuk nih, mau pulang nanggung masih ada MK jam 3. Mau nggak?" ajak temanku sekali lagi.

Love Oh Love! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang