Masa SMP [ON GOING]

[16] Renggang

Happy Reading 💗
Tandai bila ada typo!!

••••

Jatuh cinta memang membahagiakan, tetapi selamanya tidak akan seperti itu, akan ada fase dimana jatuh cinta itu membuat seseorang menyesal telah memiliki cinta tersebut.
-Andira Keyranita Zavira

••••

H

ubungan ku dan Aca mulai renggang semenjak kejadian tempo hari tepatnya hari Senin lalu.

Aca memblokir nomor ponselku, aku bingung harus berbuat apa. Semua media sosial ku di blokir oleh Aca.

Apakah persahabatan selama 7 tahun harus berakhir hanya karena seorang lelaki?

Aku membenci diriku sendiri yang menyukai Alby.

Andai aku tak menyukai Alby, pasti sekarang hubungan ku dengan Aca pasti baik-baik saja.

Tetapi semua itu di luar kendali ku, aku tidak tau jika aku akan jatuh hati pada Alby Kenandra.

Perasaan yang memilih untuk ada.

Aku ingin memperbaiki hubungan ku dengan Aca, tidak bisa jika harus terus seperti ini.

Aku sadar Aca mulai menjauh dariku, hubungan ku dengan Aca terancam renggang.

Atau mungkin sudah.

"Bunda, boleh pinjem ponsel nya sebentar?" Aku berniat untuk menelpon Aca dengan ponsel milik Bunda.

Semoga saja bisa.

"Buat apa sayang, ponsel kamu kemana emangnya?" Tanya Bunda mengerutkan keningnya.

"Ada di kamar nda, sebentaaarr ajaa, janjiii," ucapku memohon.

Aku harus segera meluruskan masalah ku dengan Aca.

Bunda memberikan ponsel berwarna abu-abu miliknya, aku mengambilnya dengan senang hati.

"Makasih bundaaaa," ucapku seraya mencium kedua pipi sang bunda.

Bunda hanya menganggukkan kepalanya kemudian menggelengkan kepalanya melihat tingkah ku.

Aku berjalan ke arah belakang rumah, tepatnya di samping kolam renang, aku duduk di gazebo belakang rumahku berniat untuk menelpon Aca.

Dan mengajak nya untuk bertemu, besok.

Walaupun hari sudah gelap, aku tidak takut sama sekali karena memang di belakang rumahku tepatnya di samping kolam renang tersedia lampion-lampion indah berwarna keemasan yang amat banyak, membuat suasana di sekitar kolam menjadi terang benderang dan tentunya nyaman.

Jam sudah menunjukkan pukul 19.59 wib.

Aku tidak bisa meluruskan masalah yang sedikit rumit hanya lewat sambungan telepon.

Untuk yang kedua kalinya, panggilan itu tidak di jawab. Aku semakin cemas.

Aku mencobanya untuk yang ketiga kalinya, rasa cemasku tergantikan dengan rasa bahagia ketika Aca mengangkat panggilan dariku.

"Hallo, assalamualaikum bunda, ada apa?" Tanya Aca dari sambungan telepon.

"Aca ini aku Dira, plis Ca dengerin dulu penjelasan aku," ucapku dengan berseru.

Aca terdiam di tempatnya, tidak mengeluarkan sepatah kata pun setelah ia mengetahui bahwa Andira lah yang menelpon dirinya.

"Caa, pliss ngomong sesuatu, jangan kaya gini Ca," ucapku terisak kecil.