[9] Sakit

61 9 2
                                    

Happy Reading!
Tandai bila ada typo!

Aca sudah selesai berganti baju dan menyusul ku, rebahan pada ranjang.

"Raa aku lagi suka sama seseorang," ucap Aca yang entah kenapa rasanya sakit sekali saat aku mendengar nya, tentu saja aku sudah mengetahui siapa orang yang Aca sukai.

"Wah, siapa?" Tanyaku tersenyum antusias.

"Teman sekelas, aku suka sama dia sejak Perjusa minggu lalu." Ucap Aca yang entah kenapa membuat dadaku rasanya sesak.

"Siapa, siapa namanya?" Tanyaku masih berpura-pura.

"Yang waktu itu Cia tanya tanya, siapa ketua kelas di kelasku," jawab Aca membenarkan tebakanku, bahwa Alby lah orangnya.

Aku pura-pura berpikir

"Lupa Ca, siapa emangnya?"

"Ish masa baru kemaren lupa," ucap Aca sedikit kesal.

Aku hanya tersenyum tipis, sembari berkata

"Namanya juga lupa Ca," ucapku yang masih memutuskan untuk berpura-pura.

"Namanya, Alby Kenandra Zafran, ketua kelasku yang waktu itu si Cia tanya-tanya." Jawab Aca yang semakin membuat dadaku sesak.

"Ohh, yang waktu itu sama Melita ya?" Tanyaku memasang senyum palsu.

"Iyaaaaaa," jawab Aca semakin antusias.

"Kenapa kamu bisa suka sama Alby Ca?" Tanyaku penasaran.

Flashback

Byurrr

Tanpa sengaja Aca menumpahkan minuman yang tadi sempat ia beli bersama Melita ke baju yang dikenakan seseorang.

Aca mendongakkan kepalanya, melihat seseorang yang sudah ia tumpahkan baju nya dengan minuman yang ia bawa.

"Maaf, ya ampun maaf aku ngga sengaja." Ucap Aca dengan raut wajah bersalah sembari menatap mata orang itu, mata tajam dan tatapan nya yang sayu seperti membius Aca, orang itu menatap Aca balik..hanya beberapa detik tetapi entah kenapa membuat jantung Aca berdetak tidak karuan.

Orang itu hanya mengangguk sembari berjalan meninggalkan Aca dan Melita yang terdiam ditempatnya.

Aca menyadari bahwa orang itu, adalah teman kelasnya.. Alby Kenandra Zafran.

"Wesss, dasar manusia es, patung berjalan, kulkas 2 pintu," umpat Melita setelah Alby menjauh.

"Kok ngga marah ya Mel?" Tanya Aca pada Melita. Heran? Tentu saja, karena minuman yang ia tumpahkan berwarna dan baju yang dikenakan nya berwarna putih, bagaimana bisa dia tidak marah.

"Biasalah, manusia es." Ucap Melita memaklumi, tapi di dalam hati nya juga sama seperti Aca, ia sedikit heran..tetapi tadi aku melihat Alby mendesis kecil sih.

Aca tersenyum saat itu, dan saat itulah rasa itu tumbuh sendiri dalam hati nya.

Matanya seolah membawa Aca untuk mencari tahu lebih jauh lagi tentang Alby.

Aca menceritakan itu semua padaku, memang ku akui bahwa mata tajam dan tatapan nya yang sayu itulah yang mampu membiusku saat awal aku melihatnya, sama seperti yang Aca alami.

Aku merasakan dadaku semakin sesak, seperti dihimpit dua bongkahan batu besar.

"Gitu Ra ceritanya," ucap Aca mengakhiri.

"Ooo gituuuuu, terus gimana?" Tanyaku.

"Aku cari nomornya sih di grup kelas tapi ngga tau yang mana, abisnya ni ya Ra, ngga ada profil ngga ada info terus ngga ada username nya lagi, gimana aku ngga bingung." Celoteh Aca.

Masa SMP [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang