[6] Pensi dan Api unggun

90 12 4
                                    

Happy Reading!!
Tandai bila ada typo!

Aku dan Cia sudah berbaikan dari beberapa menit yang lalu, dan sesuai dengan pesan Aca, untuk menyampaikan maaf pada Cia.
Tak terasa hari sudah menunjukkan pukul 15.20, aku dan Cia memutuskan untuk mandi sore terlebih dahulu di kamar mandi yang letaknya berada di antara kelas IXG dan kelas IXH.

"Cia, mandi dulu yuk sekalian sholat ashar." Ajak ku pada Cia.

"Ayo lah, aku juga dah gerah banget, hareudang pisan." Jawab Cia dengan logat Sunda yang masih acak adul.
Aku dan Cia bergegas memasuki tenda dan mengambil baju Pramuka satu lagi dan membawa peralatan mandi, karena memang nanti malam akan diadakan kegiatan Pensi dan Api unggun yang mengharuskan semua anak mengenakan pakaian Pramuka.
Sudah diberi tahu sebelumnya oleh kaka pendamping masing-masing kelas untuk membawa baju Pramuka cadangan untuk dipakai di malam Sabtu nya.

Sesampainya di kamar mandi, aku dan Cia melihat kamar mandi yang sedang antri tapi tidak terlalu ramai karena aku dan Cia termasuk datang lumayan gasik karena pasti jika memutuskan mandi lebih sore, pasti tidak akan selesai-selesai antriannya. Hanya 3 orang yang sedang mengantri untuk mandi, aku dan Cia termasuk didalamnya.

Tak terasa, setelah beberapa menit mengantri aku dan Cia sudah selesai mandi dan memutuskan untuk sholat Ashar bersama di mushola Al-Mu'min.

"Alhamdullilah, seger banget badan aku habis mandi, lega juga dah sholat." Ujarku yang diangguki oleh Cia. Benar, setelah melaksanakan sholat, hati menjadi lebih tenang dan damai.
Aku dan Cia memutuskan untuk kembali ke tenda, di perjalanan aku melihat teman-teman ku yang lain yang sedang bergegas untuk mengantri hanya untuk sekedar mandi atau cuci muka.

"Dira sama Cia udah mandi kah?" Tanya kak Dinda padaku dan Cia.

"Iya, udah kak, mandi lebih awal takut antriannya panjang." Jawabku menjawab pertanyaan kak Dinda.

"Nah sip, betul banget." Ucap kak Dinda membenarkan.

"Kak Dinda udah mandi?" Tanyaku dan Cia pada kak Dinda.

"Udah, takut antriannya panjang juga jadinya gasik deh." Jawab kak Dinda.

"Hehe iya." Sahutku dan Aca tersenyum.

"Kaka duluan ya, dipanggil kak Reyhan mau bahas Pensi nanti malem sama api unggunan." Pamit kak Dinda.

"Oh iya kak." Jawabku serempak dengan Cia.

Lalu kak Dinda pergi bersama dengan kak Reyhan yang memang sedari tadi sudah menunggu.

Cia yang melihat itu hanya tersenyum kecil menunjukkan gurat seperti...

"Gapapa Cia, mereka cuma sekedar partner." Ucapku menyemangati.

"Hehe iya Ra, setrong aku mah santai santai." Jawab Cia terkekeh kecil.

"Iya setrong, setres tak tertolong." Jawabku tertawa lepas melihat mimik wajah Cia yang masam.

"Udah lah, jangan dipikirin terus."

"Iya, engga ko Rara." Jawab Cia yang membuatku terheran.

"Hah, Rara?" Tanyaku bingung.

"Iya, mulai sekarang aku manggil kamu Rara aja." Ucap Cia menjelaskan.

"Kok Rara, dari mana asalnya bisa jadi Rara?" Tanyaku meminta penjelasan.

"Iya, nama kamu kan Andira Keyranita Zavira, aku ambil dari nama belakang Andira dan Zavira jadi kalo digabung belakang nya kan jadi Rara." Lanjut Cia menjelaskan.

"Oh gitu, iya-iya ngerti." Sahutku mengerti.

"Boleh kan aku panggil Rara?" Tanya Cia padaku.

"Iya boleh." Jawabku menyetujui.

Masa SMP [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang