Bab 7

136K 12.1K 166
                                        

Almira sudah bersiap dengan mengenakan blouse bewarna pink yang dipadukan dengan celana kain bewarna putih. Rambutnya yang lurus dan panjang, ia kuncir kuda menyisakan anak-anak rambut kecil di yang berantakan. Untuk alas kaki ia memilih mengenakan heels yang tidak terlalu tinggi. Walaupun pertemuan ini hanya perkenalan biasa, ia tidak mau berpampilan buruk. Terlebih laki-laki yang akan ia temui adalah anak dari Bu Ayu.

Di depan Almira sudah duduk seorang laki-laki bertubuh tinggi, berkacamata, dan memiliki kedua lesung pipit di kedua pipinya saat tersenyum. Secara fisik, harus diakui kalau laki-laki di depannya memang menarik. Apa yang dikatakan Gisel soal fisik sepupunya memang benar adanya. Bahkan semerbak aroma parfum yang dipakai oleh laki-laki di depannya, tercium di hidung Almira. Wangi yang mengesankan segar dan maskulin sekaligus.

"Maaf ya, gara-gara Mamaku, kamu terpaksa harus ketemu sama aku," ucap laki-laki berkacamata itu. 

Laki-laki tersebut adalah Ganen, anak kedua dari Bu Ayu dan Pak Idham. Seorang laki-laki yang memiliki wajah manis.

"Nggak papa."

"Tadi Mama bilang Gisel mau ikut dateng. Kok dia nggak ada?"

Almira menyunggingkan senyum tipis. Di menit-menit akhir mendekati waktu janjian Almira dengan Ganen, dengan menyebalkan Gisel mengatakan tidak jadi ikut dengannya. Saat itu Almira sudah berusaha membujuk Gisel untuk tetap ikut, tapi temannya itu bersikeras tidak mau karena sudah diajak kencan oleh pacarnya. Akhirnya Almira pasrah dan menemui Ganen sendirian.

"Gisal lagi kencan...." Almira menggantung kalimatnya, ragu harus memanggil Ganen dengan sebutan apa. "Boleh aku panggil Mas?" tanyanya meminta izin.

Ganen menaikkan sebelah alisnya, nampak kebingungan.

"Bu Ayu bilang kalo Mas Ganen tiga tahun lebih tua dari aku."

Ganen mengulum senyum, lalu mengangguk kecil. "Kamu kesibukannya apa?" tanyanya membuka obrolan.

"Kuliah, Mas."

"Mama bilang kalo kamu juga ngajar ya?"

"Ooo ... iya, Mas. Cuma ngajar online biasa aja kok," sahut Almira. "Lumayan buat tambahan uang jajan," tambahnya.

Ganen manggut-manggut.

"Mas Ganen kesibukannya apa?" Kini giliran Almira yang bertanya pada Ganen.

"Kerja aja sih," jawab Ganen terkekeh. "Cari cuan yang banyak biar masa depanmya cerah," lanjutnya bergurau.

Almira mengobrol banyak hal dengan Ganen sembari makan. Meski awalnya terasa canggung, tapi ia berusaha untuk tetap menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari Ganen. Beberapa kali Almira juga mengajukan pertanyaan ke Ganen. Bahkan tanpa terasa obrolan mereka sudah berlangsung selama dua jam. Sekitar jam enam, Ganen menawari untuk mengantarkan Almira pulang.

"Maaf, Mas. Aku udah bawa kendaraan sendiri."

"Oh yaudah. Kalo gitu aku ikutin aja dari belakang buat mastiin kalo kamu aman sampe rumah."

Almira menggaruk kepalanya yang mendadak gatal. "Hmmm ... sebenarnya aku tinggal di apartemen seberang Mas."

Ganen langsung menoleh ke arah jendela besar cafe. Di sana terlihat jelas gedung apartemen menjulang tinggi. "Kamu tinggal di sana?" Tunjuknya ke arah gedung apartemen.

Almira meringis, lalu mengangguk.

"Sengaja ya ngajak ketemu di sini biar deket sama tempatmu?" tanya Ganen dengan raut wajah geli.

Mau tidak mau Almira mengangguk membenarkan.

"Aku tetap ikutin dari belakang aja. Kalo mobilmu udah masuk ke apartemen, langsung aku tinggal pulang," ucap Ganen keras kepala.

Knock, Knock! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang