"Apa ini?" tanya Almira menatap obat yang ada di tangan Radit.
"Thrombophop."
"Buat apa?" Almira tidak pernah memakai obat salep seperti itu. Karena ini pertama kalinya ia merasakan ditampar sampai berbekas. Pengalaman pertama dengan orang yang tidak ia sangka-sangka.
"Lukamu."
Almira menerima obat salep yang diberikan oleh Radit. Ia melihatnya sekilas, lalu mulai membuka tutupnya. "Nggak mau dipakein sekalian, Mas?" tanyanya menunjukkan salep yang dipegang.
"Pake sendiri!"
Almira cemberut. "Kalo nolong orang jangan setengah-setengah dong, Mas."
Radit mengambil alih salep yang ada di tangan Almira. Kemudian tangannya memegang bahu Almira sampai tubuh perempuan itu menghadapnya. Baru setelah itu dengan perlahan ia mengoleskan salep itu di pipi Almira yang terluka.
"Makasih, Mas," ucap Almira begitu Radit selesai mengoleskan salep ke pipinya.
"Hmmm...."
"Terus, kita hari ini kemana?"
"Kamu nggak papa?" tanya Radit memastikan.
"Aku nggak papa kok. Nggak usah khawatir." Almira menganggukkan kepalanya. "Jadi, kemana kita hari ini?" tanyanya lagi.
"Malang."
"Ngapain?"
"Lihat lokasi."
Almira diam sebentar, lalu ada satu pemikiran melintas di pikirannya. Tanpa sadar ia berteriak heboh. "Mas Radit pasti mau buka cabang cafe di Malang ya?"
"Mungkin," sahut Radit dengan wajah datarnya. Ia memakai sabuk pengaman dan mulai menyalakan mesin mobilnya.
"Kenapa kok Malang, Mas?"
"Kalo Jakarta kejauhan."
Almira berdecak mendengar jawaban Radit. "Aku juga tau kalo Jakarta lebih jauh daripada Malang."
"Yaudah kalo gitu."
Beberapa menit terdiam, akhirnya Almira duduk menghadap ke Radit. "Mas nggak kepo kenapa sama pipiku?"
"Nggak."
"Ya ampun, Mas. Kan bisa pura-pura kepo aja gitu," sahut Almira jengkel.
Radit menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. "Yaudah, pipimu kenapa?"
"Habis ditampar."
"Oooo...."
"Mas nggak mau nanya aku ditampar sama siapa?" tanya Almira lagi.
"Aku nggak mau ikut campur."
Almira mengangguk-anggukkan kepalanya, tidak memaksa Radit untuk bertanya lagi padanya. Ia sadar kalau Radit tipe yang tidak suka ikut campur urusan orang lain.
Tiba-tiba Almira merasa mengantuk. Ia menurunkan posisi kursinya dan tidur menghadap ke Radit. "Mas, aku tidur bentar ya."
Radit tidak menjawab. Ia malah menghadapkan tubuhnya ke kursi tengah untuk mengambil bantal dan selimut dari sana. "Pake ini." Radit memberikan bantal dan selimut ke Almira.
Almira menata sejenak bantal dan selimut yang diberikan oleh Radit. "Makasih, Mas." Almira langsung meletakkan bantal di bawah kepalanya dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Bau harum dari selimut langsung tercium melalui hidungnya.
"Tidur aja," ucap Radit dengan tatapan fokus ke jalanan. "Kalo udah sampe aku bangunin."
"Iya, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Knock, Knock! (Completed)
ChickLitSatu tahun tinggal di apartemen, Almira tidak pernah berinteraksi dengan tetangga kanan dan kirinya. meskipun tidak berinteraksi, bukan berarti ia tidak tahu siapa yang tinggal di sekitarnya. Ada satu laki-laki yang menurut pengamatannya berusia ke...