Radit terdiam begitu melihat pakaian yang dikenakan oleh Almira. Entah kenapa ia merasa Almira nampak lebih girly dengan mengenakan blouse bewarna pink dipadu dengan celana jeans hitam. Rambut panjang Almira dibiarkan tergerai begitu saja dengan jepit di sisi kiri. Lalu tatapannya tertuju beralih ke bawah menatap kaki Almira. Perempuan itu memakai flat shoes bewarna coklat. Kalau diperhatikan, Almira lebih seirng mengenakan sepatu tanpa hak semenjak pernah terkilir beberapa bulan yang lalu.
"Mas?" Almira menggerakkan tangan di depan wajah Radit yang tampak melamun.
Radit tersadar dan sontak berdeham pelan. Ia berusaha mengalihkan tatapannya dari Almira. "Ayo, kita berangkat sekarang."
Almira mengangguk. Ia berjalan di sebelah Radit menuju lift. "Maaf ya, Mas. Aku tadi lagi tidur. Makanya aku gak baca chat dari Mas Radit."
"Nggak papa."
"Kita nanti ngapain di sana, Mas?"
"Nggak ngapa-ngapain."
Almira menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Radit dan jawaban singkat memang tidak bisa dipisahkan. "Ini pembukaan cafe temennya Mas Radit ya?"
"Iya."
Begitu pintu lift terbuka, Almira melangkah keluar dari lift diikuti oleh Radit di sebelahnya. "Yang dateng temen-temennya Mas Radit juga dong?" tanyanya lagi.
"Iya," jawab Radit. "Ada beberapa influencer yang juga diundang buat dateng," lanjutnya.
Almira masuk ke dalam mobil Radit dan langsung memakai sabuk pengaman. "Itu artinya kita bisa kenalan sama influencer yang dateng. Lumayan, bisa nambah koneksi. Siapa tau bisa diundang buat nge-review makanan di Mood Cafe."
"Itu salah satu tujuannya."
"Kenapa aku yang diajak buat dateng ke acara ini, Mas? Emang biasanya Mas dateng ke acara kayak gini sama siapa?" tanya Almira heran.
Radit menoleh. "Kamu nggak mau?" tanyanya tajam.
Almira meneguk ludahnya susah payah saat mendengar nada tajam dalam suara Radit. "Maksudku bukan kayak gitu, Mas," elaknya.
Setelah itu tidak ada obrolan lagi diantara Radit dan Almira. Radit sibuk dengan kemudinya, sedangkan Almira sibuk memandang jalanan.
Beberapa kali Almira mencuri pandang ke arah Radit. Laki-laki di sebelahnya memang sangat kaku, tapi tak bisa dipungkiri kalau Radit memiliki wajah tampan yang enak untuk dipandang. Bahkan setiap Almira sedang mengobrol dengan Radit, ia sering salah fokus menatap wajah Radit.
Puas menatap wajah Radit dari samping, Almira kembali melihat ke arah jalanan. Ia baru sadar ternyata mobil Radit sudah masuk ke jalan tol.
"Mas, kok kita lewat tol?" tanya Almira heran.
"Biar cepet."
"Emang lokasi cafenya dimana?"
"Sidoarjo," jawab Radit tanpa menatap Almira.
Tangan Almira terulur untuk menyalakan musik. "Mas aku nyalain musik ya," ijinnya begitu satu lagu mulai terdengar.
Radit berdecak pelan. "Ngapain pake ijin kalo musiknya udah nyala?"
Almira terkekeh. "Nggak papa. Cuma formalitas aja sih."
Keluar dari gerbang tol, mobil Radit langsung terjebak dalam kemacetan. Awalnya Radit mengira macetnya tidak akan lama, tapi ternyata sudah hampir lima belas menit mobilnya tidak bergerak sama sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Knock, Knock! (Completed)
Literatura FemininaSatu tahun tinggal di apartemen, Almira tidak pernah berinteraksi dengan tetangga kanan dan kirinya. meskipun tidak berinteraksi, bukan berarti ia tidak tahu siapa yang tinggal di sekitarnya. Ada satu laki-laki yang menurut pengamatannya berusia ke...