Bab 14

92.6K 9.3K 81
                                    

Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat. Dua bulan bekerja di Mood Cafe terasa menyenangkan bagi Almira. Dia yang memang cukup aktif bersosial media, tidak merasa kesulitan dalam melakukan pekerjaan barunya.

Hubungan Almira dengan Radit juga sekarang tidak hanya sekadar tetangga, melainkan pegawai dan atasan. Jangan dikira bekerja dengan Radit membuat laki-laki itu menjadi lebih ramah. Radit tetaplah Radit. Laki-laki kaku itu hanya akan banyak bicara saat membahas pekerjaan. Di luar dari itu, hanya satu atau dua kata yang keluar dari bibir Radit. Lengkap dengan wajah datar yang tidak pernah berubah sama sekali.

Biasanya sehabis pulang dari kampus, Almira menyusun materi dan beberapa latihan soal untuk murid lesnya. Setelah itu ia baru menyelesaikan tugas kampusnya. Biasanya selesai mengajar, Almira akan datang ke cafe untuk melakukan pekerjaannya. Sebenarnya pekerjaannya bisa saja ia lakukan dari apartemen, tapi ada kalanya Radit suka sekali menyuruhnya datang ke cafe untuk membahas beberapa hal dengannya.

Kesibukan ini membuat Almira mulai melupakan segala perlakuan buruk keluarganya. Setelah Almira memblokir semua kontak keluarganya, tidak ada satupun dari keluarganya mencoba menghubungunyi. Almira juga tidak berharap akan dihubungi oleh mereka. Ia sudah cukup bahagia dengan hidupnya sekarang. Dia hanya perlu fokus menyelesaikan pendidikannya dan mencari uang.

"Siapa influencer yang sedang naik daun akhir-akhir ini?"

Almira tidak menanggapi. Ia masih sibuk dengan lamunanannya.

"Almira," panggil Radit.

Belum ada respon juga dari Almira. Perempuan itu melamun dengan pandangan lurus ke arah laptop.

"Almira," panggil Radit dengan suara sedikit keras.

Almira langsung tersentak dari lamunannya. Ia mengangkat pandangannya, menatap ke arah Radit. "Ada apa, Mas?"

"Siapa influencer yang akhir-akhir ini lagi naik daun?"

"Banyak sih, Mas. Ada beberapa influencer dari Surabaya, ada juga yang dari luar kota. Mas mau yang mana?"

"Surabaya aja dulu."

Almira mengetikkan sesuatu di laptopnya. "Ada Prista, dia content creator yang biasa review makanan. Kalo aku lihat, engagement-nya lumayan bagus dan banyak konten dia masuk di fyp tiktok. Pengikutnya juga banyak-banyak anak muda."

Radit mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia berdiri dari kursi kerjanya dan menghampiri Almira yang tengah duduk di sofa panjang yang ada di ruangannya.

"Ada juga Hai dan Hai."

Radit mengerutkan keningnya. "Hai dan Hai? Siapa itu?"

"Content creator juga yang suka review makanan. Mereka pasangan suami istri yang tinggal di Surabaya. Mereka baru nikah enam bulan lalu. Dari jaman masih pacaran, mereka suka bikin konten bareng. Suaminya namanya Haidar dan istrinya namanya Haira."

"Mirip namanya," celetuk Radit.

"Emang," sahut Almira. "Mereka juga engagement-nya cukup bagus. Selain aktif di tiktok, mereka aktif di instagram."

"Ada yang lain?"

"Untuk sementara ini, baru dua itu yang aku rasa cukup oke. Mungkin aku bakal cari lagi nanti."

"Coba kamu kirim profil mereka, biar nanti aku amati dulu bentuk konten mereka."

Almira mengangguk paham. "Berarti yang diundang salah satu aja?"

"Iya."

"Oke."

Setelah pembicaraan itu, Almira mulai sibuk dengan pekerjaannya. Selama bekerja di cafe, ia lebih sering diminta untuk naik ke lantai dua. Di sana ternyata ada satu ruangan yang cukup besar. Ruangan itu adalah ruang kerja Radit. Ada satu meja kerja besar besar lengkap dengan satu set komputer. Saat kursi yang ada di balik meja kerja diputar ke belakang, pemandangan yang akan dilihat oleh Radit adalah lantai satu cafe. Dari tempat itu Radit bisa mengamati berapa banyak pengunjung yang datang ke cafenya. Walaupun ia bisa melihat ke bawah, tapi pengunjung ataupun pegawai yang ada di bawah tidak bisa melihat ke ruangan yang ada di atas.

Knock, Knock! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang