9. Sepupu Jauh 2

312 30 0
                                    


———
Suara bel dan derap langkah asisten rumah tangganya membuat Sheina yang sedang melanjutkan skripsi di dapur itu tidak fokus.

"Siapa Mba?!" Sheina bertanya dengan sedikit berteriak.

Bersamaan dengan itu, Mba Yuyu berjalan mendekatinya.

"Anu Ibu, ini ada tamu ..."

Belum sempat Mba Yuyu melanjutkan perkataannya, tiba-tiba saja seseorang datang dari arah belakang wanita setengah baya itu.

Seorang perempuan seusia Sheina dengan balutan dress modis dan koper yang terseret dibelakangnya.

Gadis itu mendekati Sheina dan mengangkat kacamata hitamnya, lalu dia mengulurkan tangannya, "gue Cika"

Sheina mengangguk singkat, sebelum menerima uluran tangan gadis itu, Sheina lebih dulu menyuruh Mba Yuyu meninggalkan mereka.

"Sheina" katanya setelah berjabatan tangan.

Tak lama dari itu, Pak Jerza datang menghampiri area dapur dan meletakkan sebuah lilin aromaterapi yang dia bawa dari kamar.

Lelaki itu terkejut, sebelum akhirnya menyadari bahwa yang datang itu sepupu jauhnya.

"Cika, Mas" Sheina memperkenalkan, basa-basi saja.

Pak Jerza mengangguk, dia memilih duduk disamping Sheina dan merangkulnya.

"Jerza ya ampun, lo tambah keren aja" puji Cika.

Namun hal itu tidak digubris sama sekali oleh Pak Jerza, lelaki itu hanya berdehem kecil.

"Banyak kamar dirumah ini, kamu pilih aja"

Pak Jerza memalingkan wajahnya untuk menatap Cika, "selain kamar saya dan asisten rumah tangga saya"

Cika berdecak, "santai dulu lah bro, kita dulu banyak main bareng"

"Udah jam tidur kamu, let's go to bed" Pak Jerza mengalihkan pembicaraan Cika dengan menatap Sheina.

Sheina sendiri hanya manggut-manggut, dan keduanya berlalu menuju kamar mereka.

Meninggalkan Cika yang turut tersenyum, lalu gadis itu mencari tempat untuknya tidur.

👔
Paginya, Sheina sedang menyiapkan secangkir kopi untuk suaminya, tapi tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan kehadiran Cika yang berdiri disampingnya.

"Boleh gue aja yang nganter ga? Cuma nganter doang kok"

Sheina hendak menolak, namun Cika sudah merebut kopinya terlebih dulu dan berlalu begitu saja.

"Anjir tu cewek, kurang ajar banget" gerutu Sheina.

Cika sendiri terus berjalan kearah teras depan rumah, dia menemui Pak Jerza yang sedang duduk santai disana.

"Morning Za, ini kopi lo" Cika meletakkan kopinya dimeja kecil yang terletak ditengah tengah dua kursi.

Lalu gadis itu duduk dikursi satunya.

"Mana Sheina?" Pak Jerza bertanya tanpa menatap Cika, rautnya juga nampak datar datar saja.

Bukannya langsung menjawab, Cika justru tersenyum.

"Lo ga mau kangen kangenan sama gue gitu? Ayolah Za, waktu SMP kita deket lho"

Pak Jerza memandang tidak percaya gadis disampingnya, apa setidak punya malu itu dia sampai-sampai berani dengan gamblang mengajak suami orang mamadu rindu.

"Saya ga kenal sama kamu"

Setelah mengucapkan itu Pak Jerza bangkit dari duduknya dan melangkah menuju dalam rumah.

"Sayang" Dia mencari keberadaan istrinya.

"Dapurrr"

Dengan cepat Pak Jerza meluncur menuju dapur, dan mendapati Sheina sedang melahap roti bakar.

"Mau" Pak Jerza mendekatkan dirinya pada Sheina dan meminta sepotong roti bakar yang nampak enak itu.

Dengan senang hati Sheina menyuapkan roti bakar ditangannya yang kebetulan sisa satu gigitan.

"Ngobrol apa sama Cika?"

Pak Jerza menggeleng lalu duduk disamping istrinya.

"Ga ada, saya langsung kesini"

Sheina tertawa kecil, "deketin balik gih, kasian ngeliat effort nya buat deketin kamu"

"Selera saya ga serendah itu"

"Iya lah, selera kamu kan Sheina" Sheina dengan bangga menyombongkan dirinya.

Hal itu membuat Pak Jerza gemas dan mengacak rambut Sheina.

"Sayang nya Jeje emang"

"Kamu ada kelas ga?" Pak Jerza menggeleng.

"Ga ada, kenapa hm?"

"Let's go temenin Sheina cari novel"

"Novel apa sayang?"

"Anything"

Pak Jerza mengangguk, "my time for you, kapan pun kamu butuh saya, saya ada sama kamu"

Cup

Satu kecupan hangat mendarat dibibir ranum Sheina.

Dan–

Brak

– sesuatu terjatuh dari balik dinding dapur.

Sheina dan Pak Jerza sontak berdiri dan melihat apa yang jatuh.

"Cika?" Sheina menatap sosok Cika yang sedang memegang ujung kakinya.

Mungkin gadis itu tersandung meja didepannya.

"Sorry sorry ... Tadi gue mau ambil minum, malah ga sengaja liat tikus–"

"Hah? Tikus?!" Cika mengangguk.

Sheina dengan kilat langsung menyambar Pak Jerza untuk berdiri didepannya sebagai pelindung.

"Mas tolonginnn" Sheina meremas lengan Pak Jerza cukup kuat, membayangkan segeli apa sosok tikus yang Cika maksud.

Pak Jerza yang diremat sekuat itu cukup meringis, "udah udah sana ke kamar, saya cari tikusnya"

Tanpa basa basi Sheina mengacir ke kamarnya, meninggalkan Pak Jerza dan Cika yang saling beradu tatap.

"Cemen banget istri lo, ga kaya gue gentle nya"

"Gentle kalo gatel ya percuma"

Pak Jerza melangkahkan kakinya melewati tubuh Cika, namun baru saja tiga langkah, lelaki itu kembali membalikkan badannya.

"Saya ingatkan sama kamu, jangan coba-coba masuk dan ikut campur dalam urusan rumah tangga saya"

Setelah mengucapkan itu, baru Pak Jerza berlalu menuju kamarnya, dimana ada Sheina disana.

Kini tersisa Cika yang sedang menatap punggung lebar Pak Jerza yang semakin menjauh.

"Gue ga sejahat itu Za, aman"



































Jahat ga Cik???

MY MINE IS DOSEN [ Full Revision ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang