12. Kangen

531 42 6
                                    

sayangku vote nya jangan lupa ya

———
Jerza duduk dihadapan Papanya persis. Setelah menerima pesan dari Jerome pagi tadi, malamnya dosen muda itu langsung pergi kerumah kedua orangtuanya.

Kini, kediaman Riani dan Jerome didatangi oleh Cika dan Ibunya. Tak dipungkiri Sheina juga ada disana, tepat disamping Riani.

"Papa ga pernah ngajarin kamu untuk menjadi lelaki brengsek, Jerza." Jerome angkat bicara, setelah cukup lama suasana hening menyelimuti ruang tamu yang luas ini.

"Pa—tolong, percaya sama Jerza. Jerza ga pernah ngelakuin itu" lagi-lagi Jerza hanya bisa menyangkal, dirinya masih enggan atau bahkan tidak akan pernah mau mengakui bahwa dalam foto itu adalah dirinya.

"Kamu mau bukti apalagi, Jerza?"

Bunga, Ibu dari Cika itu menatap tajam Jerza. Hal itu dimanfaatkan oleh Cika untuk mengusap lengan Ibunya.

"Cika gapapa, Ma. Kalau Jerza ga mau tanggung jawab, Cika bisa ngurus anak ini sendiri kok" Cika bergumam sembari mengelus perut ratanya.

"Tidak!" Jerome menyela penuturan Cika. "Mau bagaimanapun Jerza harus bertanggung jawab atas perbuatannya"

"Pa—" Riani memegang tangan Jerome, seolah dia tidak terima dengan keputusan yang diambil oleh suaminya.

Jerome menoleh ke sebelah kanannya, dimana ada sang istri yang tengah menatapnya dalam, juga menantu kesayangannya yang tidak henti-henti menitikkan air mata.

Ada rasa kasian juga iba yang tiba-tiba menyeruak didalam dadanya kala dengan jelas dia mengetahui bahwa dua perempuan yang begitu dia sayangi menangis seperti ini.

"Sudah, saya tidak mau mendengar apapun lagi. Kalian, Bunga dan Cika bisa pergi sekarang? Tenang saja, saya dan keluarga tidak akan lari dari tanggung jawab."

"Dan kamu, Jerza Arnoldi. Tetap tinggal, dan jelaskan semuanya pada saya" Final Jerome.

Lalu disusul dengan kepergian Cika dan Bunga dari rumah ini. Sebelumnya dua pasang mata antara Cika dan Sheina sempat bertemu, sorot kebencian dan kebahagiaan jelas bertentangan diantaranya.

Sheina memutus kontak mata, dia memilih mengalihkan pandanganya kearah lain. Kemana saja, asal tidak melihat wajah menjengkelkan wanita murahan itu.

"Shei" panggilan dari Riani menyadarkan Sheina untuk kembali menatap wanita setengah baya itu.

"Sheina gapapa, Ma" Sheina tersenyum, jelas hal itu dapat Jerza lihat.

Sungguh, rasanya tenang dan sakit menjadi satu. Dia bingung, bingung antara harus mengakui apa pada istrinya itu. Sebab dirinya juga lupa, dirinya tidak ingat hal apa yang dia lakukan sampai sampai hal menjijikan ini bisa terjadi dalam hubungan pernikahannya.

Seingatnya, dia tidak pernah minum, menyentuh barang haram itu dalam hidupnya pun dia tidak pernah. Lalu bagaimana Cika bisa mendapatkan foto itu?

"Jer, Jerza?"

Dosen muda itu terperanjat, seketika dia menoleh kearah Mamanya. "I—iya Ma?" Riani menunjuk arah belakang, dimana Jerome sudah ternampak menunggu anaknya itu.

Jerza bangkit, diikutinya langkah sang Ayah hingga taman belakang rumah. Jerome sudah duduk disana, lalu disusul Jerza yang duduk disampingnya.

Keduanya diam untuk beberapa saat, hingga terdengar hembusan nafas panjang dari lelaki setengah baya disampingi Jerza.

"Papa tau kamu ga mungkin ngelakuin itu, Za" Jerome berujar lirih, tatapannya lurus kedepan.

"Jerza berani bersumpah, Pa. Jerza memang ga pernah ngelakuin itu"

"Kasih Papa bukti, Za"

"Jerza butuh waktu, Pa. Kasih Jerza waktu buat buktiin kalau itu bukan Jerza"

"Papa percaya sama kamu, tapi gimana Sheina? Dia pasti kecewa banget"

Jerza menunduk, benar kata Papanya, Sheina pasti sangat kecewa pada dirinya. Bahkan untuk tadi diajak mengobrol didalam mobil, dia lebih memilih menatap jalanan sampingnya.

"Jerza bakal terus minta maaf sampai semua bukti kekumpul. Papa bantuin Jerza ya?"

Jerome mengangguk, "pasti, Papa bakal lakuin apapun asal rumah tangga kamu sama Sheina baik-baik aja"

👔

"Mba, Sheina udah tidur ya?"

Mba Yuyu terperanjat saat tiba-tiba saja sang majikan menemuinya di dapur. "Aduhh Bapak, ngagetin aja. Iya tadi Ibu pamit mau istirahat, kayaknya sih udah tidur"

"Yasudah, saya mau minta tolong bisa?"

"Minta tolong apa, Pak?" Mba Ning berhenti mengelap meja, dan beralih sepenuhnya menatap Jerza.

"Saya izin memberhentikan Mba Yuyu sama Mba Ning sementara, tapi tenang aja, masalah gaji akan tetap saya kasih kok"

"Kenapa begitu Pak? Apa kita ada ngelakuin kesalahan?"

Jerza menggeleng, "tidak, saya cuma ingin memperbaiki hubungan saya sama istri saya yang lagi renggang" katanya tersenyum.

Mba Ning dan Mba Yuyu yang awalnya ragu pun hanya bisa mengiyakan, toh ini demi kebaikan majikannya.

"Baik, Pak. Kalau memang begitu, saya sama Ning menyanggupi kok, asalkan nanti kita dipanggil lagi kesini"

"Pasti, pasti saya bakal panggil kalian lagi. Sekali lagi terimakasih"

"Udah atuh, Pak. Kita cuma bisa bantu doa aja, semoga hubungan Bapak sama Ibu balik lagi kaya sebelumnya"

"Terimakasih doanya, kalau begitu saya keatas dulu"

Jerza pun melangkahkan kakinya menuju lantai atas, tujuan utamanya adalah kamarnya dan Sheina.

Dibukanya sedikit pintu kamar itu, dimana dirinya masih bisa melihat punggung Sheina yang sudah tertutup sebagian oleh selimut. Jujur ada rasa ingin menghampiri, tapi Jerza sudah berjanji untuk memperbaiki semuanya dulu.

"Saya kangen kamu, Shei" gumam Jerza, sembari terus menatap punggung kecil itu.

"Sheina juga kangen, Mas Jeje"































Kalyan jangan lupa vote, oke?????????

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY MINE IS DOSEN [ Full Revision ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang