02

511 34 5
                                    

"EVANN!!!!!"

Gadis dengan rambut di cepol kuda baru saja bangun dari tidurnya dengan nafas memburu, keringat dingin terlihat membasahi seluruh wajahnya.

Hal pertama yang dilihatnya adalah dinding bernuansa putih dengan bau obat-obatan, sudah pasti jika ini rumah sakit. Matanya menyapu seluruh ruangan, namun tidak menemukan siapapun diruangan ini.

ceklek..

pintu terbuka membuat Elya mengalihkan atensi kepada gadis asing yang baru saja membuka pintu dengan nafas memburu, tersirat raut wajah cemas, khawatir, dan senang menjadi satu diwajahnya.

Elya, mengernyitkan menyipitkan mata melihat makhluk asing yang menerobos masuk sembarangan diruangannya.

"JESSICAAAAA!!!!!" soraknya bersamaan dengan pelukan erat ditubuh Elya, seolah dia benar-benar khawatir.

"Jessica gue khawatir banget tau gak? gimana kalau gue gak disana semalam? pasti lo udah mati dikeroyok preman itu"
ucapnya.

'Jessica? dikeroyok preman? bukannya gue ditabrak yah?'

"Gak usah peluk bisa?" ucapnya datar sambil melepas pelukan gadis itu kasar."siapa lo berani banget asal masuk kamar orang? gila lo yah?"

Raut wajah kaget terlihat jelas diwajah imutnya, mencoba menerka-nerka ucapan Elya barusan.

"Maksud lo apasi Jess? gak usah sok amnesia deh lo," katanya. "Lo gak ingat gue siapa?" lanjutnya.

"Gue gak kenal lo siapa jadi mending lo keluar dari sini" ucapnya datar dan rendah namun menusuk.

Tanpa izin air matanya jatuh begitu saja membasahi pipi tirusnya. Bagaimana mungkin sahabatnya itu, melupakannya? Baru saja Via ingin membuka mulut namun suara pintu terbuka mengalihkan atensi kedua gadis itu.

Elya menoleh kearah pintu, netranya langsung menangkap manik hitam yang juga menatapnya intens. Manik milik  seorang pria dengan dengan setelan jeans dan jaket hitam melekat di tubuhnya. Tak lupa kresek hitam ditangan kiri dan juga tangan  kanan yang berada di saku celana.

"Rafa?"
Elya menatap Via sejenak lalu kembali menatap kembali orang yang dipanggil dengan sebutan Rafa itu dengan alis terangkat sebelah.

sang empunya nama tak menggubris dan berjalan kearah meja kecil yang terletak di dekat brankar Elya, meletakkan kresek yang dibawanya.

"I'll catch you later" Rafa melirik Via sejenak, dengan cepat Via mengusap air matanya dan berlalu membiarkan kakak beradik itu didalam sana.

"Lo benar-benar bikin gue khawatir sist." ucapnya dengan nada lembut disertai senyum yang membuat siapapun yang melihatnya akan mengunci senyum itu rapat-rapat.

"I don't care" katanya. "Dan berhenti berlagak seolah kita saling mengenal" lanjutnya.

Rafa terkekeh mendengarnya, membuat Elya sedikit kesal.

"Ini punya lo, tadi Via yang ngasi ke gue. " katanya sambil menyodorkan sebuah handphone. meski berbeda dengan miliknya, Elya tetap mengambilnya. Dia sangat memerlukannya sekarang, mengingat orang asing yang terus memanggilnya Jessica.

"Ternyata pukulan mereka benar-benar bikin lo amnesia yah?" lanjutnya.

"Enggak ada yang amnesia disini." katanya
"get out." lanjutnya dengan nada dan tatapan tajamnya.

Rafa cukup tertegun dengan nada dan tatapan tajam itu, dia merasa asing dengan itu. Dia  merindukan tatapan lembut dan manja dari adiknya.

"Oke, lo istirahat." ucapnya pelan dan berlalu setelah menepuk pelan kepala Elya.

JessiVant BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang