"pertemuan yang singkat, namun berharga"
happy reading
Disebuah ruangan yang cukup luas, seorang lelaki terlihat sibuk bolak balik seperti sedang mencari sesuatu, rambutya terlihat berantakan akibat usapan kasar yang dia lakukan, beserta sedikit umpatan untuk menyertai keluhan yang keluar dari mulutnya."Aduh dompet gue taro mana sih monyet"
gumamnya pelan sambil mengusap wajahnya kasar."Kenapa lo, Fa?" tanya Aya yang tiba-tiba datang dari arah dapur membawa segelas air putih di tangannya.
"Gue lagi nafas kalo lo lupa" jawab Rafa singkat setelah melirik Aya sekilas.
mendengar jawaban dari Rafa membuat Aya langsung menyiram wajahnya dengan sisa air digelasnya.
"weh apaan sih lo Ya, kan basah jadinya." ujar Rafa sambil mengusap wajahnya yang basah.
"Siapa suruh bikin gue kesel, kalau diliat liat sekarang lo tuh malah mirip gembel yang pernah gue liat di perempatan tau nggak?" ucap Aya kesal.
"Yah gak papa sih, emang sepupu gue itu"
ucap Rafa dengan mata melotot kearah Aya."Omg, jadi dia sepupu lo yah Fa?" kata Aya menutup mulutnya dengan ekspresi sok di kagetkan.
"Iya kenapa? suka lo sama dia? tenang aja nanti gue salamin" ujarnya masih mempertahankan lototan matanya.
"Kurang ajar lo Fa" kata Aya dan berlalu meninggalkan Rafa setelah memukul kepalanya.
Suara derum motor yang masuk dan berhenti didepan rumah membuat Rafa mengintip melaui jendela, melihat motornya yang dikendarai oleh Jessica membuat Rafa berlari keluar, tetapi pada saat pintu terbuka....
Brukk....
Rafa harus merasakan sakit dipinggang dan bahunya akibat terpeleset dengan tidak aestetic nya akibat alas kaki yang dia injak tiba-tiba bergeser dengan lantai dan sepatu Rafa.
"aduh.... pinggang gue."
Jessica yang baru saja menaiki satu tangga cukup kaget dengan pemandangan di depannya.
"Gak papa kan?" tanya Jessica datar.
"gak papa sih, pinggang doank yang sakit" jawab Rafa setelah mencoba berdiri dan merapikan penampilannya.
"Emang ada apa sih lari sampe nyungsep gitu?" tanya Jessica dengan alis terangkat sebelah.
"Oh iya, lo liat dompet gue nggak?" ujarnya sambil menaik turunkan alis tebalnya.
"Dompet?" tanya Jessica "nggak tau sih, tapi kata mbaknya tadi disana ada dompet ketinggalan, cuma gue nggak tau itu punya lo apa bukan jadi nggak gue ambil" ucap Jessica masih dengan wajah datar nya.
"Yaudah ayo tanya kesana" ucap Rafa sambil menarik tangan Jessica.
"Gue baru datang btw" ujar Jessica santai sambil menahan tangannya.
"Gue yang bawa motor" dan akhirnya Jessica pun pasrah diseret oleh Rafa.
Beda lagi dengan seorang lelaki yang berada dibalik semak diam-diam memperhatikan interaksi antara Rafa dan Jessica cukup serius, bayangkan saja dia memperhatikannya sedari tadi tanpa kedipan sedikit pun.
Semuanya begitu hening dan damai sebelum sebuah suara yang sangat familiar bagi Stevant itu mengganggu kegiatannya.
"BWAHAHAH SI RAFA VANT, SI RAFA NYUNGSEP VANT, HAHAHA" gelak tawa Rey melihat adegan Rafa yang jatuh.
"Astaga apaan lu?" kaget Stevant setengah mati mendengar suara Rey.
"ANJING HAHAHA, MUKA LO KONYOL BANGET VANT HAHA" Azka menambahi.
"Sejak kapan lu berdua di situ? motor gue mana? lo berdua tunggalin yah disana?" pertanyaan beruntun dilontarkan Stevant kepada dua temannya yang masih berusaha menahan tawa.
"Santai aja tuh muka, lagian serius banget merhatiin tuh cewek sampe gak sadar kita dateng, iya nggak Ka?" tanya Rey dibalas anggukan oleh Azka.
"Soal motor lo kita udah nelpon montirnya kesana jemput langsung" lanjut Azka.
"Rafa?" gumam Stevant dengan tatapan yang tak pernah lepas dari Jessica yang sudah jauh bersama Rafa.
"Bukannya Rafa itu leader RAVEN TAIL yah?" pertanyaan Rey tersebut diberi anggukan oleh Azka.
"Dia udah balik?" tambah Azka yang membuat tatapan Stevant seketika menjadi tajam.
"Balik ke markas" ucap Stevant dingin.
sedetik kemudian ketiga pria berjaket hitam dengan punggung bertuliskan BLACK EAGLE dengan gambar kepala dan sayap elang Elang yang dipadukan itu pergi meninggalkan semak.
°°°°
Disebuah ruangan dengan pencahayaan minim, hanya ada cahaya bulan yang masuk dari jendela yang terbuka lebar.Disana berdiri seorang gadis menghadap keluar sambil menatap selambar foto dengan tatapan kosongnya.
"Sampai kapan pun gak akan gue lepas, gak akan pernah" ucapnya dengan senyum miring lalu meremas foto yang ada digenggamannya hingga tak berbentuk.
"Seharusnya dia tidak datang bukan? seharusnya dia tidak berubah kan? dengan begitu gue gak perlu takut akan kehilangan" lanjutnya lirih disertai genggaman pada kertas yang semakin mengeras, wajah ditekuk kedalam dan rahang yang mengeras menahan tangis dan amarah.
"Lo gak usah khawatir."
Pita suara yang berasal dari pintu berhasil mengalihkan atensinya, matanya membulat kaget melihat seorang lelaki berdiri dan bersandar pada pintu.
"Ba-bagaimana?"
Seolah tahu maksud gadis itu, dia mengangkat tangan dan memperlihatkan sebuah kunci.
"Gue punya kunci kamar lo" katanya santai, dia bisa melihat gadis didepannya ini berdecih pelan.
Langkah gadis itu perlahan mundur melihat lelaki itu maju mendekatinya, sampai punggungnya menyentuh meja belajarnya.
"Gak usah panik, gue cuma mau balikin kunci lo kok" ucapnya didepan wajah gadis itu sambil menyimpan kuncinya di meja belajar.
Atensi lelaki itu beralih pada selembar foto didenggaman sang adik, sebelum gadis itu menyembunyikan tangannya, dengan cepat dia meraih dan mebukanya.
"Ouh, ternyata adek gue itu penguntit yah?"
"Jaga mulut lo sialan" geram gadis itu sambil menunjuk lelaki yang sedang menatapnya remeh.
Namun sedetik kemudian lelaki itu meraih tangannya dan membawanya kebelakang tubuh gadis itu, jadi terlihat sedang memeluknya. Satu tangannya menumpu pada meja.
"Jangan gini, baby face lo gak cocok buat meranin seorang antagonis dikehidupan orang lain" ujarnya dengan tatapan dalam andalannya. "Jadi diri sendiri, jalanin hidup yang lo punya tanpa membebankan kehidupan orang lain, oke?" lanjutnya lembut lalu mengecup pelan kening sang gadis sebelum berlalu pergi.
"kurang ajar, lo gak berhak ngatur gue."
Berhenti didepan pintu, lalu berbalik.
"Maybe, tapi gue nggak mau lo tersiksa dan tersakiti dengan pilihan yang lo ambil." katanya sebelum menutup rapat pintu kamar gadis itu."ARHGGGGG" Teriakan gadis itu itu mengeras setelah melihat pintu kamar tertup rapat.
"KENAPA DIA SELALU GANGGU?? Apa hidup dengan caraku sendiri itu salah?" ujar gadis itu pelan. Lalu mendongak menatap bulan "Bunda liat aku disana? look at me bunda. Apa aku salah? maafin aku bunda." siapapun yang mendengar isakan dan pekikan gadis itu akan tahu betapa rapuhnya dia.
NEXT?
SARANNYA?
KAMU SEDANG MEMBACA
JessiVant Bad
Mystery / ThrillerTidak ada yang istimewa disini,hanya pemeran utama kita yang menyesal karena telah bertransmigrasi, menyesal karena dia kembali hidup, menyesal karena diberi kesempatan kedua. Kenapa? bukankah dia beruntung? semua orang menginginkannya, lalu dia ke...