12

191 14 0
                                    

"Tidak mungkin selesai jika hanya diam tanpa melakukan apa-apa."

°°°°°

Tidak ada yang lebih nyaman bagi Jessica kecuali duduk bersandar tenang dengan sekaleng minuman cola didepannya, menikmati suhu AC yang berlomba lomba menusuk permukaan kulitnya.

Suasana cafe pagi ini tidak terlalu ramai, membuat kenyamanan Jessica bertambah berkali kali lipat. Bukan tidak suka, hanya saja dia butuh sedikit ketenangan sekarang.

Pandangannya menembus dinding kaca dan beberapa kendaraan yang berlalu lalang menatap sebuah bengkel yang berada diseberang jalan, memperhatikan beberapa montir yang terlihat sibuk mendesain ulang kendaraan beroda dua yang dia bawa.

Sebelum seorang lelaki datang dan dengan seenak jidatnya duduk nyaman dikursi yang berada didepannya, meletakkan kunci motor dan memandang Jessica dengan sedikit senyuman. 

"Hei." sapanya.

"Enggak ada kursi lain?" Jessica menatap tak suka lelaki didepannya.

Mengedarkan pandangan menatap seisi cafe dimana beberapa kursi menganggur menunggu penumpang. "Gue maunya disini."

"Lo ganggu."

"Maybe." Mendengar jawaban nya, Jessica hanya menghela nafas dan meminum sisa minumannya.

"Kenapa?" Stevant hanya menggeleng lucu sambil tersenyum setelah melipat kedua tangannya diatas meja, menjawab pertanyaan Jessica.

"Gimana motornya? bagus kan?" Jessica hanya menunjuk kedepan dengan dagunya, Stevant membalikkan badan kebelakang kearah yang dimaksud Jessica. Kearah sebuah bengkel diseberang jalan.

"Direnovasi lagi? dulu hadiah dari gue juga lo renovasi." gumam Stevant masih menatap motor yang hampir tak berbentuk.

Jessica menghentikan tangannya yang ingin meminum minumannya, menatap belakang kepala Stevant dalam. Meletakkan kembali kalengnya, menarik napas dan membuangnya berharap bisa menghilangkan ingatan dan kenangan yang tiba-tiba hadir.

Benar, bisa saja yang baru saja dia katakan itu untuk raga yang ditempati jiwa gentayangannya.

"Maaf yah, hadiah taruhannya kurang memuaskan." ucapnya setelah berbalik, menatap Jessica memelas, Jessica membalasnya dengan menatap dalam manik hitam legam didepannya.

'El, kamu renovasi lagi, motornya?' Sang empunya nama hanya mengangguk menjawab pertanyaan lelaki didepannya yang terlihat memelas. 'Padahal motor itu hadiah yang aku usahain buat sesuaiin sama type kamu.'

'Sorry dear, but aku kurang suka sama modelnya, gak banyak kok. Cuma bagian depannya aja.'  jawabnya menyatukan kedua tangan, menyedipkan kedua mata.

Lelaki itu hanya menghela nafas 'Gak papa, aku cuma sedih aja karena gak bisa ngasih hadiah yang memuaskan buat kamu."

'Aku gak butuh hadiah, kehadiran kamu aja, lebih dari cukupnya udah meluap luap.'

"Jessica, jangan melamun. Kalau lo keserupan gue yang pertama lari."

"Lo suka sama gue?" Jangankan Stevant, Jessica sekalipun tidak tahu kenapa dari semua pertanyaan yang ada, yang keluar dari mulutnya harus pertanyaan yang membuatnya terlihat begit percaya diri.

Dan Stevant tidak tahu harus menjawab apa, jangan menghujatnya. Kalian tidak akan tahu bagaimana rasanya berada di posisi itu.

Masih dengan mempertahankan wajah tenangnya Jessica bangkit dan berdiri didekat Stevant, meraih dan menarik dagunya agar mendongak menatapnya dengan tangan lain menumpu pada meja. "Epan tenang aja, enggak semua pertanyaan itu harus langsung dijawab kok. Pikirin baik-baik." ujarnya menatap Stevant yang masih diam tak percaya.

JessiVant BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang