08

205 19 0
                                    


Disebuah arena balapan, kedua kendaraan melaju melewati garis finish secara bersamaan.

Seri.

Membuat semua orang yang berada disana berteriak heboh, setelah kedua kendaraan itu berhenti, tidak sedikit yang datang dan memuji.

"Jessica, ternyata lo jago banget balapan ya ampun." Ujar Via yang tiba-tiba datang dan mengguncang tubuh Jessica. "Lo bisa imbangi Stevant, masa? Dengan ini lo dapat motor baru, deh!!!" Lanjutnya menepuk tangannya heboh sambil melompat lompat kecil.

"Biasa aja." jawab Jessica santai sambil mengangkat kedua bahunya.

"Yah tetap aja." Ujar Via kembali mempresentasikan apa yang dia lihat.

Memilih mengabaikan ocehan Via, Jessica mengalihkan atensinya kepada Stevant yang terlihat dikerumuni beberapa temannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sampai atensinya teralihkan saat beberapa perempuan datang dan menatapnya dengan tatapan angkuh dan jijik. Melihat keberadaan mereka, Jessica hanya memandang malas dengan alis terangkat.

"Apalagi sih nih tante girang? mau nyari masalah pasti." gumam Via pelan.

"Hei bitch. Kenalin, gue Tesa." Ujar salah satu diantara mereka mengulurkan tangannya kearah Jessica.

Beberapa detik tidak mendapat respon, Tesa menarik kembali tangannya dengan kesal.

"Daripada harus muji lo, gue lebih suka bilang kalau lo itu murahan, cewek kegatelan yang haus perhatian." Ujar Tesa dengan geram, yang berhasil membuat Jessica menatapnya tajam.

"Dasar caper, lo gak usah belagu karena bisa imbangi Stevant, gue percaya Stevant tadi cum-"

"Iri lo yah?" Cetus Via cepat memotong ucapan Tesa. "Bilang aja lo iri. Gak usah misu misu kek tante girang kurang belaian, sana noh om pedo nungguin." Lanjutnya menatap tajam Tesa dengan mata bulatnya.

"HEHH, lo kira gue jalang apa?"

"Gak. Bukan jalang lagi, tapi mahajalang, Saudaranya Mahamurah, sepupunya mahabaratha."Ujar Via final.

Melihat Tesa akan membalas ucapan Via, Jessica memotong.

"Lo ada urusan apa sama gue?" Ujar Jessica pelan setelah turun dari motornya, berjalan mengikis jarak dengan Tesa. Membalas tatapan angkuhnya. "Kalau cuma mau ngatain gue, mending lo pergi deh." Lanjutnya.

"Atau.... lo mau gue kasih tau satu rahasia?" ujar Jessica sambil mencondongkan tubuhnya kearah Tesa, membisikkan sesuatu yang hanya mereka berdua yang bisa mendengarnya.

Tesa membulatkan matanya dan menampar dengan kuat pipi Jessica, membuat Jessica memegang pipinya menahan sedikit rasa nyeri. Tamparannya tidak main-main, mungkin sudut bibir Jessica akan robek atau tidak akan memar.

Jessica kesal bukan main, seumur umur baru kali ini dia ditampar. Bahkan dikehidupan sebelumnya pun tidak ada yang berani menamparnya. Tapi makhluk jadi jadian didepannya ini baru saja menamparnya?

'Fuck'

"Eh eh mak lampir lo apain Jessica!!!" teriak Via ingin membantu Jessica namun dayang-dayang Tesa menghalangi langkahnya.

"Gak usah ikut campur urusan orang."
Dan Via hanya bisa mengumpat, dia bisa saja terobos, tapi mereka berdua, Via kalah jumlah.

"ANJING LO, MATI AJA SANA!! LO GAK TAU APA-APA SOAL GUE BANGSAT!!!!!" Teriak Tesa murka sambil menjambak rambut Jessica membuat mereka menjadi pusat perhatian semua orang disana.

"Fuck!!! DON'T TOUCH ME, BITCH!!!" Murka Jessica, dan dengan sekali hentakan dia melepaskan tangan Tesa dari rambutnya.

Melihat itu, seorang lelaki yang ingin membantu Jessica kembali pada posisinya sejak awal, dengan senyum miring andalannya.

Bugh...

Jessica kemudian memberikan tendangan kuat yang tepat mengenai perut Tesa, membuat sang empu jatuh terduduk diatas aspal memegangi perutnya sambil merintih kesakitan.

Belum puas, Jessica kembali berjalan masih dengan rambut sedikit berantakannya mendekati Tesa yang terlihat mundur sedikit ketakutan.

"Stop, jangan mendekat. Atau lo bakal nyesel." ujar Tesa sedikit panik.

Jessica tidak menggubris ancaman Tesa, justru kembali meraih dan menjambak rambutnya, memaksanya untuk berdiri.

Orang-orang hanya diam dan menonton, tidak berniat sedikit pun untuk membantu Tesa. Bahkan kedua temannya sekalipun, selain tidak ingin menjilat ludah sendiri, dia juga tidak ingin menjadi seperti Tesa.

"Awww lepasin gue please, ini sakit. " Ujar Tesa memegangi kepalanya menahan sakit dan tangis.

"Sakit? emang lo siapa berani nampar gue ha?" tanya Jessica tajam lalu membenturkan kepala Tesa ke salah satu jendela mobil yang berada didekat mereka, membuat Tesa semakin mengerang kesakitan sambil memegang pelipisnya dimana darah mengalir cukup deras.

Plakk...

Plakk...

Jessica kemudian memberinya tamparan dikedua sisi wajah Tesa setelah melepaskan jambakannya. Lalu kembali menendang perutnya membuat Tesa kembali terembak diatas aspal dengan keadaan yang sangat menyedihkan.

"Lo salah nyari masalah sama gue." Ujar Jessica pelan, lalu berlalu dari sana sambil mengusap sedikit darah disudut bibirnya.

Via dengan cepat mendorong orang didepannya, berhenti sejenak didepan Tesa dengan tatapan jijik.

"Syukurin, mang enak?" ujarnya mengejek lalu berbalik dan mengejar kepergian Jessica. "JE TUNGGUIN GUE JE!!!"

Barulah setelah kepergian Jessica, kedua teman Tesa datang dan membantunya berdiri. Tidak sedikit dari mereka yang ada disana mencemooh dan menertawai kondisi Tesa yang sangat buruk.

Rambutnya berantakan, kedua pipinya memerah akibat tamparan Jessica, sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah, Tangan kanan memegang pelipisnya yang berdarah, serta tangan kiri yang memegangi perutnya.

"Gue bakal laporin daddy biar dia tau rasa." gumam Tesa pelan.

"Yaudah, kita anterin lo pulang yah Sa." Ujar salah satu temannya membopoh tubuh Tesa kearah mobil gadis itu pelan.

Melihat itu Stevant yang sedari tadi hanya diam menonton dan memperhatikan diatas motornya bersama keempat temannya tersenyum miring.

"Tuh cewek ngeri banget, sat. Merinding gue liatnya." Ujar Azka memeluk tubuhnya bergidik ngeri.

"Udah cantik, jago balapan, jago berantem, pokoknya gue gak ridho kalau bukan dia yang jadi bu bos gue. Setuju kan lo Ka?" Tanya Rey pada Azka yang mengangkat kedua Jempolnya mantap.

Mendapatkan jawaban, Rey kembali menoleh pada Abri. "Nah, adek gue ini pasti juga setuju kan sama abang?" tanya Rey antusias sambil merangkul bahu Abri.

"Iya bang, yang penting lu seneng." jawab Abri sekenanya.

"Walaupun lo maunya gitu, tapi ini masalah hati. Biarin Evant mutusin apa dan sama siapa, kita cuma bisa dukung." Cetus Arsen bijak membuat mereka menatap Arsen kagum.

"Nah, bener tuh. Siapa tau gue suka sama dia kan?" ujar Azka yang mendapat tatapan tajam dari Stevant. "Bercanda doank, Vant." Lanjut Azka lirih.

"Duluan yah, gue masih ada urusan sama Jessica." Ujar Stevant sambil memakai helm dan menyalakan mesin motor.

Mendengar itu, sontak membuat Rey dan Azka menggodanya. Arsen menggelengkan kepala pelan.

"Semangat ya, Bang." Teriak Abri sebelum Stevant menghilang dari pandangannya.

°°°°°°°°

gimana part 8?


next tidak?

follow ig dini kuy
inidinn___i

follback dm aja yh
kak, adek, tante, om, nenek, kakek.

bantu tandain typo
see.

JessiVant BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang