This part full JessiVant, jangan bosan yah
HAPPY READING
Disebuah taman yang tampak indah dengan beberapa kunang-kunang beterbangan diatas danau menambah keindahan taman malam itu.Dengan semilir angin yang menyapu wajah dan menerbangkan beberapa helai rambut seorang gadis yang duduk menantang dinginnya malam.
"Fuck, ngebiru anjir." Umpatnya ketika melihat sudut bibirnya dilayar, mengusapnya sebentar lalu menyimpan kembali handphonenya kedalam saku celana.
Saat hendak berdiri dari kursi dengan niat membeli kapas dan alkohol untuk sekedar membersihkan luka nya, sebuah tangan kekar menahan kedua pundaknya dari belakang dan mendudukkanya kembali ke kursi. Jessica mendongak menatap sang pelaku, yang ternyata juga menatapnya dari atas.
Seketika Jessica menangkap kedua iris hitam legam dengan tatapan tajamnya, Alis tebal serta bibir dan hidung mungilnya, lelaki yang sempat menjadi saingannya di area balapan.
"Lo cantik." Bisik Stevant pelan didepan wajah Jessica setelah beberapa saat diam.
"Get out my face." Tekan Jessica pelan membuat sang empu tersenyum.
"Kenapa lagi? mau nawar taruhan?" Tanya Jessica dengan mata melirik motor Stevant.
"Gak, gue kesini malah mau nagih hadiah."
"Kita seri."
"Yah makanya gue datang mau nagih hadiah karena kita seri, kan sama-sama menang."
"Kalo gue ambil motor lo, motor gue mau ditaro mana? lo juga pulang pake apa? jadi besok aja."
"Yaudah, kalo gitu kasi gue nomor lo dulu, biar gampang." Ujar Stevant sambil mengulurkan handphonenya pada Jessica.
"Cuma itu kan?" tanya Jessica meraih uluran Stevant.
"Enggak, gue kesini karena gue khawatir sama lo." jawab Stevant cepat setelah duduk disebelah Jessica.
"Thanks, tapi gue gak papa." Ujar Jessica mengembalikan handphone Stevant. "Itu nomor gue, telepon aja klo ada perlu." lanjutnya hendak berdiri namun sebuah tangan kekar menahan lengannya.
"Buru-buru banget sih, mending lo duduk dulu biar gue kompres tuh pipi lo. Jelek banget kalau ngebiru gitu."
"Gak usah, ini cuma luka ringan, kok."
"Enggak ringan, liat tuh pipi lo memar. Kalo dibilangin nurut aja napa?"
Jessica merasa deja vu, namun dia hanya diam memperhatikan Stevant yang terlihat mengeluarkan sehelai kain dari saku jaketnya.
"Diam disitu jangan kemana mana atau hadiah taruhan gue batalin." tekannya tak ingin dibantah sebelum pergi menuju danau.
Jessica menarik sudut bibirnya melihat Stevant yang tampak memperhatikan sekitar sebelum mencelupkan sehelai kain yang berada ditangannya kedalam danau.
Lalu dengan cepat mengangkat dan berlari kembali kearah Jessica sambil memerasnya, sehingga beberapa air memercik mengenai celananya.
"Nah, sini gue kompresin." Ucapnya setelah berdiri didepan Jessica sambil menarik dagunya agar mendongak.
Dinginnya kain yang sudah dicelupkan pada air danau mulai Jessica rasakan saat menyentuh pipinya.
"Gak bermodal banget lo." ujar Jessica sambil memperhatikan wajah Stevant dari bawah yang terlihat serius mengompres wajahnya.
"Bukannya gak bermodal, tapi ada cewek yang pernah bilang sama gue kalau sesuatu yang alami dan sederhana itu jauh lebih baik."
Dan jujur, kalimat yang baru saja keluar dari mulut Stevant berhasil membuat Jessica mengingat sosok lelaki yang selalu mengisi hatinya. Ada rasa sesak dan kerinduan yang teramat besar dihatinya.
flash back
'Sini biar aku obatin lengannya.' ujar lelaki yang tiba-tiba duduk didekat seorang gadis membawa sehelai kain dan air mineral dikedua tangannya.
'Gak usah, ini cuma luka ringan kok.'
'Enggak ringan, liat tuh darahnya banyak. Makanya kalau dilarang tuh dengerin, luka kan jadinya.' ujarnya kukuh menarik lengan sang gadis.
Diambilnya kain dan dibahasi oleh air, lalu membersihkan luka gadis itu sepelan mungkin agar tidak menyakitinya. Setelah itu mengeluarkan pisau lipat yang selalu stay didalam sakunya dan merobek sebagian bajunya.
'Eh itu kenapa dirobek bajunya?'
Bukannya menjawab, lelaki itu justru memberikan senyum dan mulai mengikat luka sang gadis dengan sangat telaten.
'Maaf yah gak pake alkohol sama plaster motif kelinci kayak di novel yang pernah kamu baca.'
'Gapapa, malah sesuatu yang alami dan sederhana itu jauh lebih baik.' ujarnya pelan sambil tersenyum lebar. 'Btw ikatan kain kamu kayak telinga kelinci lo, makasi banyak ya Van.'
'Sama-sama El.'
__FB END__
"Gue tau gue emang seganteng itu, tapi gak usah natap gue sampe segitunya juga kali." Ucap Stevant percaya diri membuyarkan lamunan Jessica.
"Emang lo ganteng sih." ucap Jessica membuat Stevant melebarkan senyumnya. "Tapi kok bisa ya? cowok sok kegantengan kayak lo bisa punya upil segede gambang." Lanjut Jessica dengan nada jijiknya.
Mendengar itu sontak membuat Stevant mematung seketika, pergerakan tangannya yang mengompres beralih dengan cepat menutup wajah Jessica dengan kain basah dan berbalik menggosok hidungnya mengabaikan umpatan yang keluar dari mulut Jessica.
Menyadari sesuatu, wajah memerah malu Stevant digantikan dengan wajah kesal. Lalu berbalik kearah Jessica yang terlihat menahan tawanya.
"Lo bohongin gue?" tanya Stevant dengan tatapan kesalnya. Bukannya menjawab, Jessica hanya berdiri dan mengedikkan bahunya santai.
"Makasi" ujar Jessica mengulurkan tangannya dengan sehelai kain milik Stevant. "Vant...." lanjutnya lirih menatap Stevant dalam.
Butuh waktu beberapa detik sebelum Stevant meraihnya. Bukan mengambilnya, Stevant malah mengeratkan genggaman tangan Jessica pada kain itu.
"Ambil aja, nanti kalo lo luka lagi dan gue nggak ada, lo bisa pake ini buat kompres lu-"
"STOP!!!!" potong Jessica dengan nada membentak, genggamannya pada kain semakin mengerat. "Please, shut up." tanpa izin air mata yang sedari tadi tertampung kini jatuh.
Manik hitam legam yang menatapnya sedari tadi membuat Jessica merasa sesak akan sebuah rindu, membuat Jessica mengingat siapa dia, dan Jessica membenci tatapan itu jika bukan 'dia' pemiliknya.
Dengan cepat Jessica melempar kain itu pada dada Stevant lalu pergi dari sana dengan perasaan campur aduk.
Malam ini memberi terlalu banyak drama untuk sebuah hati yang sedang merindu.
'Takdir memang sebercanda ini, tapi apa boleh aku berharap? Aku siap dengan segala kemungkinan.'
Sedangkan Stevant hanya memperhatikan kepergian Jessica, lalu memungut kembali kain yang jatuh tadi dan pergi dari sana dengan sebuah senyum kemenangan.
Namun satu hal yang terlupakan....
"JESSICAA MASA GUE DITINGGAL SIH?????"
Teriak Via menggelegar ditengah arena pertandingan.tbc.
see.
You
fren

KAMU SEDANG MEMBACA
JessiVant Bad
Mystery / ThrillerTidak ada yang istimewa disini,hanya pemeran utama kita yang menyesal karena telah bertransmigrasi, menyesal karena dia kembali hidup, menyesal karena diberi kesempatan kedua. Kenapa? bukankah dia beruntung? semua orang menginginkannya, lalu dia ke...