03.

438 29 8
                                    

"bahagia itu gak milih dia keluarga atau bukan, karena terkadang orang yang kita anggap rumah adalah sumber terbaik dari rasa sakit"

_Jessica Ganesha Alexio

____________&&&___________

Disebuah kamar bernuansa putih dengan ukuran yang cukup luas, seorang perempuan terlihat berdiri bersedekap dada dan menatap keluar jendela.

Sampai pintu terbuka yang menampilkan seseorang masuk dan duduk di sofa dekat Jessica berdiri.

"Jessica, lo itu kenapa sih dari tadi diam mulu perasaan"

suara yang berasal dari Via berhasil mengalihkan atensi Jessica dari luar jendela, meliriknya sebentar lalu kembali menatap keluar.

"Gue cuma ngerasa kalau akan terjadi sesuatu disini. Entah itu kapan, tapi sepertinya menarik" katanya dengan sorot mata tajam disertai sebuah senyuman.

Seketika mata Silvia melebar dengan mulut membentuk pola O sebelum
"Ternyata abis dikeroyok preman bisa bikin lo jadi keren yah?" katanya heboh sambil berlari kearah Jessica dan mengguncang tubuhnya keras. "kalau tahu bakal gini kenapa gak dari dulu aja preman itu mukulin lo? iya nggak?" lanjutnya dengan alis yang dinaik turunkan.

"entah kenapa gue benci pemikiran gue sekarang" katanya menatap bingung kearah Via dengan satu alis terangkat.

"emang lo mikirnya gimana?" tanya Via dengan wajah cengonya yang seakan minta digeplak.

"hmm kata-kata lo tuh seakan doain gu-"ucapan Jessica berhenti setelah sadar apa yang ingin dia ucapkan itu tertuju pada jiwa atau raganya.

"doain lu apa Jess? doain lu cepet nika-?"

ucapannya berhenti setelah merasakan sakit di bagian kepalanya.

"betewe lu nggak ngeri, dilantai dua cuma kita lo Jess, lagian kak Rafa kok belum pulang yah?" tanyanya dengan wajah sok ngerinya dibalas angkatan bahu dari Jessica.

Memang setelah mengantar Jessica ke kamar, Rafa memang pergi keluar karena katanya dia ada urusan. Kalau soal orang tuanya, mereka jarang dirumah karena alasan pekerjaan dan malas melihat Jessica, dan kakak perempuannya, dia memang sering pulang saat matahari mulai terbenam karena nongkrong atau sekedar menghamburkan uang.

terdengar langkah kaki yang mengarah ke lantai dua membuat Via mengeluarkan senyum liciknya dan bedehem pelan.

"ekhmm Jess, lo bilang tadi bakal terjadi sesuatu yang menarik kan?" katanya dibalas anggukan oleh Jessica "hm"

"nah gue bakal tunjukin salah satu dari sesuatu yang menarik itu, karena lo udah keren, lo gak boleh masukin ke hati apapun yg sepupu dajjal itu bilang yach?" ucapnya sambil menarik tangan Jessica pelan kearah pintu.

Jessica benar-benar bingung dengan tingkah laku gadis didepannya, dia juga sempat terkekeh mendengar kata 'sepupu dajjal' itu.

Via membuka pintu dan menyeret Jessica bersamanya keluar dari ruangan itu, berjalan dengan langkah pelan kearah seorang gadis yang juga berjalan kearah mereka. ralat, kearah kamarnya.

Selama perjalanan, Jessica tau gadis yang berjalan berlawanan arah dengannya tak melepaskan pandangan padanyan, tapi dia abaikan saja.

setelah melaluinya, pita suara seseorang menghentikan langkah mereka.
"wah, setelah masuk rumah sakit lo semakin kurang ajar yah? lo bahkan gak nyapa gue sama sekali" kata gadis itu dengan tatapan sinisnya.

Jessica tersenyum kecil dan berbalik menghadap perempuan itu.

"Kenapa? lo berharap gue sapa?" bukannya menjawab, Jessica malah kembali memberi pertanyaan dengan tatapan tak kalah sinis.

sedangkan Via? daritadi dia matia-matian menahan mulutnya untuk tidak berceloteh.

Aya sedikit terkejut melihat raut wajah yang Jessica berikan padanya. Raut wajah yang tak pernah dia lihat sebelumnya.

"hahaha, sekarang  cewek munafik sok suci ini udah sok jagi yah?"ucap Aya dengan sedikit lembut "disini lo cuma hama, gak usah belagu lo" ucap Aya kemudian dengan nada sinis.

"Cewek munafik yah? bagus donk. Kalau gue disini, kak Aya jadi punya kerjaan tambahan kan? ngurusin hidup gue" ucap Jessica pelan namun tajam. "kasian juga mulut kak Aya yang mau berceloteh tapi gak ada bahan" lanjutnya dengan seringaian kecil.

Mendengar penuturan Jessica membuat Aya tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, sejak kapan Jessica berani membalas ucapannya? dan apa-apaan aura mengintimidasi itu?

"kenapa kak Aya? lo terkejut yah? iyalah masa enggak!"celotehan Via membuat raut wajah Aya kembali semula. "lagian Jessica tuh sekarang udah keren yah, udah gak kayak dulu. Untung aja dia dikeroyok kemarin, kalau enggak pasti udah nangis gara-gara dengerin kk" setelah lama ditampung, Via akhirnya mengeluarkan  suara.

Via memang seperti itu, dia tidak tanggung-tanggung mengeluarkan unek-uneknya jika dia tidak suka, siapa pun itu kecuali Jessica dan orang tuanya. Saat masih duduk dibangku SMA, dia pernah berdebat hebat dengan salah satu guru disana yang memang banyak siswa tak menyukainya, seperti Via.

Lagi-lagi Jessica menghela nafas mendengar ucapan Via, sepertinya dia benar-benar senang karena pemilik tubuh ini dikeroyok preman sehingga membuat Elya terdampar kemari.

"Diem deh lo, gak usah ikut campur urusan orang lain. Lo bukan siapa-siapa disini." ucap Aya menunjuk Via geram melihat tingkahnya.

"dia mungkin bukan siapa siapa disini, tapi  setidaknya gue seneng temenan sama dia, daripada kak Aya, lo yang jelas jelas keluarga gue, tapi cuma bisa memberi luka" ujar Jessica.

"bahagia itu gak milih dia keluarga atau bukan, karena terkadang orang yang kita anggap rumah adalah sumber terbaik dari rasa sakit" lanjut Jessica menatap tajam Aya.

"Jessica..." ucap Via lirih menatap Jessica dengan tatapan berbinar.

"cari makan yuk Vi" ujarnya seraya menarik tangan Via berlalu meninggalkan Aya yang masih berusaha meredam emosinya.

Setelah berada di lantai satu, Via kembali berceloteh.

"Jessica tadi lo keren banget sumpah, gue pengen juga tau kek gitu, bikin iri ae lu" kata Via mencak mencak sambil mencolek bahu Jessica. "masa iya, gue sempat mikir kalau lo itu bukan Jessica tau, saking bedanya" lanjut Via membuat langkah Jessica berhenti dan menatap Via dengan serius.

"kenapa Jess? jangan natap gue gitu ah, ngeri tau"

Jessica menggeleng kecil dengan senyumnya "makan dimana?"

Via terlihat berpikir sebelum menepuk jidatnya yang tertutup poni.

"ASTAGA JESSICA, GUE LUPA!!!!"
teriaknya kecil.

"apaan?"tanya Jessica dengan alis yang terangkat.

"ini bukan soal kita makan dimana Jess, tapi soal kita naik apa, kan mobil gue masih di rumah sakit" katanya lesu.

ceklek...

Jessica menatap kearah Rafa yang baru saja datang, kemudian melirik kunci motor yang tergantung disalah satu jarinya.

Jessica berjalan kearah Rafa kemudian dengan cepat mengambil alih kunci motor itu.

"Kak Afa gue pinjem yah? mau cari makan" katanya sambil memutar kunci motor di jari telunjuknya.

"kamu bisa naik motor Jess? itu motor gede lo" tanya Rafa sedikit kaget, sejak kapan Jessica bisa naik motor? biasanya dia hanya minta diantar atau numpang dengan Via.

"gak mungkin gue pinjem kalau gak bisa pake" ucapnya berlalu keluar diikuti Via.

NEXT?

SEPATAH KATA

BUAT JESSICA

BUAT RAFA

BUAT VIA

BUAT AYA

JessiVant BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang