14

279 13 1
                                    

"BUNDAAA!!!!" Teriakan seorang lelaki memenuhi sepanjang perjalanannya menuruni lantai sambil berlari menuju dapur.

"Azka, jangan berteriak." tegur Azel_ibu Azka ditengah kegiatannya mengeluarkan belanjaan.

"Bunda tolongin, Zaka daritadi gangguin." Adu Azka sambil berdiri bersembunyi dibalik tubuh Azel, mencoba menghindar dari gangguan monster kecil.

"Zaka kenapa lagi?" bingung Azel, pertanyaannya seolah tahu kejahilan putranya terjadi bukan hanya sekali ini saja. Dengan sisa lelahnya Azka mengangkat telunjuknya kedepan, tahu arah tunjuk Azka melewati tubuhnya, Azel membalik badan.

"YA AMPUN ZAKA?????" Kaget Azel melihat seorang bocah lelaki berumur 6 tahun yang berada didepan tangga, muncul dengan setelan jas hitam kebesaran yang Azel yakini milik suaminya, mengikat bagian pinggangnya dengan tali sepatu berwarna merah muda, lengannya yang Azel tidak tahu itu sudah dilipat berapa kali. Benar-benar membungkus mungilnya.

Ditambah dengan popoknya yang sudah bertengger nyaman dikepala, sambil membawa sapu ijuk kepanjangan  menentengnya seolah membawa senjata laras panjang merasa keren.

"Lapor, disini Kapten Saka regu dua. code 123. Arah jam dua terdeteksi bala bantuan musuh, ganti." ucapnya khas seorang pasukan tentara saat berbalik kearah Azel dan Azka berada.

Azka menatap ngeri sang adik, sedangkan Azel terlihat menahan marah melihat riasan yang ada diwajah Zaka.

"Perintah diterima. Dalam hitungan detik pasukan regu dua akan mundur dengan cepat, out." Lanjut Zaka setelah melihat wajah marah Azel. Segera berbalik kearah tangga dengan niat kabur.

"ZAKA STOPP!!!!" Teriakan Azel membuat langkah Zaka terhenti. "JANGAN BILANG KAMU PAKAI MAKE UP BUNDA YAHH???"

"Bukan bunda, bukan Saka." Sangkal Zaka menggelengkan tangan lucu.

"Terus itu dimuka apaan sih, kapten? lumpur?" Azka mengompori.

Mendengar kata kapten, Zaka mengangkat tangan hormat. "Siap salah, tapi kapten Saka hanya memenuhi saran dari letnan Sakala."

"Sakala?" Heran Azel "Siapa?" Azka melanjutkan, membuat tangan hormat Zaka dia arahkan menunjuk Azka.

"Bangkala bunda yang suruh Saka pakai, ajak saka main perang, terus ajak saka pakai wek ap nya bunda. Katanya biar Saka lebih mirip sama pasukan spankosus." Zaka menjelaskan. Azel tidak lagi bertanya dengan kosa kata aneh yang keluar dari mulut Zaka.

"Bang?"

"Not me bunda, seriously. Zaka bohong." Azka mengangkat kedua tangan menolak.

"Saka jujur bunda, Srusli." ujar Zaka yang sudah berdiri didekat Azel.

"Zaka jangan fitnah abang, ya."

"Saka tidak fitnah."

"STOP." Teriak Azel menengahi perdebatan Azka dan Zaka. "Kalian berdua bunda hukum." lanjutnya membuat kedua lelaki itu tidak terima.

"Saka juga? saka kan disuruh sama Bangkala, bunda." tunjuk Zaka. "Bunda, zaka bohong." ujar Azka membela diri.

"Bersihkan taman bunga sebelum bunda selesai memasak. Tidak ada jatah makan jika tidak bersih, papa bentar lagi datang." Ancam Azel mengabaikan perkataan mereka. "Paham?"

Agak tidak terima tapi mereka tetap berjalan kearah taman dengan lesu, dan tidak mungkin jika mereka diam. Dibuktikan dengan bagaimana mereka berperang dengan gerakan tubuhnya. Jika Azka menjulurkan lidah, maka lidah Zaka tidak akan kalah panjang. Ketika Zaka mengangkat sapunya, Azka ikut menaikkan tinjunya.

JessiVant BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang