Immortal (2)

875 131 7
                                    

"Selamat menjadi dewasa seutuhnya..."




"Untuk ukuran vampir, kau terlalu lambat, Sasuke..."

Sasuke tidak bisa menahan senyumnya. Sakura memimpin di depannya, bersenandung pelan, kepalanya tidak bisa berhenti menoleh ke kanan dan ke kiri, sesekali bibirnya akan meloloskan dengusan pelan sesekali meloloskan tawa pelan.

Segera setelah pesta kelulusan usai, Sasuke memberinya kejutan, memberinya banyak boneka Sinchan di dalam mobilnya dan mengajak Sakura untuk pergi melihat rumah Nenek Chiyo, tempatnya menghabiskan masa kecil dan remajanya dulu.

Sakura sudah menjual rumah itu sejak bertahun-tahun lalu, menyimpan sedikit dari hasil penjualan untuk biaya hidup dan kuliahnya sebelum mendapat pekerjaan dan menyumbangkan sisanya ke panti asuhan tempatnya diasuh dulu.

Rumah Nenek Chiyo sudah sangat berubah sejak Sakura terakhir kali menginjakkan kaki di tempat itu. Pagar depan yang dulu terbuat dari kayu mahoni kini berubah menjadi pagar besi dengan ujung yang runcing berwarna hitam. Halaman depan rumah yang dulu ditumbuhi banyak pepohonan merambat kini telah berubah menjadi halaman kecil yang hanya dipenuhi kerikil-kerikil putih. Cat depan yang dulu berwarna cokelat dan merah bata kini telah diubah menjadi hitam dan putih. Warna yang sangat monoton.

Sakura berdiri memandang rumah Nenek Chiyo---rumahnya dulu. Senyuman simpul terbit di bibirnya. Dia mengingat aroma kue krim lemon atau pai buah yang selalu menguar dari dalam dapur setiap kali dia pulang sekolah dan Nenek Chiyo akan memintanya untuk mencoba gigitan pertama.

Sasuke berdiri diam di sebelahnya. Satu tangannya terjulur memeluk Sakura. Keduanya memandang diam rumah tersebut sebelum akhirnya terdengar suara dari perut Sakura. Mereka berdua tertawa.

"Dan kau akan merindukannya..."

"Hmm?"

"Merasa lapar... dan merasa rindu untuk mencoba nasi yang masih hangat..."

Sakura bertolak pinggang. Seminggu terakhir Sasuke selalu mengucapkan kalimat "kau akan kerindukannya," seolah berharap Sakura akan berubah pikiran.

"Kau semakin cerewet, Sasuke. Apa kau berharap aku akan berubah pikiran dan berhenti memaksamu untuk mengubahku?!"

"Kau tahu aku selalu berharap seperti itu..." Sahut Sasuke pelan.

404 Eatery Coffee adalah salah satu kedai makanan terbaik di kota. Pelayan wanita berambut pirang menyala yang memakai rok pendek sangat ketat berwarna cokelat, apron berwarna krem dengan motif kotak-kotak, dan kemeja ketat berwarna putih yang mencetak jelas payudaranya. Dia membersihkan kerongkongan dengan suara yang dilebih-lebihkan, membuat satu hingga dua suara batuk yang terdengar genit, dan menyerahkan buku menu ke atas telapak tangan Sasuke sambil tersenyum lebar. Sakura menaikkan alis melihatnya.

"Apa yang mau kau pesan?!" Bahkan suaranya terdengar dibuat manja berlebihan.

Sasuke menatap buku menu, kedua irisnya berlari kiri ke kanan, atas ke bawah, sebelum menyerahkan buku menunya ke tangan Sakura yang sejak tadi memeluk tepi meja. Pelayan mendesah, berbalik badan dengan enggan. Tapi begitu dia menatap Sakura, tatapannya terlihat malas dan enggan, meskipun dia masih tetap menggerak-gerakkan bulu matanya berlebihan. "Sudah mau memesan?" Tanyanya dengan suara yang jauh lebih menyebalkan.

"Hmm... bagaimana dengan... sup jamur dan... kopi hangat?!"

"Babe... tubuhmu tidak bisa menerima kopi dengan baik di musim seperti ini..."

KUMPULAN SHORT STORIES SSLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang