100 Years (6)

277 47 0
                                    

"Jadi... kau yakin kalau ini akan berhasil?"

Kiba Inuzuka menggigit bibir. Tatapannya jatuh pada pantofel hitam yang ia kenakan. Sasuke Uchiha duduk di depannya sambil menggoyangkan kursi berroda yang ia duduki.

"Tentu... aku sudah mencoba mengeceknya sebelum memberitahumu."  Sasuke menelan air liur. "Aku mencoba selama beberapa hari hanya untuk memastikan bahwa kali ini kita---kau maksudnya, akan mendapatkan hasil seperti yang kau harapkan."

Seperti yang diharapkan... Sasuke Uchiha menghela dan menghembuskan napas lelah. Berapa banyak lagi yang dia dan Kiba harus coba lakukan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan? Berapa banyak lagi menit dan jam yang harus dia lalui untuk mendapatkan apa yang dia inginkan? Suara jarum jam di dinding terdengar diperbesar belasan kali lipat di dalam ruangan tersebut.

Sasuke melihat sepatu hitam yang ia kenakan. Balenciaga. Keluaran terbaru. Sudut bibirnya tertarik sedikit membentuk senyuman, mengingat obrolannya dengan Sakura berbulan-bulan lalu. Bagaimana kesalnya Sakura karena Sasuke selalu mengeluarkan banyak uang hanya demi Balenciaga, bahkan sesekali Sakura akan bersumpah dia akan membuang semua koleksi sepatu milik Sasuke jika Sasuke tidak berhenti membawa pulang Balenciaga dari pusat perbelanjaan besar di dekat hunian mereka.

"Jadi... kali ini tanpa resiko?"

Kiba Inuzuka mendesah. Dia menggigit bibir bawahnya. Menjadi murid terbaik, terpintar merupakan sebuah keuntungan untuknya. Ketika pertama kali mempresentasikan penemuannya, semua orang menertawainya, mencemooh, mengolok-olok dan menyebutnya gila. Hanya Sasuke yang tetap percaya padanya. Laki-laki yang sudah dia anggap seperti kakak kandung itu pun rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membiayai penemuannya. Laboratoriumnya. Ruang kerjanya.

"Tapi, alat seperti itu tetap akan mendatangkan resiko. Baik atau besar... Butterfly effect."  Salah seorang profesor di universitasnya mengingatkan Kiba tentang hal itu. Butterfly effect... baik Kiba maupun Sasuke tahu apa yang mungkin akan terjadi dan keduanya tidak peduli. Shikamaru Nara memperingatkan mereka tentang kemungkinan wabah malaria yang akan terjadi di seluruh dunia jika Kiba memutar mesinnya. Atau mungkin gempa besar yang terjadi di belahan dunia lain. Atau... Kiba Inuzuka menggelengkan kepala menepis jauh-jauh ketakutannya sendiri.

Resiko... baik atau besar. Tapi, jika Sasuke Uchiha tidak mencoba, maka dia tidak akan tahu. Mereka tidak akan pernah tahu. Sasuke menghembuskan napas perlahan, beranjak dari kursi yg diduduki, menuju alat buatan Kiba Inuzuka. Tatapan keduanya penuh arti.

"Untuk kebaikan kita semua... untuk kebaikanmu, Sasuke. Dan... sampaikan salamku untuk Sakura... aku senang mengenal kalian semua. Aku bahagia sudah mengenal orang seperti dia."  Kiba melemparkan senyuman terakhirnya. Senyuman penuh kesedihan. Sekaligus senyuman penuh harapan agar Sasuke bisa kembali mendapatkan kekasihnya. Pengantinnya. Pasangan hidupnya.

KUMPULAN SHORT STORIES SSLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang