Wildest Dreams (4)

538 92 10
                                    

*again and again kuminta, kusampaikan, kalau ada kesalahan penulisan nama tokoh atau typo dalam bentuk apapun tolong dikoreksi. Krn aku update ini bukan cuma untuk di ff ini aja. Jangan cuma baca tapi diam. Please try utk jadi pembaca yg aktif. Makasih





"Hold my hands.... Baby...."










"I'll stay tonight."

"No, you can't... you shouldn't."  Sasuke Uchiha mengangkat wajah. Tatapannya jatuh pada Sakura Haruno yang kini memilih memalingkan wajah dan memandang keluar jendela kamar yang terbuka. Sebatang rokok dikepit di antara jemarinya.

"You say?!"

Sakura tertawa pelan. Dengan enggan ia berbalik, menatap Sasuke yang masih memandang ke arahnya dengan mengintimidasi. Sakura menggeleng pelan. Ia kembali mengucapkan kalimat sama dengan yang ia ucapkan semenit lalu.

Sasuke menghela napas dan berusaha mengalihkan pembicaraan. "I love your blonde hair... it suits you."

"I'll change it then..."  Sakura kembali tersenyum dan tertawa pelan meskipun sama seperti sebelumnya, senyumnya kali ini tidak sampai ke matanya yang indah. Kerutan di kening Sasuke semakin dalam.

"Sakura..."  Sasuke memanggil namanya dengan nada memperingatkan tapi Sakura tidak gentar. Ia kembali menggelengkan kepala, masih berusaha melemparkan tawa. "Aku akan memesan makanan."

"Aku tidak lapar..."

Kali ini Sasuke memejamkan mata selama beberapa saat, menahan emosinya sendiri yang hampir meluap.

"Penny for your thought?!"

Sakura kembali menggeleng. "I'm fine... really, I am."

"I'll comeback at ten then..."  Sasuke melirik jam di dinding. "Aku akan membeli makan malam selepas jadwal shooting nanti."

Tapi Sakura tidak bertanya atau melontarkan kalimat apapun setelahnya. Dia tetap berada di posisinya saat ini di atas sofa berlengan, tetap diam ketika Sasuke menghampirinya dan memberinya ciuman di hampir seluruh wajah. Sakura bahkan tetap diam ketika Sasuke berlalu dari ruang tamunya. Dari hunian mewahnya.










"Kau terlihat kacau..."

Sakura tidak butuh kalimat Ino Yamanaka untuk meyakinkannya bahwa dia memang terlihat kacau pagi itu. Rambut pirangnya yang biasanya halus ditata dengan sangat baik, terlihat kacau dan berantakan di sisi kanan dan kiri kepalanya. Terdapat dua kantung mata berwarna abu-abu kehitaman menyeramkan di bawah kelopak matanya. Bibirnya yang biasanya lembab dipoles merah muda tampak kering dan berwarna kebiruan.

Sakura mengangguk sambil menggigit bibir sendiri. Ino Yamanaka meletakkan dua cangkir kopi ke atas meja. Jemarinya terjulur meminta jemari Sakura. Keduanya saling memegang tangan masing-masing saling memberi kehangatan.

"You okay?!"

"I am safe and sound, Baby..."

Kedua mata Ino menyipit berbahaya. Sakura tahu dia tidak mudah dibohongi. Keduanya sudah saling mengenal sejak mereka belajar berjalan, dan Sakura tahu Ino mengenal dirinya seperti dia mengenal telapak tangannya sendiri.

Tapi Ino memilih untuk diam. Meskipun tatapannya masih meneliti, masih menguliti Sakura membuatnya salah tingkah, Ino tetap diam di kursinya saat ini. Selepas beberapa saat Ino tersenyum.

"Aku dengar kabar tentang projek barumu."

Sakura kini tertawa. Kabar itu beredar sangat cepat, jauh lebih cepat dari yang Sakura kira. Ia mengangguk. Tangannya meraih cangkir kopi yang Ino buat untuknya, jemarinya mencari kehangatan dari cangkir tersebut.

"Bagaimana dengan Utakata?"

"Bagaimana dengan Utakata?!"

"Apakah dia orang yang baik?! Atau tipe yang senang menyulitkan orang lain?!"

"Aku tidak tahu definisi baik dalam kamusmu seperti apa, tapi jika itu semacam sopan santun dan tata krama, maka, ya... Utakata orang yang baik. Tidak pernah menyulitkan siapapun yang bekerja dengannya."

"Tampan?!"

Ino mendengus. "Tidak akan ada yang berani memasangkanmu dengan pria yang biasa-biasa saja, Saki... kau selalu mendapatkan yang terbaik dalam setiap projekmu.

Sakura kembali tertawa. "Bagaimana dengan nilai keseluruhannya?!"

"Sopan santun, tampan, dan... flamboyan."

Kali ini Sakura mendengus. Flamboyan... ada cukup banyak pria di sekelilingnya yang memiliki sifat seperti itu.

"Saki..."  Ino kembali meraih tangan Sakura, meremas pelan jemarinya. "Look! About the news..."  Sakura balas meremas jemari Ino. Bibirnya kembali menyunggingkan senyuman.

"Aku tahu..."  Ino menghela napas. Ia meraih sesuatu dari atas nakas di dekatnya. Sebuah surat kabar. Surat kabar dengan tanggal cetak kemarin. Kedua iris hijau Sakura melirik surat kabar tersebut. Tawa sarkastik lolos dari bibirnya.

 Tawa sarkastik lolos dari bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Can I ask you a question?!"

"Shoot!"

"Are you happy?! I mean... Sai and..."

Ino tersenyum simpul. Dia menyesap tehnya sebelum menjawab pertanyaan Sakura. Dia mengangguk pelan, menyeka sisa teh dari sudut bibir. "I am..."

"Yet nothing lasts forever..."

"I know..."

Sakura kembali menghela napas. Jemarinya memijat perlahan pangkal hidung dan kening. Kepalanya terasa sangat berat. "Look, Ino... I gotta go..."  Dengan perlahan Sakura bangkit dari kursi yang ia duduki dan merapihkan semua barang-barangnya yang ia letakkan begitu saja di atas meja bundar kesayangan Ino, berlalu dari penthouse milik Ino Yamanaka secepat kakinya melangkah. Yang ia butuhkan hanya ketenangan dan ranjangnya yang hangat.

KUMPULAN SHORT STORIES SSLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang