XIX - Capek

18 2 0
                                    


📌📌📌


Seminggu sudah Nara tak saling bertukar Kabar dengan kakak kelas yang menjadi pacarnya.
Meski ia tahu bahwa Rio dalam keadaan baik-baik saja,tapi rasanya berbeda.
Ia terbiasa dengan saling bertukar kabar dengan Rio,dan ketika akhir-akhir ini ia kehilangan kabar itu sunyi mendominasi keadaannya.

Nara baru selesai melipat Mukena dan sajadahnya,sehabis menunaikan kewajibannya Shalat isya.
Ia beranjak duduk di meja belajarnya,tangannya tak lupa membuka jendela kamarnya,menikmati suara derasnya air Hujan,dan dinginnya Angin malam yang menerpa kulitnya.

Ia mulai mengerjakan tugas-tugas sekolahnya, menorehkan setiap Jawaban dari tinta Hitam Penanya kedalam kertas putih Halusnya.
Ia mulai fokus dengan aktivitasnya.
Satu jam,dua jam telah berlalu.
Tugas sekolahnya sudah selesai ia kerjakan,
Kembali merapihkan meja belajarnya,kemudian memasukan setiap buku yang akan ia bawa besok nanti ke sekolah.

Setelah semuanya selesai,Nara hendak beristirahat di Ranjang kecilnya.
Namun suara dari perutnya yang minta diisi terdengar jelas.
Matanya melirik kearah jam yang terletak di atas meja belajarnya.
Jam baru menunjukan pukul 8:15 wib.
Untuk menghindari hal yang tidak-tidak ia lantas berjalan keluar dari Kamarnya.

Membuka Tudung saji yang ada di meja makannya.
Namun,Nihil. Tidak ada apapun yang bisa di makan.
Nara kembali membuka Lemari tempat penyimpanan lauk yang bias nya masih tersisa namun layak konsumsi,hasilnya tetap sama Kosong.

Ia kembali membuka lemari pendingin,Namun isinya semua lauk mentah yang harus di proses terlebih dahulu sampai Akhirnya bisa dimakan.
Nara menghembuskan Napas beratnya,dadanya sakit sekali,mengingat bahwa kehadirannya memang tidak pernah dianggap ada di rumah mewah kedua orang tuanya sendiri.

Akhir-akhir ia cukup sensitif akan banyak hal.
Ia kerap kali dilanda kegelisahan rasa takut bahkan hilang rasa kepercayaan dirinya sendiri.
Daripada tidak makan sama sekali,Nara memilih minum Air putih sebanyak 2 gelas untuk mengganjal perutnya yang dari tadi berbunyi.

Baru saja kakinya hendak melangkah menuju kamarnya,suara Deruman mesin mobil terdengar di telinganya,kemudian di susul suara pintu Rumah yang terbuka.
Nara mendekat,mengecek siapa yang baru masuk ke rumahnya,ternyata keluarganya.
Lengkap sekali,saling melemparkan candaan dan senyuman penuh kehangatan.

"Aunty Ara!" Teriak keponakannya,begitu melihat kearahnya.

Nara tersenyum,menanggapi seruan keponakannya "Hai Ganteng!"

keponakannya mendekat,sambil menunjukan senyuman tampannya "Darimana sih keponakan Aunty ini,kok ganteng banget?" tanya Nara sambil menyesuaikan tinggi badannya dengan tinggi badan keponakannya.

"Aku habis makan diluar,sama Nenek-kakek,papah Mamah, Om Bagas sama Aunty Dinda juga ada. Aunty ara kenapa tadi di ajak kakek gak mau?" tanya Raja

Nara terdiam mendengar pertanyaan itu,bahkan diajak saja ia tidak.
Nara tersenyum "Aunty ara banyak Tugas sekolah sayang,jadi gak ikut" jawabnya.

Raja mengangguk "nanti lagi Aunty Ara harus ikut ya" serunya.

"Iya" jawab Nara riang.

"Raja udah malam,sekarang waktunya Istirahat" ujar ibunya.

Raja mengangguk,ia mencium pipi Nara "Selamat tidur Aunty" serunya kemudian berlari ke kamar yang  biasa ia tinggali ketika menginap.

Diary Defresiku || ComplecatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang