18

586 70 1
                                    

🔞

Renjun tidak pernah menyangka bahwa langkahnya mengambil keputusan begitu jauh dari perkiraan awalnya, ia menjadi sosok yang tidak tahu malu sekarang jika mengingat apa yang telah ia lakukan pada lelaki tampan pujaanya.

Duduk menopang kaki di depan teras yang sudah lama ia tidak kunjungi, menunggu sosok yang ia rindukan sampai di kediamannya sendiri.

Renjun tidak sabar dan ia tidak sadar bahwa langkah kakinya kali ini mungkin saja mengubah segala keputusannya kedepan nanti. Tapi ia abai, ia hanya ingin bertemu lelakinya barang sebentar. Melepas rindu? Mungkin. Tetapi lebih tepatnya Ia ingin melepas rasa lelahnya untuk terakhir kali pada lelakinya. Tempatnya mengadu tanpa memikirkan beban lain di pundak jika bersama lelakinya.

Kini ia datang seorang diri, tanpa perlindungan apapun di sekitarnya. Tengah malam menunggu lelakinya, Jeno.

"Aku menunggumu lama."

Renjun berujar saat Jeno muncul di pijakan tangga terakhir menuju rumahnya. Jeno jelas terkejut, tanpa pemberitahuan Kasih-nya ada di kediamannya.

"Harusnya aku menunggu di dalam kan? Tapi aku tidak suka mencium aroma tanpa ada sumbernya."

Jeno mendekat, mencoba memahami apa yang terjadi dan apa yang membawa Kasih-nya datang di tengah malam begini ke rumahnya.

"Terjadi sesuatu?" Jelas Jeno khawatir.

Renjun berdiri, berjalan mengimbangi Jeno yang mendekatinya juga. Ia tersenyum, getir. Ia ingin langsung berlari memeluk tubuh tegap lelakinya, mendekap erat tanpa ingin melepas sampai hembusan nafas terakhirnya.

Sorot mata tajam itu mampu membuat Renjun tersenyum. Bayangkan, bagaimana sosok di hadapannya dulu memandang dirinya dengan tatapan dingin kini menatapnya penuh rasa khawatir dan... rindu? Bolehkah Renjun sedikit membangga diri?

"Akhir pekan minggu ini, dua hari lagi aku menikah."

Jeno terdiam. Jeno sudah tahu kabar tersebut, bahkan ia sudah tahu di gedung mana, pakaian apa yang akan Renjun pakai saat pernikahannya nanti. Jeno tahu dan rasanya masih sama, gemuruh aneh di hatinya, perasaan tidak suka akan kabar tersebut dan tidak terima jika hal tersebut terlontar langsung dari sumbernya.

"Aku..."

"Aku ingin bertemu denganmu untuk terakhir kalinya." Renjun akhirnya,

"Aku, aku mungkin akan tinggal di China selepas menikah nanti tanpa kembali ke Korea. Aku bahkan tidak bisa memastikan aku nanti akan hidup dan bernafas dengan baik atau tidak setelah menikah. Maka aku ingin bertemu denganmu untuk yang terakhir. Apa aku diterima ?"

"Kenapa harus China?" Ini berita baru untuk Jeno, Yangyang tidak melapor apa - apa tentang kepindahan Renjun ke China setelah menikah.

"Aku tidak tahu, calon ku yang berkata aku akan langsung pindah ke China setelah menikah. Mungkin, pengasingan? Itu terdengar lebih baik."

"Ayahmu tahu?"

"Ayah? Aku rasa tidak. Kalau ia tahu pasti sudah membatalkan pernikahan -"

"Maka akan aku beritahu Ayahmu sekarang!"

"Maka aku akan tetap memaksa untuk tetap menikah. Jeno... ini keputusanku."

"Kenapa?! Kita bisa pergi berdua Renjun. Ayo kita buat kehidupan kita sendiri, hanya kau dan aku tidak ada yang lain. Mari kita berbahagia berdua, ya?" Jeno menggenggam erat jemari Renjun, tatapannya memohon tanpa ampun.

Renjun menangkup pipi Jeno, mengulas senyum dengan tangannya mengelus lembut pipi lelakinya.

"Aku..." Renjun menjeda kalimatnya, ia pandangi wajah tampan lelakinya, menikmati setiap jengkal lekuk wajah kekasihnya.

(Last) Hope | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang