16

613 76 1
                                    

Genggaman di tangan tidak lepas sejak kaki mereka memasuki rumah besar milik Ayah kekasihnya. Di Hadapan kedua orang tua kekasihnya ia memberanikan diri, menatap Ayah kekasihnya dan Ibunya untuk pertama kali ia lihat.

Cantik, cantik sekali. Gurat wajahnya dingin tapi saat tersenyum mampu melelehkan gunung es seperti Nakamoto Yuta.

Memasuki rumah kekasihnya berarti dia sudah membuat keputusan yang akan membawanya pada jurang lagi. Ia ingin mencoba sekali lagi, berusaha mempercayai semua ungkap yang diucap kekasihnya.

Bermodalkan satu kotak kue dan roti buatannya, Haechan memberanikan diri duduk bersama kekasihnya menghadap sang pilar keluarga.

"Aku disini bersama Haechan ingin meminta restu pada Ayah dan Ibu, untuk kali ini, sungguh, aku berjanji tidak akan melepaskan Haechan. Seberat apa pun Ayah mengujiku dan Haechan untuk kali ini aku tidak akan menyerah."

Yuta menatap jengah anak tersayangnya, ya, anak tersayang karena Lucas satu - satunya anak dari keluarga Nakamoto yang menurutnya mampu menggantikannya nanti jika ia sudah tidak ada.

Winwin hanya diam, ia tahu Haechan tentu, tapi ia tidak pernah bertemu secara langsung. Manis dan senyumnya cerah sekali. Si cantik itu mulai mengulas senyum mematikannya, pantas sang anak begitu tergila - gila dengan sosok manis seperti Haechan.

"Ini roti buatanmu, Haechan?" Winwin mengambil satu roti berisikan susu.

"Iya bi-bibi, roti itu buatanku dan Appa kalau kue ini buatan Eomma." Haechan membuka satu kotak kue dengan toping keju yang berlimpah. Bentuknya biasa saja tapi rasanya...

"Enak, lembut sekali. Ibu suka karena susunya begitu terasa, dan Ibu yakin eommamu membuatnya menggunakan bahan - bahan terbaik. Karena krimnya sungguh enak, biasanya Ibu tidak begitu suka krim."

"Ib-Ibu..." Gumam Haechan.

Tangan Haechan berhenti memotong kue keju buatan eommanya, matanya langsung menatap Winwin seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Sayang, mau coba? Kau rugi jika tidak mencoba." Winwin menyodorkan satu sendok kue keju pada Yuta.

Lucas yang sedari tadi di tatap begitu tajam oleh Ayahnya hanya mampu diam, pilihan terbaiknya hanyalah diam, karena saat ini ia tidak tahu apa isi kepala Ayahnya.

Si Nakamoto itu susah ditebak karena mungkin saat ini ia seolah setuju tapi mungkin dalam hitungan menit ia bisa menyuruh semua anak buahnya menghancurkan toko roti Appa Haechan lagi.

"Pa-paman mau?"

Yuta berdiri, tanpa sepatah katapun ia meninggalkan acara makan kue keju bersama itu.

"Begitu caramu meminta restu pada orang tua, Lucas?" Winwin berbicara setelah sang suami pergi.

"Kau harusnya bisa berbicara baik - baik dengan Ayahmu, ini bukan soal kau akan direstui atau tidak tapi ini soal sopan santun pada Ayahmu. Apa pantas kau meminta izin dan membawa anak orang lain di tengah malam begini? Ayahmu sedang pusing menghadapi Renjun dan sekarang kau dengan tidak tahu waktunya meminta restu? Apa tidak ada hari esok? Memang besok matahari tidak akan terbit?! Kau juga Haechan, harusnya kau menolak datang! Kenapa kau mau saja dibawa oleh lelaki kurang ajar ini di tengah malam! Kau mau jadi apa?"

"Bu..."

"Apa?!"

"Terima kasih." Lucas tersenyum "Untuk pertama kalinya Ibu marah layaknya seorang Ibu yang memarahi anaknya yang nakal."

Winwin termangu, dan tak lama berlenggang pergi meninggalkan sang anak dan kekasihnya. Dan sayup - sayup terdengar sang Ibu masih marah padanya.

"Untung ada satu orang yang waras membawa kue keju dan roti cokelat!" Teriak Winwin.

(Last) Hope | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang