15

654 78 3
                                    

Kehidupan si manis seakan mengalami dejavu. Rasanya ia mengalami hal yang sama beberapa tahun silam dan ia alami lagi sekarang. Obat tidurnya ia konsumsi kembali.

Dulu mungkin pikirannya bisa lebih terjaga karena ada faktor lain yang mendukungnya, sang adik. Namun sekarang... harapan yang ia tanam di atas gunung itu akhirnya runtuh.

Dirinya tidak terkendali lagi, ia berbohong pada Jeno soal makannya teratur. Ia bahkan bisa seharian penuh tidak makan dan minum. Fokus melukis, nyatanya membuat ingatannya terus melambung pada si tampan yang sekarang tidak lagi berambut pirang itu.

Renjun selalu menghindar jika itu berkaitan dengan Jeno. Ia menutup total akses Jeno menghubunginya. Namun entah mengapa si tampan itu selalu memiliki celah bisa bertemu dengannya.

Langkahnya tidak setegas dulu, Renjun masuk ke dalam rumah yang membuatnya semakin merasakan sakit. Bukan, bukan perlakuan tak adil yang dilakukan orang tuanya namun muara segala sakitnya memang berada di rumah besar itu.

Sang Ayah jelas berubah total, perlakukan membaik tidak menuntut berbagai hal lagi padanya, bahkan pada sang kakak. Namun malam ini rasanya dejavu itu kembali lagi.

"Renjun, Ayah ingin bicara."

Renjun duduk manis, selama beberapa minggu setelah kejadian itu ia tidak pernah lagi membantah atau melanggar apa yang diperingatkan Ayahnya. Ia menjadi seorang penurut atau memang Renjun sudah lelah dan mengalah dengan pelariannya.

"Jika kau bersedia Ayah ingin mengenalkanmu pada anak teman Ayah."

Renjun diam, tatapannya sejak malam itu selalu sama. Kosong dan tidak terbaca, tatapan dingin yang dipancarkan pada semua orang.

"Ayah tidak akan memaksa jika kau - "

"Atur saja pertemuannya." Renjun berdiri dan ia menatap heran dengan Yangyang yang masih dibelakangnya.

"Ayah tidak akan melanjutkan jika kau tidak mau."

"Atur saja, toh pada akhirnya perjodohan ini akan tetap dilanjutkan. Kesepakatan membeli pulau di Maladewa tidak bisa di batalkan, kan?"

Yuta terdiam, tapi Yuta tidak berbohong soal ia tidak akan melanjutkan jika Renjun menolak. Ia belajar banyak, dan tidak ingin mengulang kesalahan yang sama lagi.

Yuta hanya berpikir, mungkin jika Renjun bertemu orang baru dan jika beruntung cocok, Renjun akan kembali seperti orang yang hidup kembali. Tidak seperti sekarang.

"Ayah tidak akan memaksa Renjun..."

"Perkenalkan saja dulu aku dengannya..."

Setelahnya Renjun beranjak masuk ke dalam kamar.

"Kenapa kau masih mengikutiku Yangyang? pekerjaanmu sudah selesai pulanglah..."

Tangan mungilnya mengambil dua butir obat yang biasa ia konsumsi itu namun...

"Tuan... boleh aku bertanya?."

"Kenaikan gaji? kau bahkan belum genap satu bulan Yangyang."

"Bukan, bukan soal kenaikan gaji. Apa tuan selalu mengkonsumsi obat tidur?"

"Lanjutkan saja pekerjaanmu Yangyang."

"Aku hanya ingin tahu, mungkin aku bisa memberikan solusi tentang kondisi tuan."

Renjun meletakan kembali obatnya dan menatap lamat - lamat wajah Yangyang yang sudah memerah. Sungguh, ia baru tahu kebiasaan Renjun setelah ia mengikuti tuannya itu.

"Benarkah?" Renjun memilih meringkuk di kasurnya.

"Tuan... banyak cara lain untuk cepat tidur. Yang aku tahu terlalu sering mengkonsumsi obat tidur juga tidak baik. Aku punya kenalan seorang dokter, dia lebih merekomendasikan obat herbal atau apapun itu yang secara alami. Jika tuan berkenan aku bisa mengenalkan tuan padanya."

(Last) Hope | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang