19

832 75 7
                                    

"Kau siap?"

Renjun terdiam, wajahnya mengeras tidak tahu harus beraksi seperti apa sekarang. Pikirannya tidak ditempatnya, dan ditambah lagi informasi yang baru ia dapat kalau Jeno sudah berada di luar gedung tempatnya akan menikah.

Jeno...

Bukan Renjun tidak tahu segalanya tentang Jeno, sejak saat itu Renjun menggali semua informasi tentang Jeno tanpa tersisa. Ia ingin tahu mengapa lelaki yang ia percayai bisa melakukan hal yang begitu menyakitkan untuknya. Membuat luka yang begitu besar.

Tapi,

Mengapa luka yang dibuat oleh Jeno harus diobati dengan ia si pembuat luka itu sendiri? Jujur saja, Renjun rasanya ingin mati menahan rindu pada pujaannya. Ia sesungguhnya tidak sanggup harus terus berjauhan dengan lelakinya.

Tapi semua harus ia lakukan kan? Bagaimanapun luka akan sembuh seiring berjalannya waktu, dan bagaimanapun rindu akan tuntas dengan berjalannya waktu.

Rindu tidak selamanya harus bertemukan? Bisa saja dengan saling berjauhan, saling menahan rindu pada akhirnya kita semua tahu apa arti rindu itu sendiri.

Ini perihal dirinya sendiri yang harus berdamai dengan dirinya sendiri. Renjun dengan Renjun bukan yang lain. Dan Renjun sedang berusaha untuk menyembuhkan dirinya dan hatinya sendiri. Tanpa orang lain tau.

Renjun tahu ini bukan salah orang lain atau siapapun dirinya menjadi seperti sekarang tapi semua salah dirinya sendiri. Jika dulu ia lebih berani mengambil langkah, mungkin kini ia sudah pindah ke kota Nice bersama Jaehyun.

Ah, Jaehyun...

Kekasih hatinya, belahan jiwanya, Renjun jadi teringat bagaimana lelaki dengan lesung pipi itu selalu memberinya pelukan hangat setiap saat. Dan sekarang, apa ia mampu tidak bertemu dengan pohon kesayangannya?

"Kau bertanya atau bagaimana Yangyang?"

"Renjun..." Yangyang berlutut dihadapan Renjun, "masih banyak waktu untuk kau menggagalkan semua ini. Ada cara yang lebih mudah."

"Yangyang... apa aku salah jika sakit dibayar sakit dan nyawa dibalas nyawa?"

"Tidak, tidak sama sekali tapi lebih baik tidak menyimpan dendam, selesaikan baik - baik dan semua akan berjalan seharusnya. Jangan seperti ini, itu akan menyakitimu."

Renjun berpaling, mengabaikan Yangyang yang berusaha mati - matian meyakinkan Renjun untuk menggagalkan rencananya.

Ya, rencananya.

"Acaranya masih satu jam lagi. Aku harap kau berubah pikiran Renjun." Yangyang meninggalkan Renjun.

"Rencanamu hanya akan menyakiti dirimu sendiri."

Renjun masih diam sampai Yangyang menghilang di balik pintu ruang ganti pakaiannya. Saat pintu itu tertutup pecah sudah tangis Renjun. Hatinya terlalu sesak, ia tidak sanggup sesungguhnya menghadapi semua sendiri. Tapi ia ingin melakukannya, ia ingin setidaknya keputusannya dihargai dan dinilai oleh orang lain.

"Pengantin tidak seharusnya menangis di hari bahagianya."

"Ya, kau juga tidak seharusnya menangiskan? Xiaojun?

***

Jeno menunggu di depan gedung gereja tua yang akan menjadi tempat dimana pujaanya diikat di hadapan sang pencipta oleh orang lain. Ia menunggu kekasihnya berubah pikiran, menunggu keputusan luar biasa apa yang akan dilakukan oleh kekasihnya di dalam sana. Semua rencananya gagal, bahkan sampai ke akarnya dan sekarang tersisa satu rencana lagi.

Membawa Renjun sebelum ia bersumpah.

Namun kecil harapan Jeno tercapai, mengingat bagaimana kerasnya Renjun menolak Jeno beberapa hari kebelakang.

(Last) Hope | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang