Hari ini tepat 6 bulan usia kandungan Naya, cie udh makin gede aja tu perut, setelah cek kandungan ke dokter, Naya memutuskan untuk istirahat di rumah, sedangkan Jimin dari pagi belum pulang, karna seharian di kantor.
Naya bosan di rumah karna tidak ada Jimin yang menamai nya, akhir akhir ini Jimin sibuk sekali dengan urusan kantor, sampai lupa jika istri nya sedang mengandung anak nya.
Naya membuka handphone nya dan berniat untuk menelfon Jimin, ia ingin makan siang bersama.
"Huh, kenapa lama sekali sih angkat nya, kemana dia, apakah segitu sibuk nya sampai telfon dari istri saja di biarkan dasar!"
Karna lelah terus menerus menelfon Jimin yang tidak kunjung di angkat, Naya membuang handphone nya ke sembarang arah, dan memilih untuk tidur saja.
Malam hari nya Naya terbangun dan melihat nya, ia terkejut karna ia tidur terlalu lama, bahkan sampai pukul 22:30 ia baru bangun.
"Dimana Jimin? Kenapa tidak ada jas dan tas kantor nya, apakah dia belum pulang?"
Naya mengambil handphone nya dan mencoba kembali menelfon Jimin.
"Tidak di angkat juga, ais dia kemana sih"
Naya turun ke bawah untuk memastikan Jimin sudah pulang atau belum.
Baru saja di tengah tangga, handphone Naya berdering dan ia melihat itu telfon dari Clara.
"Ada apa clar? Malem malem telfon?"
"Nay, sorry banget gue ganggu, tapi ini lo harus tau, gue lagi di bar sama temen gue, dan liat ada Jimin sama beberapa cwe di sini nay"
"Hah? Clar lo serius? Clar jimin udah ga pernah mabuk mabukan lagi, dia juga ga gitu orang nya"
"Nay, gue tau lo ga percaya, tapi kali ini gue ga bercanda, bahkan di sini Jimin bener bener mabuk berat, mana tau cwe cwe pada asik ciuman sama Jimin lagi"
"H-ha? Clar...?"
"Nay? Nay? Lo kenapa? Nay sorry banget gue ga bermaksud, gue bakalan bilang ke Jimin oke, Lo tunggu di rumah ya"
Naya terduduk di tengah tangga, sambil sedikit memegang perut nya yang terasa sedikit keram.
Skip keesokan paginya.
Naya sudah selesai masak, dan ia hanya masak sedikit, karna sampai pagi ini Jimin belum juga kembali ke rumah.
Karena tidak mau merasakan bayi nya ikutan stress, Naya tidak ambil pusing ia hanya duduk dan sarapan hasil masakan nya.
Naya memakan sup hangat buatan nya sendiri, sayang sekali padahal pagi tadi Naya ingin bubur ayam, tapi tidak ada orang di rumah untuk membantu nya mencari bubur ayam, jadi Naya hanya memakan sup sebagai ganti nya.
"Makan yang ada dulu nee, nanti eomma akan turuti kemauan kamu yang lagi, untuk saat ini jangan merepotkan eomma dulu ya sayang"
Naya tersenyum dan respon dari baby nya di dalam, baby nya memang selalu merespon dengan sedikit tendangan kecil.
Ketika sedang menikmati sup hangat nya, pintu rumah terbuka dan menghadirkan tubuh kekar dari seorang Park Jimin.
"Morning sayang"
Sapa Jimin dan langsung berlari kecil mendekati Naya.
Jimin sampai di Naya, dan hendak mencium pipi mulus istrinya.
"Pergilah, aku tidak suka aroma alkohol mu, mandi dan siapkan dirimu, aku akan mengurus pakaian mu"
"Sayang? Wae? Aku tidak minum, dari mana aroma alkohol itu? Apakah penciuman istri ku lagi tidak baik hm? Baby Park mau apa?"
"Menyingkirlah, aku mual dengan aroma tubuh mu"
Naya pergi meninggalkan Jimin di meja makan, jimin masih heran dari mana Naya tau ia semalaman mabuk.
Sampai nya di kamar, Jimin hendak mandi dan melihat Naya yang sudah menyiapkan jas hitam Jimin.
"Sayang, hari ini aku tidak ke kantor, aku ingin mengajak mu jalan dan menghabiskan waktu satu harian penuh dengan mu"
"Tidak perlu, aku tidak ingin jalan"
Naya kembali meninggalkan Jimin di kamar, Jimin mulai merasa iba, pasti istri nya sekarang sedang tidak baik baik saja.
"Huwekk huwekk"
Jimin yang baru selesai mandi langsung menghampiri Naya yang sedang mual di wastafel.
"Kau sudah sarapan? Baby Park nakal di dalam hm?"
"Nee aku sudah sarapan, ini hanya kebiasaan saja tidak perlu khawatir"
"Sayang kau kenapa? Aku ada berbuat salah? Nee aku akui aku mabuk tadi malam, tapi tolong beri tau aku, apa yang membuat mu menghindar begini?"
"Jim, aku tidak ingin berdebat dengan mu, jadi berhenti terus memaksa ku mengatakan sesuatu"
"Jim? Sejak kapan aku mengijinkan mu memanggil ku dengan sebutan itu?"
"Lalu? Bukan kan nama mu Jimin? Park Jimin!"
"Naya!"
Jimin mulai sedikit menaikkan nada bicara nya, pria itu benar benar jengkel jika istri nya melakukan hal yang Jimin tidak suka.
"Tidak perlu membentak ku, lagi pula walau kau bentak, aku tidak akan berubah menjadi jalang yang bisa bermain dengan mu kan?"
Jimin membulat kan mata nya saat mendengar ucapan Naya, jadi istri nya itu tau jika tadi malam Jimin....
"Sayang, ga gitu aku bisa jelasin"
"Nee aku paham dan aku maklum, di dunia ini memang seperti itu, barang bekas memang tidak cocok di nomer satukan, jadi tidak ada hak ku untuk melarang mu, dan mian saat ini aku belum bisa melakukan tugas ku sebagai istri"
"Sayang, no! Itu salah, kau istri paling sempurna bagi ku, aku tidak pernah mengganggap mu seperti itu, kau beda! Kau lebih istimewa dari pada wanita wanita di luar sana"
"Stop, ini masih pagi jika ingin keluar dan menyelesaikan urusan mu, pergilah aku di rumah dan akan menunggu mu pulang arra"
"Sayang anniya, aku tidak akan keluar rumah, plis dengarkan aku, aku benar benar tidak berfikir seperti itu, kau salah sayang, aku tidak pernah begitu"
Naya duduk di kursi dekat sofa, rasanya emosi nya memuncak hingga perut nya juga ikut kontraksi.
"Sayang? Heii pelan pelan, kau tidak boleh lelah nee? Ada bayi ku di sini"
"Justru karena ada bayi mu aku juga bisa mengandung kesabaran"
"Sayang tolong dengarkan aku, nee aku salah tapi ini semua bukan aku sengaja, aku, aku khilaf kumohon maafkan aku"
Jimin duduk di depan Naya, matanya mulai berkaca-kaca sambil memegang tangan Naya.
"Lupakan saja, aku tidak akan mengingat kesalahan suami ku"
"Hiks mian hiks hiks mianhae"
Jimin menangis sambil memeluk perut Naya dan terisak kuat di sana.
"Nee sudah sudah jangan nangis, udah mau jadi appa ga boleh cengeng ya"
Naya mengusap air mata Jimin dan membernarkan rambutnya yang berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
"APPA KU TERNYATA SUAMI KU?"
General Fictioncinta itu buta, sama halnya seperti kisah dari seorang gadis tengil satu ini yg jatuh cinta kepada appa angkatnya sendiri, konyol bahkan sumber dari segala emosi, tpi siapa sangka jika appa nya juga menyukainya? Cerita berdasarkan imajinasi author s...