Andin, Al dan suster sampai didepan ruang ICU. Andin yang sebelumnya berniat untuk langsung menerobos ke dalam ruangan seketika terpaku saat melihat Papah Surya yang terlihat sedang berusaha ditangani oleh dokter dan para perawat.
Pandangan Andin memburam, air mata terlihat jelas menggenang di pelupuk matanya.
Dadanya sekarang terasa sangat sesak, bahkan lebih sesak dibanding ketika dia tahu Roy bersama perempuan lain.
Tidak, dia tidak sanggup melihat ini semua.
Melihat bagaimana sang ayah yang terbaring tak berdaya dengan berbagai alat bantu ditubuh beliau.
Dan melihat bagaimana dokter dan perawat berjuang mati-matian untuk membantu Papah Surya.
Andin membalikkan badannya, dan dia mendapati Al yang berdiri dibelakangnya, menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
Al terdiam, tak tahu harus bereaksi bagaimana ketika untuk kesekian kalinya dia melihat gadis dihadapan nya ini benar-benar rapuh. Bahkan Andin yang saat ini jauh lebih rapuh dibanding Andin yang ditemuinya ketika gadis itu hampir bunuh diri.
Andin maju selangkah lebih dekat kehadapan Al, lalu menghamburkan pelukannya didada bidang pria itu.
Al langsung membalas pelukan gadis itu sambil sesekali mengusap puncak kepala gadis itu, berharap bisa sedikit membuatnya lega meski nyatanya semuanya tidak ada artinya.
Andin menangis dalam diam dipelukan Aldebaran, bahkan isakannya nyaris tidak terdengar sama sekali, tapi Al bisa merasakan bagaimana bahu gadis itu bergetar hebat.
Menandakan rasa sakit dan hancur yang teramat sangat.
Suster yang mengerti dengan keadaan Andin, memilih masuk ke dalam ruangan ICU dan meninggalkan Andin dan Al.
Lama Andin menangis dalam pelukan Al, dan lelaki itu tidak berniat menganggunya. Biarlah gadis itu menumpahkan semuanya.
Bahkan Al tidak perduli jikalau Jas dan kemejanya basah saat ini karena air mata Andin.
Setelah cukup lama, Andin mulai melepaskan pelukannya dari Al.
Namun air mata gadis itu masih terus mengalir.
"Aku harus gimana sekarang??" Tanya Andin dengan suara kecil, beruntung Al mengerti apa yang dikatakan gadis itu.
"Kita berdoa sama-sama, cuman itu yang bisa kita lakuin sekarang"
"Dokter dan perawat lagi berusaha untuk memberikan yang terbaik buat Papah kamu Ndin, kita tunggu penjelasan mereka yah" ucap Al lembut.
Andin mengangguk samar.
"Aku mau kabarin Mamah, tapi aku takut Mamah panik"
"Kita jemput Mamah kamu aja, nanti biar dokter yang jelasin kondisi Papah kamu ke Tante Sarah, gimana mau??"
Lagi-lagi Andin hanya mengangguk, keadaannya tidak memungkinkan untuk berpikir saat ini. Untung saja Al selalu berada didekatnya beberapa hari ini, jadi setidaknya dia memiliki teman yang bisa diajak bertukar pikiran.
"Hapus dulu air mata kamu, nanti mamah kamu curiga kalau liat kamu kaya gini"
"Aku mau cuci muka dulu di toilet"
"Iya, saya tunggu disini"
Andin pun pergi ke toilet untuk mencuci muka nya agar sembab Dimata nya tidak terlalu terlihat.
Tiba-tiba ponsel Al berdering, dan ternyata Rendy yang menelpon.
"Halo ren ada apa?"
"Pagi Pa, maaf menganggu saya cuman mau bertanya apa Bapa ke kantor hari ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
Romance~Ketika Cinta datang menyapa, dan tidak ada satupun yang tahu bagaimana caranya bekerja. Ting....bel cafe berbunyi menandakan ada seseorang yg melewati pintu cafe tersebut, sepasang mata reflek menatap ke arah sumber suara dan nampak terlihat seoran...