Dalam tidurnya Vicky benar-benar sama sekali tidak bisa melanjutkan mimpinya. Semuanya seperti dirinya berada diantara sadar dan tidak sadar. Rasanya seperti tubuhnya terombang ambing di atas trampolin. Apakah ini mimpi? Pikirnya. Tapi kenapa terasa nyata sekali? Tapi Vicky tidak merasa kalau sebelumnya dia tertidur di atas trampolin, jelas-jelas dia tidur di atas kasurnya sendiri.
Sebuah tumpuan berat terus bergerak dari arah belakangnya tidur. Sesekali Vicky merasakan jika gaun tidurnya beberapa kali terinjak oleh sesuatu.
Dalam posisi masih memeluk guling Vicky menghela nafas berat, dan dengan kedua mata yang setengah terbuka Vicky mengerutkan alisnya kesal. Sepertinya dia tau apa inti permasalahan ini. Tapi dia memilih untuk kembali memejamkan kedua matanya, masih merasa enggan untuk bangun. Dipeluknya guling itu erat dengan kedua tangan dan kakinya mengabaikan gaun tidurnya yang berwarna putih ini sedikit tersingkap menampilkan salah satu betisnya dari ujung jari hingga lutut.
Entah kemana selimut yang menyelimuti Vicky tadi malam mungkin sudah jatuh ke lantai.
Hari ini adalah hari sabtu, sekolah libur dan Vicky benar-benar ingin memanfaatkan hari ini dengan baik. Rencananya dia ingin tidur seharian penuh untuk memulihkan diri yang beberapa hari ini tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup. Tapi sepertinya rencananya itu akan gagal begitu melihat kerusuhan di pagi hari ini dalam kamarnya.
"Gue tau lo udah bangun, Quin."
Sumber suara terdengar dari arah belakang Vicky tidur dimana disana terdapat space yang luas dari kasur berukuran Queen ini. Pergerakan yang memantul-mantulkan tubuhnya masih saja berlanjut.
"Berisik lo" gumam Vicky dengan kedua mata yang masih terpejam dan posisi tidur yang sama sekali tidak berubah.
Melihat Vicky yang tak memiliki niatan untuk bangun Reyhan yang dimulutnya sedang mengulum setangkai permer berdengus dan semakin brutal meloncat-loncat di atas kasur Vicky tanpa perduli jika kasur ini nantinya rusak.
"Ayo!"
"Bangun!"
"Vicky!"
"Bangun!"
"Vicky!"
"Bangun!"
"Bangun!"
"Banguuunnnn!!!"Vicky berdecak dan melemparkan gulingnya itu ke belakang hingga mengenai kaki Reyhan yang sedang melompat, alhasil Reyhan langsung berhenti dan duduk bersila di atas kasur itu sembari bersidekap tangan.
Alis elangnya menyatu dari balik poni nya itu dan kedua mata elangnya nampak menatap Vicky yang tertidur membelakanginya dengan tajam. Ingin rasanya Reyhan menendang gadis itu tapi mana tega. Laki-laki macam apa yang menyakiti perempuan? Reyhan kan cowok baik-baik.
"Vicky, temenin gue ke mall yuk." ucap Reyhan bersuara setelah sempat hening beberapa detik.
Vicky tak langsung menjawab, kedua matanya masih terpejam dan nafasnya nampak tenang dilihat dari bahunya yang bergerak teratur. Meskipun begitu Reyhan tetap mengajaknya bicara.
Reyhan yakin Vicky tetap bisa mendengarnya. Kalau orang koma saja telinganya masih bisa mendengar apalagi orang tidur, kan? Reyhan pikir tak ada bedanya.
"Jadi kan rencananya gue sama Reyskha besok mau ketemuan di cafe-ekhm- sekalian ngasih undangan, kan hari rabu gue ulang tahun kan..nah terus niatnya gue mau beliin dia gaun buat dia pake pas ulang tahun gue biar nanti gue gampang nyocokin nya sama baju gue hehehe"
"..."
"Entar lu bantuin gue buat milih gaunnya. Sekalian gue traktir deh, ya? Bebas lu mau beli apa gue jabanin. Ayok lah Vi, cepetan bangun woy kebo banget lu!"
Reyhan benar, Vicky mendengarnya. Terbukti suara decakan dari bibir gadis itu yang membalasnya.
"Males iih~ Lo pergi sendiri aja ngapa?! Jadi laki kok manja banget, najiseun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Story of the Swan Girl [JangKku]
RomanceQuin Vicky, gadis yang berprestasi di sekolah tapi juga seorang trouble maker yang sering menyusahkan orang. Banyak rahasia yang gadis itu simpan termasuk status kehidupan aslinya. Tapi apa yang terjadi jika Satya si anak baru secara tak sengaja men...