"So sekarang dia jadi 'Private Teacher' Lo, gitu?" Tanya gadis Vallerine itu setelah Vicky menceritakan gejala awalnya dari awal sampai akhir melalui panggilan suara telepon.
Jihan masih berada di pesawat btw. Dia akan sampai di Jepang beberapa jam lagi dengan membawa nama besarnya sebagai juara pertama diperlombaan opera tingkat internasional London.
Sementara Vicky sekarang dia masih berada di apartemen milik Satya, tengah duduk di jendela kamar Satya bersama dengan beberapa buku-buku besar nan tebal serta secangkir susu yang tak lagi mengepul. Entah sudah berapa lama Vicky duduk disana dengan hanya berbekalkan cahaya lampu tidur dan pantulan sinar bulan lebih tepatnya, apa yang sedang dia lalukan? Untuk apa?
Tapi sebelumnya jangan tanyakan keberadaan sang pemilik rumah karena Vicky tadi sudah mengusirnya *tidak*. Satya pergi keluar setelah mendapatkan jawaban. Pria sok sibuk itu ternyata memiliki jadwal lain malam ini tapi itu tidak akan lama. Mungkin terbit fajar nanti dia sudah kembali.
"Nggak. Mending Gue belajar sendiri daripada dia yang ngajarin Gue." Jawab Vicky sembari membalik halaman buku yang ada dipangkuannya.
Gadis itu tetap fokus membaca meskipun masih harus menjawab pertanyaan yang Jihan berikan.
"Kok gitu?" Kedua alis Jihan menyatu meskipun Vicky tak dapat melihatnya.
Vicky terdengar kesal. Jihan mendengar suara gadis itu yang langsung berdecak dan membalik halaman buku dengan cukup kasar disertai helaan nafas yang terdengar jelas.
"Gue nggak bisa fokus anjir, Dia terlalu ganteng!". Dude? Jihan pikir mereka memiliki masalah besar, tapi apa ini?
Ekspresi Jihan tidak bisa berbohong, dia nampak confuse sekaligus ilfil sekarang setelah mendengarkan pernyataan yang Vicky berikan. "Cuma karna itu?" Reaksi jujurnya yang menganggap alasan Vicky sangat tidak masuk akal meskipun itu benar.
"Gue tau Gue gila tapi sumpah ya, kalo Lo jadi Gue Lo pasti bakal ngerti. Setiap dia ngejelasin rasanya tu bibir pengen Gue kokop!"
"Terus gimana kalo dia nggak ngajarin Lo? Emang Lo bisa belajar sendiri?" Daripada mendengar mulut kotor Vicky itu mulai bicara melenceng lebih baik Jihan kembali membahas ke konteks awal.
"Bisa lah! Entar diajarinnya belakangan aja sekalian praktek. Toh, dia nya juga nggak keberatan. Gausah khawatir, gini-gini Gue juga udah punya pengalaman jadi tangan kanan."
"Pengalaman nonton banyak drama romcom atasan sama bawahan kantor Elu mahh."
"Cih, nggak percaya dia. Apa perlu Gue ceritain lagi pengalaman Gue sebagai tangan kanan Lo yang ditugasin buat ngegantiin Lo di kampus sampe lima har-"
"Hm hm, iya iya si paling tangan kanan *tch. Btw udah dulu deh ya, penerbangan Gue masih beberapa jam lagi neh.."
"Oh iya, okelah. Selamat istirahat, dan selamat atas kemenangannya Nona Vallerine. See u in Japan!"
"Yoi".
Panggilan telepon terputus, Vicky pun meletakkan ponselnya dan kembali membaca bukunya.
*Tudun* Baru membaca 2 kalimat tiba-tiba suara opening netfl1x berbunyi dari ponsel Vicky menandakan jika ada pesan text yang masuk. Alhasil Vicky terpaksa harus mengabaikan bukunya lagi dan mengambil ponselnya kembali.
"Tck. Apasih katanya mau tidur- eh?"
Aeri Referee👠
Lo mau ikut tanding nggak? Hadiah motor sama uang 100 juta yen.
Kedua mata Vicky membola membaca pesan tersebut. Vicky menoleh ke arah tumpukan buku-buku tebal yang mengelilinginya dan sempat terdiam selama beberapa saat sembari mengusap bibirnya pertanda bahwa dirinya sedang menimbang-nimbang sesuatu di kepalanya. Namun pada akhirnya, hanya ada satu keputusan Ia pilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Story of the Swan Girl [JangKku]
RomantikQuin Vicky, gadis yang berprestasi di sekolah tapi juga seorang trouble maker yang sering menyusahkan orang. Banyak rahasia yang gadis itu simpan termasuk status kehidupan aslinya. Tapi apa yang terjadi jika Satya si anak baru secara tak sengaja men...