BAGIAN 22 : Lost Contact.
Kondisi Lisa sudah pulih normal setelah menjalani satu bulan pengobatan. Sekarang dia tengah berbaring di kamarnya ditemani Hima untuk menonton sebuah Anime.
"Sudah sebulan Ray kok gak ada kabar, yah," ungkap Hima memecah keheningan di tengah-tengah menikmati anime 𝘛𝘰𝘮𝘰-𝘊𝘩𝘢𝘯 𝘞𝘢 𝘖𝘯𝘯𝘢𝘯𝘰𝘬𝘰.
"Mungkin dia sibuk, kamu gak tanya sama Anton?" tanya Lisa yang masih enggan mengalihkan pandangan tontonannya.
"Dia mah terlalu profesional, dia gak expose sama sekali kegiatan Ray. Kalau aku ketemu dia udah aku betot kepalanya, masa gebetannya masuk rumah sakit gak pernah jenguk sama sekali," jelas Hima dengan wajah memerah, mungkin jika ini adalah dunia anime, kepala Hima sudah mengeluarkan asap yang sangat banyak.
"Gebetan apa'an. Ada-ada aja kamu nih."
"Lah, bener kan, kamunya aja yang gak mau ngaku kalau udah suka. Harusnya kalau orang yang sudah saling suka itu harus confirm satu sama lain, dari pada keduluan sama orang lain. Entah kamunya atau dia," jelas Hima.
"Aku udah keterlaluan, ya?" tanya Lisa dengan serius menatap ke arah sahabatnya itu.
"Aku gak mau Judge, Lis. Tapi, dari sudut pandang ketiga kamu sudah kelewatan. Aku gak nyalahin kamu sih kalau gak mau jadian sama Ray karena takut dengan penggemarnya, tapi minimal kamu confirm, dan jelasin sama Ray kenapa kamu gini, dan gitu," tutur Hima sembari menepuk-nepuk lengan Lisa.
--
Ray menginjakkan kakinya di Negri Sakura dengan perasaan yang campur aduk, senang, sedih, dan haru. Jalanan sudah dipenuhi dengan bunga sakura dan terbesit begitu saja sebuah kalimat di benak Ray.
"Cherry Blossom," gumam Ray bersamaan dengan mahkota bunga sakura yang menyapu halus hidungnya dan menghilang di tiup angin.
--
"Nih, anak. Kalau gak diperluin muncul seenak jidat, kalau dibutuhkan kaya gini hilang. Dasar buaya cap kelinci lima ribuan!" murka Lisa yang memaki-maki foto kontak di layar ponselnya.
Dengan perasaan kesal Lisa pergi ke dapur untuk memasak mie pedas kesukaannya. Dia makan sembari menonton Netflix di ruang keluarga.
"Tumben sekali kamu nonton di sini," ungkap Marwa yang baru saja tiba dari belanja bulanan bersama Kevin.
"Lagi pengen aja, Ma. Kok tumben kalian pulang cepet?" tanya Lisa yang menghentikan makannya.
"Iya, soalnya udah pada abis di supermarket yang biasa jadi mama putusin untuk pesan online aja," jelas Marwa.
"Kamu kok tumben diem aja di rumah?" tanya Kevin.
"Iya, nih. Biasanya sibuk pengen ke luar negeri buat healing," sahut Marwa.
"Lagi bingung aku, tuh." Lisa menjawab orangtuanya dengan wajah di tekuk.
"Kenapa, sih sayang, di tekuk mulu tuh wajah, lagi kangen ama Ray, ya," ucap Kevin menggoda sang anak dengan menusuk-nusuk pipi Lisa menggunakan telunjuknya.
"Enggak!"
"Lah kok ngamok? Bilang aja gak pernah dikabari sama dia, takut sama cewek lain, ya," ledek Marwa yang sudah menjadi hobinya menjahili putri semata wayang mereka.
"Ih, enggak loh. Enak aja," dengus Lisa tapi pipinya tidak bisa bohong.
"Kenapa sih gak mau jujur aja, kalau kamu juga suka sama dia. Kamu mikirin para penggemarnya Ray?" tanya Kevin.
"Tuh, tau. Eh, ups." Lisa langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan, sedangkan Kevin dan Marwa tertawa terbahak melihat pengakuan anaknya itu. Sungguh menggemaskan.
"Lisa, kita gak akan maksa kamu buat ngungkapin ke Ray. Tapi, kamu hanya gak mau kamu menyesal untuk ke depannya," jelas Marwa.
"Pelan-pelan kamu jelasin ke Ray, kenapa kamu tidak bisa menjalin hubungan dengannya, dan kamu jujur saja dengan perasaanmu itu akan membuatmu lebih plong," ungkap Kevin dengan sangat halus.
Lisa seperti dejavu mendengar perkataan mereka. Sejak saat ini dia sudah memantapkan hati untuk mengungkapkan semua perasaannya kepada Ray, tapi sekarang dia yang seperti di campakkan begitu saja.
•••
11:33 pm.
Jumat, 17 Maret 2023***
Marwa Sakurada.
Kevin Handoko Wijaya.
Yuk, komen dong gays 🙂🙂🙂
Apa kek, komen terserah juga boleh 🙂🙂
Butuh energi dari kalian biar cemungun aku ngelanjutin nih cerita sampai tamat.
Nb: galau di penghujung tahun 2023. Semoga tahun 2024 bisa selesai nih cerita
KAMU SEDANG MEMBACA
WE DON'T TALK TOGETHER
RomanceEnd 𝙰𝚔𝚞 𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛 𝚊𝚔𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚐𝚒𝚕𝚊, 𝚒𝚝𝚞 𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚔𝚒𝚝𝚔𝚊𝚗. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚊𝚔𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗𝚖𝚞 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒, 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚞 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒.- 𝙒�...