Three

149 19 3
                                    

Ayen, Felix dan Seungmin sedang berkumpul bersama di rumah Felix. Karena Felix sudah tidak bekerja di café Seonghwa. Christ sebenarnya ingin menemui Felix, tapi terhalang dua omega yang sedang Heat. Apa nanti yang akan terjadi? Felix mengatakan dia tidak ingin jauh dari ibunya yang semakin hari semakin parah. Beberapa kali Leona menangis histeris dan menggumamkan kata-kata yang tidak jelas. Lalu kemarin hampir saja melukai dirinya sendiri, Felix hampir kewalahan kalau saja tidak ada Ayen dan Seungmin di sana. Beruntung dua saudara itu masih lama menginap hingga dua hari ke depan, Mama Felix sekarang bahkan sudah tidak merespon jika Felix memanggilnya dulu Mamanya masih melihatnya. Sakit ... itulah yang dirasakan Felix.

Leona Lee - Felix Mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leona Lee - Felix Mama


"Felix, dulu saat Mamamu masih sehat, dia sering membuat bola-bola ikan. Bagaimana kalau kau jualan bola-bola ikan saja. kau boleh jualan di depan toko roti kami. Mama dan Papa juga tidak akan keberatan, kau juga tidak akan jauh dari Tante Leona."

Felix tampak berpikir. Benar apa kata Ayen, lebih baik dia memulai usaha sendiri. Tapi dia tidak punya uang untuk memulai modalnya. Seungmin dan Ayen berpandangan lalu merengkuh badan mungil Felix, mereka seperti 3 anak kucing yang berpelukan.

"Felix, kau sudah kami anggap saudara. Kami akan membantumu."

"Tidak ... keluarga kalian sudah banyak memberi bantuan padaku, aku rasa ini—"

"Felix anggap saja kami berinvestasi padamu ok?"

"Iya Felix ayolah semangat!"

Felix tidak kuasa menahan air matanya, dia pun memangis haru dan memeluk kedua kakak beradik itu. Hari itu Felix mecoba resep ibunya membuat bola-bola ikan. Seungmin dan Ayen sebagai team mencoba alias tester. Felix memang mewarisi bakat memasak dari sang Mama terbukti bola-bola ikan yang dia buat disukai Seungmin dan Ayen. Felix bertekad ingin usaha sendiri, membuktikan pada semua orang jika dia mampu dan bisa.

Felix POV

Hari ini aku mulai berjualan bola-bola ikan. Ayen dan Seungmin membantuku. Aku berjualan tak jauh dari toko roti Seungmin. Seungmin dan Ayen sudah kembali ke kehidupan normalnya dan ayah dan ibunya sudah datang dari Busan. Mereka senang melihatku berjualan dan tak jauh dari mereka, selama ini Mama Seungmin tahu aku seperti kedua anaknya seorang Omega tapi Mama Seungmin menutupi semuanya, mereka keluarga yang baik.

Paman Yim seorang ayah yang baik, dia tidak merasa malu punya anak omega. Tidak seperti Papa yang meninggalkan aku dan Mama. Aku bersumpah, jika suatu saat bertemu dengannya aku tidak akan pernah mengakuinya. Dia sudah mati! Beruntung kuliahku lancar, selesai kuliah aku akan mulai berjualan.

Aku mulai membuka stand sebuah meja yang sudah dibentuk sedemikian rupa untuk berjualan. Aku mulai menggoreng bola-bola ikan. Anak-anak yang baru pulang sekolah berhenti dan mulai membeli daganganku. Aku tersenyum ramah melayani pembeli yang kebanyakan anak perempuan remaja.

"Wah laris ya?" Ayen datang bersama seorang pria, pria itu lebih muda darinya. Dia tersenyum ramah padaku.

"Kenalkan namanya Sam Hwang, panggil saja Sam. Oh ya, Sam ini saudaraku Felix."

Kami bersalaman, dari auranya sudah aku duga dia Alpha. Tapi Sam sangat baik dan Seungmin bilang itu mate adiknya. Orang tua Sam juga sudah mengenal kakaknya dan orang tuanya setuju degan hubungan mereka. Aku tersenyum dan mempersilakan Ayen dan Sam duduk. Ayen membeli beberapa bola-bola ikan dan memakannya bersama sang pacar. Tidak sampai sore bola-bolaku ludes dan aku bisa pulang lebih awal untuk mengurus Mama.

Aku berusaha tegar saat melihat Mama seperti biasanya duduk di kursi roda menatap bunga matahari. Selesai menyuapinya, aku melihat bahan makanan dan beras habis. Aku pun pergi ke luar untuk membeli beras dan beberapa bahan makanan. Saat sedang berjalan pulang, aku mendengar seseorang memanggilku.

"Hei Kau!"

Normal POV

Felix membalikkan badanya. Itu Pria yang kemarin di pukulnya saat pesta. Felix memutar bola mata malas. Mereka pasti akan membuat keributan lagi. Mereka datang dengan wajah sombongnya. Mereka baru keluar dari sebuah bar. Salah satu dari mereka menghampiri Felix.

"Kau yang sudah membuat kami malu kemarin malam hah!"

"Ada apa lagi? Apa kurang puas yang kemarin?" tanya Felix dingin.

"Sombong sekali kau hah? Kudengar kau masuk universitas karena beasiswa? Kau tahu tidak kalau ayahku juga penyumbang terbesar ke yayasan yang menaungimu? Kau bisa saja aku laporkan pada ayahku dan kehilangan semuanya." Semua teman-temannya tertawa mengejek Felix. Felix acuh dan kembali berjalan. Namun seorang mengambil belanjaan Felix lalu melemparnya ke jalan. beras yang Felix beli berhamburan begitu juga dengan bahan untuk membuat bola-bola ikan, tepung dan telur berserakan. Mereka tertawa terbahak-bahak. Felix menahan amarahnya.

Dia pun merunduk dan memunguti beras yang masih terlihat bagus dan bersih. Namun seorang dari mereka menarik tangan Felix.

"Auramu sungguh menggoda, aku tahu kau bukan alpha jadi jangan bertingkah. Kau itu pantasnya mendesah seperti jalang. Ayolah, ikut denganku ... aku akan memberikan banyak uang padamu."

Felix sudah muak dengan ocehan orang itu, dia pun memukul rahang pria itu hingga terjatuh. Teman-temannya menyerang Felix satu per satu. Satu per satu dari mereka memukul Felix tapi Felix dengan mudah menangkisnya. Mereka mengurung Felix dan memegang Felix, pria itu menyeret Felix ke tempat sepi. Pria itu mengambil pisau dan merobek baju Felix.

"Lepaskan aku!"

"Makanya jadi omega jangan sok jagoan."

"Jangan banyak omong Dawon, perkosa dia!" Felix terus berontak dan menendang kejantanan Dawon. Dia meringis dan marah, dia pun hendak memukul Felix dengan tangannya. namun tiba-tiba ...

"Hentikan!"

Dawon dan semua temannya terkejut melihat Lewis. Dia tampak ketakutan, selama ini mereka hanya tahu Lewis adalah seseorang yang dingin. Namun melihat Lewis marah mereka terkejut.

"Kalian sungguh rendahan. Pergi dari sini, lepaskan dia!" Lewis berkata dingin. Dawon dan semua temannya pergi menyisakan Felix yang berusaha bangkit. Lewis mengulurkan tangannya tapi Felix menepisnya. Saat tangan mereka bersentuhan, Felix merasa aneh begitu juga dengan Lewis. Ada semacam sengatan listrik yang membawa gelenyar aneh di hati mereka.

'Mate.' Lewis bergumam tapi Felix tidak mendengarnya dia menjauh dari Lewis dengan wajah sakit.

"Berhenti, aku akan antar kau pulang." Lewis menyusul Felix.

"Jangan sok baik. Kau sama saja menjijikan." Felix menatap tajam Lewis dan berlalu dari sana.

"Hei aku akan mengganti belanjaanmu."

"Aku tidak butuh belas kasihmu!"

Lewis menatap punggung Felix. Dia tersenyum, semakin galak terlihat manis. Lewis suka pada Felix, dia pun menelpon seseorang.

"Halo, Lewis ada apa?"

"Halo Christ aku minta tolong."

Lewis tersenyum mengigit bibirnya sendiri, dia masuk ke dalam mobil dan mengikuti Felix.



aw dia mulai membucin


My MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang