fourteen

92 10 0
                                    

Ini saat sebelum Lewis datang ke rumah Felix membuka matanya yang terkena sinar matahari. Rupanya sudah pagi lagi. Dia mengecek ponselnya mati. Dia tidak peduli. Dia benci pada Lewis, tega-teganya berbuat keji terhadap Chaeryong sama saja seperti pemerkosa Peter--kakanya. Lalu Neena, Felix merasa sakit hati. Dia hanya ingin bahagia tidak lebih. Felix turun dari ranjang dan memijat kepalanya yang terasa pusing.

"Pagi." Kevin berdiri tersenyum membawa semangkuk bubur seafood hangat dan air putih.

"Pagi Kevin. Terima kasih sudah membawaku pergi dari Lewis."

"Sama-sama, kita saudara jadi aku wajib membantumu. Makanlah bubur ini dan obat ini. Ini obat anti mual."

Tanpa menaruh curiga. Felix memakan bubur itu hingga tandas lalu meminum air putih. Dia juga menelan obat pemberian Kevin. Kevin hanya tersenyum tipis lalu pamitan keluar dari kamar Felix. Kevin menunggu reaksinya di luar, beberapa menit kemudian terdengar suara Felix mengerang kesakitan. Kevin masuk dan melihat Felix di kasur memegang perutnya dan berkeringat banyak.

"Sakit tolong ... Sakit."

"Sakit ya. Maaf tapi nanti anak ini akan membawa bencana untuk kita. Jadi lebih baik mati. Dia anak si brengsek Lewis."

"A-apa yang kamu katakan..."

"Hmm aku mencintaimu aku ingin kau jadi milikku. Felix hanya aku yang mengerti dirimu hanya aku yang kamu punya sekarang."

Felix tidak dapat berkata apa pun. Rasa sakit mendera tubuhnya. Darah keluar dari selangkangan Felix. Merembes membasahi ranjang. Kevin tertawa bahagia. Dia mendapatkan telepon dari ibunya.

"Halo ada apa Bu?"

"Taeyang hiks ... Taeyang jujur pada Ibu kalau dia yang membunuh ayahmu dan dia sekarang menuju kantor polisi. Dia mau mengakui semuanya. Ibu harus bagaimana. Kamu di mana?"

'sial!'

Kevin langsung membawa Felix yang sudah tak berdaya ke mobilnya. Lalu pergi meninggalkan rumah itu.

"Lihat Taeyang bilang Kevin memakai mobil ini dan ini plat nomor nya."

Christ langsung mengirimkan plat nomor itu pada Sam. Tak berapa lama Sam mengirim foto dari cctv jalan mobil itu ada di sebuah jalan menuju selatan. Rhino segera menyusul mobil Kevin. Di dalam mobil Felix berteriak kesakitan. Dia memegang perutnya berharap bayinya baik-baik saja. Kevin jengkel karena dia mendengar suara sirene mobil polisi. Rupanya Lewis menghubungi polisi sekitar. Kevin tidak peduli dia tetap membawa mobilnya dengan kencang.

"Sakit! Aaaaaaaa!"

"Berisik!"

"Lewis!"

"Sial!" Kevin menampar Felix. Mobil yang dia kendarai oleng karena Felix terus mengangganggunya. Lewis khawatir saat melihat mobil yang dikejarnya oleng. Dia khawatir pada anak dan istrinya.

"Berhenti! Kami polisi berhenti!" Petugas kepolisian memberi peringatan namun Kevin tidak mau dengar.

"Felix lepas!"

"Tidak!"

"Sialan kamu Felix!"

"Biarkan saja lebih baik aku mati daripada harus bersama denganmu!"

"Felix lepaskan!"

"Tidak!"

Braaak!!!

Mobil mereka menabrak pohon besar. Polisi dan Lewis segera turun. Felix dan Kevin mengalami cidera parah di kepalanya. Lewis histeris saat melihat darah keluar dari selangkangan Felix.

***

"Lewis makanlah dulu."

"Tidak aku ingin menunggu Felix."

Ayahnya hanya dapat maklum. Anaknya sangat mencintai Felix. Sekarang Felix masih dirawat belum sadarkan diri. Beruntung kata dokter bayinya masih bisa selamat. Bayi mereka begitu kuat padahal sudah terbentur dan terkena obat peluruh kandungan.

"Kamu harus bersyukur Lewis anak kalian sangat kuat dan kita tinggal tunggu Felix siuman." Dokter lisa memeriksa keadaan Felix. Lewis menjaga Felix siang malam. Ini sudah 3 hari dan Felix masih belum sadar.

Kevin kakinya cidera dan parah. Namun dia sudah sadar dan dibawah pengawasan kepolisian. Taeyang mengaku salah dan dipenjara. Sementara Kevin masih belum bisa dihukum karena sakit. Lewis hampir membunuhnya kalau Christ dan Rhino tidak menghalanginya.

"Sayang bangun. Aku sudah janji akan mengajakmu jalan-jalan. Bangun..."

"Lihat anak kita kuat. Seperti aku. Seperti kamu. Bangun Seo Felix."

Lewis memeluk Felix dengan penuh harapan. Harapan istrinya akan membuka mata lalu menyambut dirinya dengan senyum hangat. Lewis hanya dapat berharap Tuhan memberi keajaiban padanya.

***

Karena Kevin tidak terlalu fatal dia pun menjalani hukumannya di dalam penjara. Christ datang bersama Rhino. Bagaimana pun juga mereka adalah sahabat.

"Kevin ada yang ingin bertemu denganmu." Sipir penjara membuka pintu tahanan Kevin, Kevin diantar menemui sahabatnya. Saat mereka bertemu Kevin menatap mereka dingin. Kevin tahu jika mereka lebih dekat dengan Lewis dibandingkan dengannya.

"Ada apa kalian ke sini."

"Aku tidak suka basa basi. Lihat ini." Rhino memberikan ponselnya dan Kevin melihat video itu. Video dan Foto Chaeryong saat menjadi DJ lalu foto bugil nya bersama laki-laki berumur tua dan muda. Di sana juga ada keterangan dari dokter jika Chaeryong bukan hamil tapi mengalami gejala virus HIV. Tangan Kevin gemetar, karena cinta matanya buta. Karena Cinta begitu menutup seluruh hatinya bahkan akal sehatnya. Kevin menuduh Lewis dan nb hampir membunuh saudaranya sendiri. Kevin menangis dalam diam, dia sungguh menyesal dan sangat merasa berdosa pada Felix.

"Bagaimana keadaannya?"

"Masih belum sadar. Doakan saja semoga dia baik-baik saja. Aku dari dulu ingin menyampaikan ini padamu. Tapi kamu masih terlalu mencintai Chaeryong dan selalu berkata kami salah." Christ menjelaskan pada Kevin.

"Aku minta maaf aku sungguh minta maaf "

"Maaf dari dulu kami sudah memaafkan kamu jauh sebelum kamu minta maaf. Semua manusia brengsek tidak sempurna Kevin. Asal kamu mau berubah dan semua akan baik-baik saja."

"Terima kasih Christ , Rhino kalian adalah sahabatku. Tapi apakah Lewis akan memaafkan aku?"

"Aku tak tahu. Untuk sekarang renungkan saja salahmu dan cobalah berubah." Rhino dan Christtersenyum tulus dan meninggalkan Kevin dalam segala penyesalannya.

***

Felix menatap Peter, Mama dan ayahnya sedang berjalan pergi menuju sebuah pintu dengan cahaya putih bersinar. Felix berlari mengejar mereka.

"Ayah! Ibu! Hyung!"

"Felix? Untuk apa kamu di sini?"

"Jangan tinggalkan aku Ibu. Aku ingin ikut kalian."

"Jangan Nak. Pergilah jangan ikut kami."

"Tidak Ibu. Aku ingin ikut."

"Kamu yakin dengan keputusanmu Nak?"

"Yakin Ibu

.......

***

2 tahun berlalu.

Pria tampan itu berjalan membawa sebuket bunga tulip. Dia berdiri di depan sebuah makam. Tangannya terulur mengelus makam itu dan dia tertunduk.

"Hiks maafkan aku."

Lewis menatap sendu makam itu. Makam seseorang yang berharga dalam hidupnya. Bagaimana pun juga, dia adalah bagian dari kisah hidupnya.

"Sayang?"

"Daddy!"

Lewis menatap kedua orang di belakangnya. Ia menghapus air matanya. Inilah masa depan Lewis sekarang.



My MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang